Pagi ini aku merasa begitu bersemangat. Kusisir rambut setelah kuusapkan minyak. Tak lupa kusemprot parfum kesayangan ke permukaan leher. Aku tersenyum melihat penampilanku pagi ini.
"Dahlia love you!" Aku berbicara pada pantulan wajahku di cermin. Jambang halus yang kemarin sempat membuat penampilanku tak sesuai kriteria Dahlia telah kubabat habis. Kini wajahku bersih tanpa jambang maupun kumis. Tipe pria idaman Dahlia.
"Khem! Kelihatan semangat banget, Bas!"
Aku menoleh ke asal suara yang sangat kukenal.
"Eh, Ibu."
Aku menatap perempuan yang kantung matanya mulai keriput dengan senyum mengembang. Langkah Ibu telah mengikis jarak di antara kami. Kuraih kedua jemari perempuan yang paling berjasa dalam hidupku.
"Bu, doakan Bastian, ya! Bastian benar-benar ingin kembali bersama Dahlia dan Kirana," pintaku sungguh-sungguh. Bahkan kaca-kaca di mataku mulai berdesakkan saat aku menyebut nama mereka. Sungguh aku sangat merindukan kebersamaan itu.
"Pasti, Nak. Ibu selalu berdoa yang terbaik untuk kamu," ujar Ibu sambil sebelah tangannya mengusap lembut lengan kiriku.
Aku benar-benar seperti memiliki malaikat di dunia ini. Meskipun sejak dulu aku telah begitu banyak menyusahkan, tetapi wanita yang telah melahirkanku ini selalu memiliki maaf yang tak terkira. Seperti sekarang ini.
Ibu masih selalu mendukungku untuk kembali pada Dahlia, meskipun kesalahanku fatal. Aku tak tahu apakah semua Ibu seperti Ibu atau tidak. Akan tetapi wanita ini selalu memiliki maaf dan selalu mau mendukungku, anak semata wayangnya.
"Ya, sudah. Ayo sarapan dulu! Ayah sudah menunggu," pinta Ibu.
Aku mengangguk sambil tersenyum. Kemudian merangkul pundak malaikatku.
"Hari ini kamu mau ngapain,Bas?" tanya Ayah saat aku bergabung di meja makan.
"Bastian mau ke tempat Dahlia, Yah," jawabku.
Di luar dugaan, Ayah langsung terbahak. Aku sampai heran, apa lucunya jawabanku itu.
"Kamu masih belum menyerah?" tanyanya setelah puas menertawakanku.
"Enggak ada kata menyerah di kamus Bastian, Yah," jawabku mantap.
"Bagus! Itu baru anak Ayah. Jangan kena masalah dikit langsung ngilang! Pengecut!"
"Yah! Sudah, jangan diungkit lagi! Bastian, kan, sekarang sudah kembali," timpal Ibu terlihat tak suka Ayah menyindirku.
"Gitu, tuh, ibumu! Mana pernah terima anaknya disalahkan," sungut Ayah.
"Kalau bukan kita yang belain anak kita, siapa lagi, Yah?" elak Ibu terlihat sekali tak terima dengan ucapan Ayah.
Aku memang sangat beruntung memiliki orang tua seperti mereka. Aku hanya tersenyum melihat mereka berdebat di meja makan.
Usai sarapan aku bergegas menuju toko bunga langgananku dulu. Tempat ini masih sama. Di luar berjajar rapi aneka bunga cantik di potnya masing-masing. Mulai dari anggrek sampai bunga-bunga lain yang aku tidak tahu namanya.
Begitu kudorong pintu kaca, semerbak aroma bunga segar memenuhi indra penciuman. Seorang wanita dengan jilbab merah hati menyambutku dengan ramah. Mungkin pekerja baru, karena aku baru ini melihatnya.
Lantunan lagu Kaulah Segalanya yang dilantunkan oleh penyanyi laki-laki dengan suara yang menyentuh hati menyambut kedatanganku. Memanjakan telinga. Kunikmati setiap liriknya. Membuat rasa cintaku semakin membuncah pada Dahlia.
"Selamat pagi, Mas. Mau cari bunga apa?" tanya wanita itu ramah.
"Bisa ketemu sama Mba Gina atau Mba Diana?" tanyaku pada wanita itu.
"Oh, iya. Sebentar saya panggilkan."
Aku melihat-lihat aneka bunga yang dipajang di ruangan kaca ini. Cantik. Seperti Dahlia.
Dulu aku sangat sering mengunjungi tempat ini. Karena Dahliaku sangat menyukai bunga. Aku suka memberikan surprise pada Dahlia. Tak peduli hari apa. Bagiku membuat Dahlia bahagia itu kapan saja.
Sayang, kini semua tinggal kenangan karena kebodohanku.
Aku menghela nafas panjang. Menunggu sahabat Dahlia muncul. Aku tak percaya pada orang lain untuk merangkai bunga untuk Dahlia. Harus Gina kalau tidak Diana. Mereka sudah hafal bunga apa saja yang disukai Dahlia.
"Selamat pagi," sapa wanita di belakangku.
Spontan aku langsung berbalik dengan senyum lebar menghiasi wajah. Tampak Gina sangat terkejut melihatku di tempat ini. Mata wanita itu membulat sempurna dengan bibir mungilnya setengah terbuka. Menggoda.
Hei, Bung! Sadar! Dia sahabat Dahlia. Enteng sekali kamu tergoda! Dasar buaya!
Aku mengusap belakang kepala. Menghalau pikiran yang tidak-tidak.
"Bastian?" ucap Gina masih dengan mata membulat sempurna. "Ini benaran kamu?"
"Hehehehehe. Gimana kabar kamu, Gin? Tambah cantik aja."
"Dasar! Enggak berubah kamu, ya! Kemana aja, Pak? Aku pikir udah ditelan naga," candanya.
"Iya, tapi dimuntahkan lagi. Aku pahit katanya," timpalku.
"Iyalah, buaya buntung pasti pahit!"
"Emang kamu udah nyobain?" godaku.
"Ish, ogah! Aku enggak doyan buaya buntung!"
"Hahahahahahaha. Bercanda, Gin."
"Ada angin apa kamu sampai ada di tempat ini?" tanya Gina sambil menatapku.
"Ada angin tornado," candaku.
"Dasar!" Senyum wanita di depanku ini kembali merekah.
"Gin, aku mau yang spesial untuk seorang yang paling spesial." Kini aku berucap serius.
Gina mengernyitkan dahi. "Sudah punya yang baru lagi?" tanyanya dengan nada suara meninggi. "Buaya kelas kakap emang kamu, ya!"
"Pelanggaran, kamu itu! Kagaklah, buat wanita satu-satunya dalam hatiku."
"Siapa?" tanyanya. Entah memang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Heran aku!
"Yaelah, siapa lagi! Emang ada wanita lain selain Dahlia?"
"Kamu enggak lagi amnesia, kan?" tanyanya dengan mata menatapku serius. "Bukannya kamu ...." Gina tak meneruskan ucapannya.
"Panjang ceritanya, Gin. Sekarang bantu aku buat dapatin Dahlia lagi, ya!"
Gina masih menatapku. Seperti tak percaya dengan ucapanku barusan. "Aku enggak yakin, deh, Bas," ucapnya kemudian.
"Apapun, yang jelas aku mau dapatin dia lagi."
"Yah, semoga kamu beruntung! Tapi aku enggak yakin, sih."
"Yaelah, Gin. Gitu banget!" protesku.
"Lagian, mana ada wanita yang mau balik lagi sama lelaki yang sudah selingkuh! Kalau aku sih, ogah! Dahlia juga pasti gitu!"
"Kejam, deh, kamu, Gin!"
"Ya, lagian, kamu enggak tahu diri banget! Sudah pergi dengan wanita lain, terus dengan mudahnya minta balik lagi? Are you kidding me?"
"Aku bakal berjuang sampai titik darah penghabisan, Gin. Bantu aku, ya!"
"Serah, deh! Jadi ini mau buket buat Dahlia?" tanyanya lagi. Seolah aku ini sedang bercanda.
"Yup! Gin, sekalian tulisin lirik lagu yang barusan diputar itu, ya!" pintaku sambil menunjukkan deretan gigi putihku.
"Yang mana?" tanyanya bingung. "Kamu pikir Dahlia gadis abegeh yang bakal klepek-klepek dengan gombalanmu?"
"Sadis banget, sih, Gin!" protesku. Wanita itu hanya tertawa melihat wajah teraniayaku.
"Iya, deh, iya," ucapnya sambil tersenyum lebar.
Lanjutannya ada di KBM App sama Joylada ya say, satu bab utuh lebih seruuu!!!
.Terima kasih kepada pembaca setia...
Semoga selalu dalam lindunganNya dipermudah semua urusannya dan dilancarkan rezekinya.
Setelah baca jangan lupa SUBSCRIBE ya!!!
😊😊😊😊😊😘😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU JALAN PULANG (DINOVELKAN 0895355156677)
Narrativa generaleMenceritakan penyesalan Bastian yang sudah meninggalkan anak dan istrinya karena orang ketiga. Akankah Bastian bisa kembali meraih keluarga kecilnua yang sudah ia tinggalkan begitu saja?