29

431 72 3
                                    

──────────────────────────

Don't forget to vote and comment

ENJOY💕💕

──────────────────────────

Rangga menoleh ke belakang melihat Elena yang tertidur di atas paha Ayana, sementara Aciel tengah menutup kedua telinganya dengan headphone seraya menatap jalanan

"Kita mau ke rumah Lisa?" Tanya Rangga

"Kayanya Lisa lagi ngga di rumah deh. Liat kan tadi Lisa di luar" seru Ayana seraya mengusap-usap lembut kepala Elena

Rangga mengangguk lalu menoleh pada Mavi yang fokus menyetir. Mavi menoleh tersenyum,
"Ketemu Lisa nya nanti aja. Mama bener kayanya Lisa emang ngga lagi di rumah"

Rangga kembali mengangguk,
"Iya. Lagian Elena nya juga tidur" Ayana mengangguk menyetujui ucapan kedua pria di depannya

"Kira-kira Lisa mau kemana ya.." timpal Ayana

"Lisa ngga berubah ya, dia selalu aja mementingkan orang lain. Liat kan?? Gimana tadi Lisa nolongin anak perempuan itu. Lisa hebat ya Vi"

Mavi terlonjak menatap Ayana dari kaca mobil. Mendapati sang mama yang sedang tersenyum padanya. Ia tidak tahu apa arti senyuman itu, namun terasa berbeda seperti ada makna tersembunyi di dalamnya

Rangga pun ikut menoleh pada Mavi seraya menyunggingkan senyumannya. Mavi menoleh pada Rangga lalu tertawa hambar

"Ke-kenapa si? Kok pada senyum-senyum liat Mavi?"

°°°°

"Egh!"

Anne memandang aneh pada Lisa di hadapannya yang sedang mencabik-cabik ice cream cup seraya terus menggerutu

Mereka tidak jadi makan di makanan korea yang Lisa mau sebab, setelah pertemuan tak terduga Lisa dan Siren beberapa menit yang lalu membuat mood gadis berponi itu memburuk. Dengan raut suramnya Lisa memilih masuk ke dalam kedai ice cream di dalam Mall tersebut dan sebagai sahabat yang baik nan sabar dia hanya bisa mengikutinya

"Lo kenapa si? Apa si yang dibisikin Siren sampe lo kesel gini?" Ucap Anne gemas melihat tingkahnya

Lisa menghentikkan pergerakan mencabik ice cream-nya lalu menghela napas kasar

"Ngga suka gue sama tuh orang! Ngatur-ngatur gue! Masa dia bilang gue disuruh jauhin Mavi, apa-apaan!" Cerocosnya

"Dia cemburu kali sama lo"

Lisa mengernyit,
"Cemburu?? Cemburu kenapa coba. Dia suka sama Mavi?" Anne mengangguk

Lisa mendelik jijik,
"Idiihh, kalo suka mah ya perjuangin lah! Ngga usaha segala nyuruh orang ngejauh ngga boleh deket sama dia.. cupu banget!"

"Berarti dia ngga percaya diri tuh" celetuk Anne

Lisa mendongak menatap Anne sedetik kemudian gadis itu mengembangkan senyumnya

"Bener tuh! Dia ngga PD tuh soalnya kalah cantiknya sama gue. Makanya dia minta gue buat jauhin tuh cowo kekekek. Tapi ya emang iya si Ne, dibanding sama dia emang cakepan gue kan ya. Aturan gue tuh yang jadi model" tutur Lisa dengan kepercayaan dirinya

Anne terkekeh melihat tingkah sahabatnya seraya menyuapkan sesendok ice cream pada mulutnya. Semakin melebarkan tawanya saat melihat Lisa yang memeragakan pose model

"Hahaha jelek lo" celetuk Anne membuat dirinya mendapat lemparan tissue

"Btw Lis, kok Siren bisa kenal sama lo?"

•••

Anne dan Lisa keluar dari kedai ice cream dengan Lisa yang membawa sekantong tas besar yang isinya adalah ice cream.

"Gue ngga nyangka Siren orangnya gitu. Lo ngga bohong kan?"

Lisa mendesah lelah. Setelah ia menceritakan kronologis kejadian dirinya dan Siren bertemu, Anne terus-terusan menghujami dirinya dengan kalimat 'lo ngga boong kan'

"Kapan gue boong si Ne"

"Waktu kelas lo boong bilangnya ke toilet tapi malah ke kantin. Trus pas telat masuk kelas lo boong bilangnya nolongin aki-aki tapi sebenernya kesiangan. Trus lo boong sama gue pas gue minta nomor Bang Leo tapi yang lo kasih nomor Supir lo. Trus--"

"Udah-udah! Kenapa jadi lo sebutin si!"

"Kan bukti. Kalo lo pernah boong" ucap Anne dengan watados-nya

Lisa berdecih. Emangnya dia bohong sebanyak itu apa. Perasaan ngga deh. Perasaan ya

"Ini beneran Ne. Wong gue liat di depan mata gue kok."

"Gue masih ngga percaya. Soalnya dia tuh keliatan baik banget... Di TV juga, di setiap wawancara juga suaranya lembut banget.. elegance gitu"

Lisa mendesah malas sudah malas meladeni sahabatnya satu ini yang kalau ngomong harus ada bukti di hadapannya

"Serah lo deh Ne. Pepatah yang kudu lo inget ya. Jangan pernah menilai seseorang dari cover-nya aja"

Anne mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun sedetik kemudian kembali menghela dilema

"Iiihh tapi Li--"

Duk!

Oh.. Sh***t. Lisa lagi-lagi harus menerima hantaman di bahunya. Apalagi yang dirinya tabrak kali ini. Ada aja deh yang nabrak, emangnya jalanan cuma setapak apa

"Maaf, maaf" itulah yang diucapkan Lisa seraya mendongak menatap orang yang ia tabrak. Oh ralat ditabrak

Matanya beradu pandang dengan seorang laki-laki jangkung dengan paras rupawan, sepertinya bukan laki-laki tapi seorang pria. Dapat dilihat dari postur tubuhnya yang tegap, rahang tegas yang dimiliki pria itu serta kacamata hitam yang dipakainya menjadikan kesan manly pada dirinya

"Lo nubruk orang mulu perasaan Lis" celetuk Anne

"Maaf ya.. permisi" ucap Lisa seraya menarik lengan Anne untuk melanjutkan langkahnya

Meninggalkan seorang pria yang masih berdiam diri di tempatnya kemudian menolehkan kepalanya menatap presensi Lisa yang menjauh

──────────────────────────

Votment!!

Thank You for Reading❤️❤️

ILY❣️

KEEP YOUR HEALTH🤗

LIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang