8. Seperti Dia

23 5 0
                                    

Mengapa dulu kamu bisa mengukir luka lalu pergi seperti angin.

🖤🖤🖤

Abiyan menuruni anak tangga dan bergabung di meja makan untuk sarapan bersama.

Dirinya mengecup pucuk kepala Putri, Adiknya.

"Nanti malam kamu gak ada acara kan Bang?" Abiyan menatap Tari sambil menguyah nasi goreng buatan sang Mama tercinta.

"Gak ada. Emang kenapa Ma?"

"Nanti malam kita mau makan malam sama sahabat Papa waktu kuliah dulu." Kini giliran Wastu yang bersuara.

Abiyan hanya menganggukkan kepalanya pertanda setuju.

Dirinya meminum susu buatan Tari dan segera pergi untuk menemui seseorang.

"Pulang nya jangan terlalu malam Yan." Teriak tari. Abiyan hanya mengacungkan jempolnya dan segera melajukan motornya.

🖤🖤🖤

Kini Allura sedang menemani Mia ke supermarket, rencananya Bundanya ini akan masak banyak malam ini karena sahabat Ayahnya akan berkunjung.

Tari nampak sibuk memilih daging segar, dan menceklis belanjaan yang sudah dirinya ambil. "Ra kamu mau Bunda masakin apa?"  Tanya Tari.

"Apa aja deh Bun."

Mia menganggukkan paham.

Karena bosan menunggu Mia yang masih memilih daging, Allura pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan melihat suasana sangat ramai.

Mungkin karena ini weekend jadi banyak orang yang menghabiskan waktunya di supermarket, atau hanya sekedar untuk membeli kebutuhan rumah seperti nya.

Ralat bukan dirinya, tapi Bundanya lah yang sibuk sejak tadi.

Ia tersenyum saat melihat notifikasi pesan dari Abiyan yang mengatakan jika dirinya baru saja selesai sarapan.

Hubungan mereka sudah semakin membaik, kini ia mulai bisa lebih menerima Abi dan melupakan semua yang sudah terjadi.

Dirinya ingin memulai semuanya dengan Abi.

"Ra kita ke tempat snack dulu yuk." 

"Loh bukannya cemilan di kulkas masih Bun?" Tanya Allura bingung.

"Ih bukan buat cemilan kamu, ini Bunda mau bikin puding oreo buat desert." Jelas Mia.

Allura hanya mengangguk dan mengikuti langkah Bunda.

Ia melihat dan mengambil beberapa snack yang menarik perhatiannya.

Namun pandangan nya tak sengaja melihat pria jakun yang sedang mengambilkan kotak susu yang letaknya lumayan tinggi.

Ia seperti mengenali orang itu. Bukan tapi, sepertinya ia memang mengenali orang itu. Dirinya tidak mungkin salah lihat, ia sangat hafal dengan postur tubuh orang itu.

Tapi kenapa dia sama cewek lain di sini.

Deg

Allura melihat Neala di situ. Apa Neala dan dia saling kenal?

"Ra." Allura mengurungkan langkahnya dan menghampiri Bunda yang memanggilnya.

"Ayo ke kasir belanjaannya udah semua ni." Allura hanya mengangguk dan kembali menatap ke arah rak susu.

Tapi mereka sudah tidak ada di sana.

Mungkin dirinya yang salah lihat, mungkin itu memang Neala tapi bukan dengan pria yang bersama Neala.

🖤🖤🖤

"Ra itu ayamnya jangan lupa di balik dong." Allura menghela nafasnya saat kembali mendengar omelan sang Bunda.

Sedari tadi Bunda tak henti menegur dirinya saat melihat apa yang dikerjakan nya tidak sesuai dengan kemauan Bundanya.

Mia pun tampak sibuk dengan kegiatannya sendiri.

Entah apa maksudnya tapi sedari tadi Allura hanya melihatnya sibuk menghias meja makan yang tidak selesai selesai.

Ini kan hanya makan malam biasa bersama sahabat Ayahnya. Tapi kenapa Bundanya harus seheboh itu menghias meja makan.

Semua makanan sudah tertata rapi di meja makan, Ayahnya juga sudah selesai berkebun. Ngomong ngomong soal berkebun sebetulnya bunga bunga hias yang ada di halaman itu semua Bundanya lah yang menanamnya.

Tapi untuk merapikan nya biasa Ayahnya lah yang akan turun tangan sendiri. Keluarga nya benar benar tidak mempekerjakan orang di rumah ini, sebisa mungkin Aruna ingin seluruh keluarganya melakukan pekerjaan rumah sendiri.

Dan jika Ayah dan Bundanya sibuk dengan pekerjaannya di luar kota, maka Allura lah yang akan mengurus anak anak kesayangan Ayah dan Bundanya.

"Udah beres semua, kalian siap siap gih Bunda mau rapiin ini dulu." Ujar Bunda menatap Ayah yang baru saja selesai minum.

"Ra pakai baju yang udah Bunda siapin." Teriak Mia.

"Iya Bun."

Kini Allura sudah siap dengan dress selutut berwarna peach yang melekat sempurna di tubuh rampingnya.

Dirinya benar benar bingung mau makan malam di rumah saja ia harus pakai dress yang baru saja di antar dari butik langganan Bundanya.

Dirinya menatap pigura kecil yang ada di atas meja belajarnya.

Ia merindukan Kafin Abang nya. Tapi Abangnya benar benar sibuk belakangan ini.

"Ra ayo turun tamunya udah dateng tuh."

"Iya Bun." Ia menatap cermin dan memastikan kembali penampilan nya.

Setelah merasa penampilan nya sudah rapih ia pun turun untuk menyambut sahabat Ayahnya.

🖤🖤🖤

"Nah ini anak kedua ku namanya Allura." Ucap Aruna.

Allura memperlihatkan senyum nya dan kedua kolam yang ada di pipinya.

Deg

Allura menatap kaget saat cowok yang sedari tadi menundukkan kepalanya kini menatap Allura dengan mata teduhnya.

Abi.

🖤🖤🖤

Hei sorry banget karena lama update nya.
Next aku usahain buat secepat mungkin up nya.

Komen dan vote sebanyak banyaknya.
Thanks banget yang masih stay di lapak ini🙂

Kalau ada bagian yang kalian suka jangan lupa up di sg dan tag ig ku

Jangan lupa follow wattpad dan Instagram aku

Happy reading nummaa friends 🤗

Instagram
@arnumw

the way you hurt me (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang