Kalau masih bisa di perbaiki jangan lagi melukai
🖤🖤🖤
Kini kelas XII IPA 1 sudah berkumpul di lapangan. Praktik olahraga kali ini adalah basket, sebelum praktik di mulai seluruh XII IPA 1 terlebih dulu melakukan pemanasan.
"Eh Ra, itu si Abiyan ngeliatin lo terus tuh." Allura menoleh saat mendengar ucapan Alvi. Kini dirinya dan Abiyan saling menatap untuk beberapa detik sebelum dirinya mengalihkan tatapannya ke arah lain.
"Eh dia anak kelas sebelah ya?" Tanya Alvi.
"Iyalah emang lo baru tau?" Alvi hanya menganggukkan kepalanya saat Resha membenarkan jika Abiyan adalah anak kelas sebelah XII IPA 2.
"Lo gak ada ngomong apa apa lagi sama dia Ra?" Alvi kembali membuka suara dan menatap Allura.
"Eh iya, kemarin lo jadinya pulang jam berapa Ra?" Belum sempat Allura menjawab pertanyaan Resha, namun Pak Bahri telah memanggil mereka untuk berbaris dan mengambil nilai.
Kini giliran Allura yang mengambil nilai. Jantungnya berdegup cepat saat ini, entah mengapa kenangan itu kembali terputar seperti kaset rusak.
Kenangan dirinya dan Abiyan yang sering menghabiskan waktu bersama. Termasuk bermain bola basket.
Pada pengambilan nilai kali ini mereka diberikan kesempatan untuk memasukkan bola ke ring sebanyak lima kali.
Di lemparan pertama gagal, lemparan kedua gagal, dan saat lemparan ketiga dirinya berhasil memasukkan bola kedalam ring.
Dirinya loncat seperti anak kecil dan berseru senang saat dapat mencetak poin.
"Ye, gue bisa dong." Dirinya menyombongkan diri kepada tiga sahabatnya.
"Dua poin aja sombong banget lo." Ujar Resha. Dirinya tidak mempedulikan ucapan Resha, dan beralih duduk di samping Rena.
Dari kejauhan Abiyan tampak mengulas senyum tipis saat melihat kelakuan Allura yang sedang menjulurkan lidahnya seolah sedang meledek ketiga sahabatnya.
'Gak pernah berubah.'Gumam Abiyan.
🖤🖤🖤
Allura nampak kesal saat mobilnya tiba tiba berhenti. "Ni mobil kenapa lagi sih!" Ujar Allura kesal.
Dirinya hanya bisa menggerutu tak jelas dan tidak tau harus melakukan apa. Masalahnya sekarang dirinya berada di tempat yang sepi dan tidak ada kendaraan atau orang yang lewat, ingin menghubungi teman temannya pun tidak bisa karena ponselnya mati sejak di sekolah tadi.
"Sendirian aja neng." Allura mulai gelisah saat dua orang pemuda dengan penampilan yang berantakan datang menghampirinya.
"Kenapa neng mobilnya mogok ya?" Allura masih diam dan berharap ada seseorang yang datang untuk menolongnya.
"Apaan sih lo. Gak usah pegang pegang!" Dirinya benar benar ketakutan saat salah satu dari mereka ingin menyentuh pipinya.
"Wih cantik cantik galak bro." Seru salah satu pria yang menggunakan tindik di hidungnya.
"Dari pada neng sendiri disini mending neng ikut kita berdua." Ujar pria dengan tato di lengannya.
"Jangan kurang ajar lo ya!" Dirinya ingin menangis saat mereka mulai memegang kedua tangannya, dan mencoba membawanya kebalik pohon besar.
"Udah neng gak usah nangis, mending ikut kita." Ujar pria dengan tato di lengannya.
"Iya kita main bentar dari pada neng sendiri." Air matanya saat ini sudah meluruh di kedua pipinya. Saat dua pria itu tertawa yang terdengar menjijikkan di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
the way you hurt me (ON GOING)
Teen Fiction'Kamu tau jika menunggu tanpa adanya kepastian itu melelahkan? Lalu mengapa kamu membuatku menunggu jika dirimu sendiri pergi.' ~Allura Ciara~ 'Maaf jika membuatmu menunggu selama ini, tapi nyatanya semesta mempertemukan kita untuk tidak saling memi...