2. Bicara

56 8 0
                                    

Kamu hadir kembali dan menjelaskan semua alasan itu, seolah olah semua sedang baik baik saja.

🖤🖤🖤

Kini mobil Abiyan melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota dengan hujan yang semula mulai reda kembali deras.

Tak ada yang memulai percakapan, sehingga membuat suasana mobil menjadi hening. Hanya suara rintik hujan dan kendaraan yang terdengar.

Abiyan terus melirik Allura yang hanya diam dan memperhatikan keluar jendela.

"Lu kamu lapar?"

Allura mengalihkan tatapannya saat mendengar suara Abiyan yang mengalun lembut.

"Nggak." Lagi lagi hanya jawaban singkat yang Allura keluarkan.

Abiyan menghela nafas saat mendengar nada ketus yang dikeluarkan Allura. "Tapi aku laper, kita makan dulu ya."

Allura kembali menatap Abiyan. "Lo bisa antar gue dulu terus makan."

Abiyan menatap Allura secara intens saat lampu merah masih menunjukkan angka lima puluh tiga. Sungguh dirinya sangat merindukan gadis ini.

"Ada yang mau aku bicarain sama kamu."

"Gak ada yang perlu di bicarain lagi."

Setelahnya tak ada suara lagi yang terdengar.

Abiyan menghiraukan ucapan Allura, dan tetap melajukan mobilnya kearah yang berlawanan dari rumah Allura.

Allura hanya diam, dirinya sudah lelah menghadapi cowok yang ada di sebelahnya ini. Seharusnya dirinya tau jika Abiyan tidak pernah berubah, tidak mau dibantah dan keras kepala.

Dirinya hanya memperhatikan jalanan yang kini semakin deras diguyur hujan. Jalanan lumayan macet, banyak pengguna kendaraan roda dua yang berteduh di halte maupun di depan minimarket.

Allura melihat dua anak kecil, mungkin berusia sepuluh tahun yang sedang menjajakan dagangannya. Padahal sekarang sedang hujan deras, tapi mereka dengan semangatnya berjalan dari satu mobil ke mobil yang lain untuk menawarkan dagangannya.

Allura segera menurunkan kaca mobil dan memanggil dua anak itu.

"Mau yang mana kak?" Ucap salah satu anak dan mendekatkan keranjang yang berisi dagangannya.

"Air mineralnya dua." Ujar Allura sembari memberikan dua lembar uang berwarna merah.

Dua anak itu menatap Allura dengan bingung. "Tapi ini kebanyakan kak, harga satu minumannya cuma lima ribu."

Allura menggeleng pelan.

"Ini buat kalian. Jangan hujan hujanan lagi, langsung pulang aja sekarang." Allura mengatakannya dengan senyum manis yang memperlihatkan lesung pipit yang cukup dalam di kedua pipinya.

"Wah.... Makasih kakak cantik." Dua anak itu berlari dan sesekali meloncat dengan tawanya yang riang.

Allura memperhatikan dua anak itu hingga mereka menghilang di antara padatnya kemacetan ibu kota.

Sorot mata Allura terlihat hampa, entah mengapa ketika melihat anak anak itu membuat hatinya berkecamuk.

Terkadang Allura berpikir bagaimana jika dirinya tidak lahir dari keluarga yang berkecukupan.

Apa yang akan dirinya lakukan saat ini? Apa dirinya masih bisa merasakan indahnya bangku sekolah? Atau jadi apa dirinya saat ini jika dirinya berada di posisi dua anak tadi.

Allura selalu merasa bahwa dirinya adalah orang paling menyedihkan karena tidak bisa merasakan kehangatan keluarganya.

Tapi dirinya sadar dan seharusnya bisa bersyukur karena masih bisa hidup dengan berkecukupan dan memiliki keluarga yang lengkap.

the way you hurt me (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang