12. Sayap Pelindung

32 3 1
                                    

Jangan terlalu memberi banyak harapan untuk orang yang belum pasti

🖤🖤🖤

Abiyan di buat bingung akan sikap Allura. Apakah gadisnya marah karena dirinya tidak mengantarkan nya saat pulang sekolah.

Bukannya dirinya ingin tega dengan meninggalkan Allura sendirian. Tapi dirinya juga tidak bisa meninggalkan urusannya.

Alasan Abiyan tidak memberi kejelasan hubungan antar dirinya dan Allura hanya karena satu nama.

Yaitu Nela.

Ia akui dirinya memang sangat brengsek. Nyatanya hingga kini dirinya masih menjalin hubungan dengan Nela. Kakak kelas yang dirinya tolong saat SMA di Bandung.

Ada hal yang membuat Abiyan begitu mengaguminya. Hingga dirinya memutuskan untuk memiliki Nela.

Ya dirinya memutuskan mengklaim Nela untuk menjadi miliknya tanpa memikirkan Allura saat itu.

"Kenapa gak di read juga sih." Gumam Abiyan saat melihat centang dua pada room chat dirinya dan Allura.

Dirinya benar benar bingung. Allura seperti menghindarinya. Atau memang sengaja menghindari nya.

Kini ia berada di persimpangan yang benar benar beresiko. Jika ia salah langkah maka akan ada yang terlukai.

Ia juga tidak ingin ada di posisi ini. Menyakiti orang orang yang dirinya sayangi.

Tut....

Hanya terdengar nada sambung dari seberang sana. "Lu kamu kenapa sih." Entah sudah sambungan yang ke berapa dan Allura masih belum menjawab panggilannya.

Drrt drrt

Abiyan segera meraih ponselnya saat mendengar panggilan masuk. Namun panggilan itu bukanlah panggilan dari orang yang di harapkan nya.

"Iya Nel."

🖤🖤🖤

Allura hanya memandangi ponselnya yang terus berbunyi tanpa henti. Sedari tadi Abiyan terus saja menelepon maupun mengiriminya pesan tanpa henti.

"Sebenarnya dia siapa Bi." Lirih Allura.

Ia masih saja memikirkan gadis yang bersama Abiyan saat di toko buku tadi.

Ia juga masih memikirkan ucapan Resha saat gadis itu mengantarnya pulang.

"Ra gue tau lo masih sayang sama Abiyan. Tapi plis kali ini aja jangan nyiksa diri lo dan jadi cewek bodoh Ra. Mungkin dia emang ngomong kalo dia cuma sayang sama lo. Tapi itu hanya kata kata aja Ra. Kita gak tau isi hatinya dia itu kayak apa."

"Dia udah ninggalin lo dulu, terus dengan seenaknya dia balik tanpa rasa bersalah. Ayo dong Ra, buka mata lo lebar lebar. Jangan percaya gitu aja sama kata kata Abiyan. Lo harus cari tau siapa cewek itu, sebelum hati lo bener bener jatuh ke cowok brengsek kayak Abiyan."

Ucapan Resha masih saja terputar di otak nya seperti kaset rusak.

"Kenapa kamu tega banget Bi." Allura benar benar bingung dengan Abiyan. sebenarnya apa yang cowok itu inginkan.

Tok tok

Allura tersadar dari lamunannya saat mendengar ketukan pintu kamarnya. Tidak lama setelah itu Ayahnya masuk.

"Lagi ngapain sayang." Aruna menatap putri kecilnya yang kini sudah beranjak dewasa.

"Lagi ngeliatin angin ni Yah."

"Loh emang angin lagi main ke sini? Kok dia gak salam dulu sama Ayah?" Tanya Aruna dengan nada hebohnya.

"Ayah apaan sih garing tau gak." Lagi lagi Aruna di buat tersenyum saat melihat tawa putrinya.

"Ya lagian kamu ada ada aja. Masa angin di liatin wujudnya aja gak ada." Aruna menatap putri nya dengan tatapan intens. "Jangan jangan yang kamu liat hantu Ra."

"Iiihhhh Ayah udah dong jangan nakutin gitu." Tawa Aruna seketika pecah saat melihat wajah cemberut putrinya. Di susul dengan pukulan pukulan kecil yang di berikan Allura.

"Iya sayang. Udah udah badan Ayah sakit semua ni." Allura menghentikan aksinya.

Kini dirinya menyenderkan kepalanya pada dada Aruna, menikmati elusan lembut dan semilir angin malam yang menyelimuti mereka.

Rasanya sangat nyaman. Tidak ada tempat yang paling nyaman selain pelukan keluarga. Sudah lama dirinya tidak sedekat ini dengan Ayah.

Pekerjaan Ayahnya yang terlalu sibuk hingga membuat dirinya seperti jauh dari Aruna.

"Yah."

"Hmm." Allura mendongak menatap wajah Aruna. Pandangan nya kembali ke depan menatap jalanan komplek yang terlihat sepi yang mulai di selimuti rintik hujan.

"Kenapa Ayah milih Bunda?"

Hening. Tidak ada jawaban, hanya elusan tangan Aruna yang ia rasakan sebelum hembusan nafas pelan terdengar di telinga nya.

"Karena Bunda kamu spesial." Aruna menatap putri kecilnya. "Bunda kamu bisa membuat Ayah menjadi pria yang sempurna, Bunda yang selalu ada di saat masa terpuruk Ayah. Dan Ayah bersyukur dengan adanya Bunda, kamu, dan Bang Kafin."

"Kalo ada yang nyakitin Bunda apa Ayah akan marah?"

Hening. Hanya suara air yang turun semakin deras. "Tentu. Ayah akan marah, bukan hanya Bunda. Tapi siapapun yang nyakitin orang yang Ayah sayang akan Ayah hilangkan dia dari bumi."

Allura tertawa pelan. "Ayah kayak Dilan aja ih."

"Loh kan Ayah emang panglima tempur." Tawa keduanya terdengar.

Aruna kembali menatap putrinya. Dirinya tau jika putrinya sedang tidak baik baik saja, menjadi Ayahnya membuat dirinya tau betul akan karakter sang putri.

Meskipun dirinya di sibukkan dengan pekerjaan, namun ia tetaplah Ayah dari Allura putrinya. Ia sangat tau semua hal tentang putrinya.

"Ra." Allura hanya bergumam pelan. " Siapapun yang nyakitin kamu, percaya sama Ayah. Mereka akan menyesal karena sudah berani menyakiti putri kecil Ayah. Ayah gak akan biarin siapapun nyakitin kamu, apalagi sampai mereka buat kamu ngeluarin air mata."

"Ara tau kok, Ayah tu sayaaaannnnggg banget sama Ara." Allura tersenyum sendu mendengar ucapan Ayahnya. "Makasih Yah, karena Ayah udah sesayang ini sama Ara. Makasih karena Ayah selalu jadi sayap pelindung Ara."

"Apapun akan Ayah lakuin untuk kamu. Untuk senyum indah ini apapun akan Ayah lakukan."

Allura mengangguk dalam dekapan Ayahnya. "Berarti kalo Ara pacaran boleh dong Yah?" Allura terkikik geli saat melihat wajah serius Ayahnya.

Aruna mengangguk pelan "Boleh. Kalo dia sudah lewatin tes dari Ayah."

"Tes apa Yah?"

"Rahasia." Allura menatap Ayahnya tak percaya. Setelah mengecup pelan keningnya Aruna berlalu pergi dengan senyum misterius.

Allura mencebik lucu saat mendengar jawaban Ayahnya. "Ayah mah gitu." Aruna terkekeh pelan dan mengelus sayang rambut Allura. "Udah tidur sana. Ayah mau kelonan dulu sama Bunda."

"Dasar." Aruna hanya tertawa melihat raut wajah Allura.

"Selamat malam sayang."

Setelah kepergian Ayahnya ruangan ini pun kembali hening. Hanya terdengar detak jarum jam rintik air yang berjatuhan.

Kembali dirinya melihat notifikasi pesan yang masuk satu jam yang lalu.

Dirinya hanya tersenyum getir dan memutuskan untuk memasuki alam mimpi.

🖤🖤🖤

Hei sorry banget karena aku lama update nya.
Next aku usahain buat secepat mungkin up nya.

Komen dan vote sebanyak banyaknya.
Thanks banget yang masih stay di lapak ini🙂

Kalau ada bagian yang kalian suka jangan lupa up di sg dan tag ig ku

Jangan lupa follow wattpad dan Instagram aku

Happy reading nummaa friends 🤗

Instagram
@arnumw

the way you hurt me (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang