Mengapa hadirmu terasa sangat abu abu
🖤🖤🖤
Allura membuka pelan kelopak matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.
Waktu menunjukkan pukul enam pagi. Setelah mengumpulkan sebagian nyawanya, kini ia harus melaksanakan ritual pagi sebelum ke sekolah.
Kini Allura duduk di pinggiran kasur dan merapikan beberapa bahan Mading yang akan ia bawa. Dari luar jendela kamarnya terlihat guyuran air hujan yang turun deras membasahi bumi.
Ternyata hujan semalam masih belum berhenti.
Ia memutuskan untuk ke bawah sarapan bersama kedua orang tuanya sebelum berangkat ke sekolah.
Berhubung hari ini hujan turun dengan begitu derasnya seperti nya meminta Ayahnya untuk mengantarkan ke sekolah bukanlah hal yang buruk.
"Assalamualaikum Ayah Bunda." Allura mengecup pipi kedua orang tuanya.
Ayah dan Bunda menjawab salam Allura dengan senyum manis yang menghiasi paras keduanya.
Disela sela sarapannya Allura menatap Ayahnya. "Yah. anterin Ara sekolah ya."
"Emang tadinya kan Ayah mau antar kamu Ra." Ujar Bunda sambil meletakkan segelas susu.
"Iya dong Ayah antar. Masa iya Ayah biarin tuan putri Ayah kehujanan." Allura tersenyum senang. Dirinya merasa sangat beruntung memiliki Ayah seperti Aruna.
Dan ia sangat berterimakasih karena telah terlahir sebagai anak dari seorang Aruna.
🖤🖤🖤
Akhir akhir ini mengapa cuaca suka berubah ubah seperti dia?
Hari ini terang, besok mendung, lalu setelah nya hujan. Terkadang ada pelangi setelah hujan, namun juga hanya ada hembusan angin yang berganti menyelimuti hujan.
Abiyan pun akhir akhir ini sama seperti itu. Terkadang sifatnya manis, kadang cuek, dan bahkan seakan memiliki dunianya sendiri.
Mobil yang di kendarai Allura dan Ayahnya sudah sampai di depan gerbang sekolah. Terlihat beberapa anak yang memasuki gerbang menggunakan payung, ada yang berlari bahkan menggunakan mantel.
"Pake jaketnya yang bener Ra." Ujar Ayah sambil menaikkan tudung hoodie yang di gunakan Allura.
Setelah nya Allura berpamitan dan mencium punggung tangan Ayahnya sebelum keluar. "Belajar yang bener ya cantik." Allura tersenyum manis yang memperlihatkan kedua lesung pipinya, setelah Ayahnya memberikan kecupan hangat pada keningnya.
Dirinya memberi gerakan hormat untuk membalas pesan Ayah nya. "Assalamualaikum Ayah."
"Waalaikumsalam."
Allura melangkah pelan sembari memegangi payung agar tubuhnya tak terlalu basah. Hujan turun lumayan deras pagi ini.
Dari kejauhan ia dapat melihat Abiyan yang baru saja turun dari motornya dan berlari ke arah koridor untuk melepas jas hujannya.
Dirinya ikut berdiri di depan koridor untuk menutup payungnya tanpa menghiraukan Abiyan. Seperti nya Abiyan pun belum sadar akan kehadirannya.
Buru buru ia melangkahkan kakinya sebelum Abiyan menyadari keberadaannya.
Namun terlambat.
"Allu." Allura hanya terdiam tanpa menoleh ke arah Abiyan.
"Kamu baru nyampe? Kok aku gak ada lihat kamu ya."
Allura hanya diam menatap Abiyan yang kini sedang mengoceh sambil mengacak pelan rambutnya.
Merasa tak mendapat jawaban Abiyan pun menoleh. "Kamu kenapa Lu? Kamu sakit?" Tanya Abiyan sambil meraba kening Allura.
KAMU SEDANG MEMBACA
the way you hurt me (ON GOING)
Teen Fiction'Kamu tau jika menunggu tanpa adanya kepastian itu melelahkan? Lalu mengapa kamu membuatku menunggu jika dirimu sendiri pergi.' ~Allura Ciara~ 'Maaf jika membuatmu menunggu selama ini, tapi nyatanya semesta mempertemukan kita untuk tidak saling memi...