15. Luka yang Sama

18 3 0
                                    

Karena disini, kita adalah dua orang yang sama sama terluka. Entah bagaimana luka mu dan luka ku, tapi sakitnya sama saja.

🖤🖤🖤

Seminggu setelah pertengkarannya dan Allura karena kebohongan yang selama ini ia tutupi, membuat Abiyan tidak lagi melihat Allura di manapun. Allura seolah menghilang dari lingkup semesta yang ia ciptakan agar mereka selalu bersama.

Ia tidak bisa menemui Allura, entah itu dirumah maupun sekolah, teman temannya pun tak ada yang tau tentang keberadaan Allura saat ini. Sahabat Allura? Jangan ditanya lagi bagaimana mereka, sudah sangat jelas jika mereka benar benar membenci Abiyan saat ini.

Bukankah dirinya sudah diperingati untuk tidak melukai Allura, tapi mengapa masih ia lakukan?

Apa benar jika ia telah membuat luka yang jauh lebih menyakitkan dari yang sebelumnya? Abiyan merutuki kebodohannya sendiri, bagaimana mungkin Allura tidak terluka disaat melihat dirinya bersama orang lain saat ia sudah berjanji akan menemui Allura.

"Lu, aku gk pernah ada maksud untuk nyakitin kamu." Gumam Abiyan.

"Emang ya, lo tu cowok terbodoh yang pernah gue kenal." Sindir Resha. Abiyan hanya melirik tanpa berniat membalasnya.

Untuk saat ini yang ia butuhkan hanya informasi tentang keberadaan Allura,bukan omong kosong orang orang tak penting seperti mereka.

"Sebenernya tujuan lo balik lagi kesini apasih? Mau gangguin Ara lagi terus buat dia nangis nangis gak jelas kayak dulu? Atau lo mau pamerin cewek baru lo itu, dan ngetawain Allura karena sampai detik ini dia masih mencintai lo dengan begitu hebatnyaa, sedangkan lo udah ngegeser posisi Ara dari hati lo." Abiyan hanya diam dengan pandangan lurus kedepan.

Dirinya benar benar tak habis pikir dengan perkataan Resha. "Diem. karena lo gak tau apa apa tentang gue dan Allura."

Resha tertawa sinis saat mendengar ucapan Abiyan. "Apasih yang gak gue tau tentang lo. Disaat lo udah janji sama Ara, dan disaat itu juga lo ingkari janji itu hanya untuk nemenin cewek lain di hari itu."

"Cewek itu.."

"Cewek itu adalah cewek lo selama lo di Bandung. Lo kira gue gak tau? Apasih Yan, apa yang salah dari Allura sampai lo setega ini sama dia? Kurang baik apa dia sama lo."

"Gue bilang diem kalau gak tau apa-apa tentang gue dan Allura."

"Apa yang gue gak tau tentang kalian? Semua yang gue bilang bener kan, lo tu bener-bener brengsek banget ya."

"Res, kalau lo gak tau cerita sebenernya mending lo diem. Gue lagi pusing nyariin Allura, udah seminggu ini gue gak ketemu sama dia."

"Bagus, bagus banget karena lo gak pernah ketemu sama dia."

Hening, setelah perdebatan di antara mereka kini mereka sama-sama diam ditemani dengan keramaian karena waktu istirahat.

"Jadi dimana Allura?" Tanya Abiyan lirih, ia sudah tidak tau mau kemana lagi mencari Allunya.

"Untuk apa lagi lo nanyain dia, bukannya lo udah punya cewek baru yang lebih penting dari Allura?" Sinis Resha.

"Res.."

"Gue gak akan ngasih tau dimana Allura." Potong Resha.

"Berhenti Yan, berhenti ngelukain orang-orang yang sayang sama lo."

Abiyan hanya diam menatap kepergian Resha. Ya, dirinya benar-benar pemeran antagonis saat ini, mengapa dirinya harus sebrengsek ini, mengapa ia tidak bisa tegas pada dirinya sendiri.

🖤🖤🖤

Angin malam berhembus pelan dengan dinginnya. Ia menatap rumah minimalis yang tampak sepi, Abiyan sudah kesini berulang kali untuk menemui Allura, namun hasilnya selalu sama, rumah Allura selalu sepi tak berpenghuni.

Hanya lampu taman dan teras rumah yang ia lihat selalu nyala. Sebenarnya kemana Allu nya pergi.

"Maafin aku Lu, maaf kalau aku sejahat itu sama kamu." 

Tanpa Abiyan sadari, seseorang sedang menatapnya dari kejauhan sedari awal dirinya berdiri didepan rumah minimalis itu.

"Kenapa harus sesakit ini ya Bi, haha bahkan di saat kamu udah nyakitin aku, dengan bodohnya aku masih nerima kamu lagi. Dan sekarang dengan jahatnya kamu ngejahatin aku lagi."

Malam itu, dibawah langit malam dan hembusan angin. Mereka sama-sama merasakan perih, perih yang sama dari luka yang berbeda. 

Bukankah cinta itu tak seharusnya berisik begitu juga dengan luka, seharusnya ia sudah tau kan jika cinta selalu berteman baik dengan luka. Biarkan mereka saja yang merasakan perihnya luka ini, meski luka yang tercipta berbeda tapi ia tau jika ini sama-sama sakit.

Biar mereka yang merasakan bagaimana jalan Tuhan dalam menulis skenario cinta mereka, biar semesta saja yang bertindak bagaimana akhirnya, ia sudah pasrah, yang ia inginkan hanya akhir yang bahagia, entah itu dengan jalan yang indah atau tidak, entah seperih apa luka yang akan mereka rasakan lagi, biarkan luka ini sembuh dengan sendirinya melalui perantara alam raya.

🖤🖤🖤

Setelah sekian lama akhirnya bisa lanjutin cerita ini lagi, setelah banyak masalah dan drama kehidupan yang gak ada selesainya.

Akhirnya aku bisa nulis lagi, jujur sebenernya aku sempet mikir untuk gak lanjutin nulis cerita ini lagi. Karena dia yang jadi alasan untuk aku nulis cerita ini mungkin gak akan pernah baca cerita ini.

Tapi setelah aku pikir lagi, aku akan tetep lanjutin cerita ini sampai selesai hehe

Iya, karena harusnya dia tetap jadi tokoh utama dari cerita hidup aku. Meski akhirnya gak indah, setidaknya ada satu hal yang buat aku bisa ngenang dia.

Yaa, itu dari cerita ini.

Jangan lupa follow Instagram aku juga ya💞💞💞

Happy Reading🤗

Instagram @arnumw 

the way you hurt me (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang