9. Dinner

24 4 0
                                    

Tatapan itu yang paling aku suka. Tatapan yang selalu ngeyakinin kalau kamu memang tempat ternyaman untuk aku pulang.

🖤🖤🖤

Biyan!!!!

Abiyan menuruni anak tangga dengan cepat saat mendengar suara nyaring Mamanya. Pantas saja Abel sang Adik suka sekali menjerit kesetanan jika dirinya ganggu.

Ternyata semua itu diwariskan dari suara emas Mamanya.

"Kamu ini udah di bilangin pulangnya jangan kemaleman, sekarang kan kita jadi terlambat gara gara kamu." Ujar Tari panjang lebar.

"Udah Ma kita pergi sekarang." Wastu memberikan Abel kepada Abiyan yang sedari tadi anteng di gendongan nya.

"Dari mana kamu Yan?" Suara Wastu memecahkan kesunyian yang sedari tadi menyelimuti mobil, bahkan Abel yang biasanya cerewet pun entah kenapa sedari tadi hanya diam.

"Temen Pa."

"Kamu masih berhubungan sama gadis itu?"

Abiyan hanya diam saat mendengar ucapan Wastu.

Wastu melirik Abiyan dari kaca spion saat tak mendengar jawaban Abiyan. "Ternyata masih ya." Wastu mengangguk pelan.

"Ingat ya Yan Mama gak suka sama gadis itu." Ujar Tari ketus.

Abiyan hanya diam menatap luar jendela yang memperlihatkan indahnya jalanan saat malam hari.

Pikirannya berkecamuk entah apa yang ada di pikirannya saat ini dirinya juga bingung.

Mobil keluarga Wastu mulai memasuki komplek perumahan dan berhenti di depan rumah minimalis dengan lampu taman yang mempermanis suasana.

Abiyan menatap rumah yang ada di hadapannya saat ini dalam diam. Dirinya tidak salah lihat. Kenapa sekarang ia berada di rumah ini.

"Ayo turun." Abiyan tersadar dari lamunannya saat sang Mama menginstruksikan agar segera turun.

🖤🖤🖤

Kini Abiyan sudah berada di ruang tamu minimalis yang sangat nyaman untuk bersantai.

Sudah lama ia tidak berkunjung ke rumah ini. Walaupun hubungan mereka sudah membaik tapi tetap saja ia belum berani datang lagi ke rumah ini.

Abiyan hanya diam dan sesekali tersenyum mendengar percakapan orang tuanya bersama sahabat masa kuliah nya.

"Bentar ya jeng aku panggilin dulu si Rara."

Tak lama setelahnya Abiyan mendengar langkah kaki yang mulai menuruni anak tangga.

"Nah ini anak kedua ku namanya Allura." Ucap Aruna.

Abiyan menaikan pandangan nya dan menatap Allura yang kini tersenyum manis memperlihatkan kedua lesung pipinya.

Iya. Kini Abiyan sedang berada di rumah Allura. Ternyata sahabat semasa kuliah Papanya adalah Ayahnya Allura.

Dirinya tidak pernah tau jika Orang tua mereka saling kenal dan memiliki hubungan yang akrab.

Saat dulu bersama Allura pun dirinya hanya bertemu orang tua Allura beberapa kali dan tidak terlibat obrolan yang akrab.

Dirinya hanya akrab dengan kakak Allura yaitu Kafin.

Abi.

Ia melihat gerakan mulut Allura saat menyebutkan namanya, di tambah dengan ekspresi terkejut yang di tunjukkan Allura saat ini.

Sangat menggemaskan di mata Abiyan.

🖤🖤🖤

"Jadi kalian ini satu sekolah?" Tanya mama Abiyan.

"Iya Tante, cuma beda kelas aja." Jawab Allura sopan.

"Anak kamu cantik banget loh jeng."

Allura hanya tersenyum canggung saat mendengar pujian dari mama Abiyan. Di tambah dengan tatapan Abiyan yang tak pernah lepas sedari tadi.

"Emang iya? aku malah baru sadar kalo si Rara ini cantik." Ujar Bunda.

Demi apapun ingin rasanya ia mengumpati Bundanya namun takut dosa.

Bisa bisanya Bunda bilang begitu, terlebih di hadapan Abiyan. Rasanya ingin menghilang saja dia.

"Rara udah punya pacar belum sayang?" Allura hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Mama Abiyan.

"Kalau belum, pacaran sama anak Tante aja." Lanjut Mama Abiyan.

"Ma!" Tegur Abiyan.

"Apasih kamu. Mama gak ngomong sama kamu ya."

🖤🖤🖤

Langit malam terlihat indah dengan kerlap kerlip bintang yang bertaburan menghiasi kesunyian malam.

Setelah makan malam dan ucapan Mamanya yang meminta Allura agar menjadi pacarnya sangat memalukan.

Meskipun Allura menganggap itu hanya candaan dan keisengan Mama nya, tapi Abiyan menangkap maksud lain dari tatapan matanya saat menatap Allura.

Kini dirinya dan Allura duduk berdua di kursi taman yang menjadi tempat favorit mereka dulu.

Abiyan terus memandang wajah manis Allura yang kini sedang memperhatikan indahnya langit bertaburan bintang.

"Aku gak nyangka kalo orang tua kita ternyata saling kenal." Ujar Allura memecah keheningan yang menyelimuti mereka.

"Aku juga. Dulukan setiap aku kesini Ayah Bunda kamu sering gak ada di rumah, Bang Kafin aja aku jarang ketemu." Kekeh Abiyan saat membayangkan kebersamaannya dan Allura saat masih SMP dulu.

"Lu."

Abiyan terdiam saat Allura menatap nya dengan tatapan teduh itu.

Tatapan yang selalu menenangkannya.

Tatapan yang selalu membuat nya nyaman dan merasa telah pulang setiap menatap mata teduh ber netra coklat terang seperti madu.

"Jangan tinggalin aku lagi ya."

Allura terkekeh saat mendengar ucapan Abiyan. Dirinya tidak pernah sedikitpun berpikir akan meninggalkan cowok ini.

Abiyan terlalu berharga dalam hidupnya.

Bahkan saat mereka pertama kali berpacaran dirinya sudah bertekad tidak akan meninggalkan Abiyan jika bukan cowok itu yang memintanya pergi.

"Aku gak akan ninggalin kamu, kecuali kamu yang minta aku buat pergi Bi." Ujar Allura tulus.

Di dalam hatinya, Abiyan merasa sangat bersalah. Bagaimana bisa ia melukai gadis yang ada di hadapannya saat ini, gadis yang selalu ada untuk nya, gadis yang menjadi tempat nya untuk pulang.

Kali ini dirinya benar benar merutuki kebodohannya.

🖤🖤🖤

Hei sorry banget karena aku lama update nya.
Next aku usahain buat secepat mungkin up nya.

Komen dan vote sebanyak banyaknya.
Thanks banget yang masih stay di lapak ini🙂

Kalau ada bagian yang kalian suka jangan lupa up di sg dan tag ig ku

Jangan lupa follow wattpad dan Instagram aku

Happy reading nummaa friends 🤗

Instagram
@arnumw

the way you hurt me (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang