5. KE ACARA ARISAN

80 9 2
                                    

Arunika merenggangkan kedua tangannya ke atas. Pandangan mata yang buram, jelas seketika. Ia bergegas dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

Setelahnya, ia menuju lantai bawah untuk sarapan pagi. Hari ini minggu, artinya ia libur sekolah. Ia suka hari minggu, karena hanya hari itu, keluarga mereka bisa kumpul bersama.

"Ayah," sapa Arunika riang berlari menuju ayah nya.

"Udah mandi? Sarapan dulu." Rama, Ayah Arunika mengelus lembut surai putrinya.

"Lebay banget lo sama Ayah," ujar Altair menuruni tangga. Sepertinya laki-laki itu baru bangun tidur. Lihat saja penampilannya yang berantakan. Bahkan mata dari laki-laki itu belum terbuka sepenuhnya.

"Biarin." Arunika senang. Karena saking sibuknya, Rama hanya bisa pulang setiap 1 kali seminggu. Atau bahkan sampai satu kali sebulan. Karena Rama, kadang bekerja diluar kota.

"Ayo sarapan dulu. Runi, duduk. Gak usah nempel-nempel di Ayah mulu kamu." Manda membawa makanan sarapan untuk keluarganya. Kalau libur seperti ini, ia lebih suka memasak sendiri untuk keluarganya daripada harus dilayani oleh pembantu.

"Habisnya kangen banget. Ayah datang kapan? Kok Runi gak tahu? Semalam yah," tebak Arunika.

Rama tertawa. "Iya, semalam. Ayah mau nemuin kamu, tapi kamu udah tidur."

"Semalam Runi ngantuk banget. Makanya bobo nya cepetan," ujar Arunika. "Oh yah, karena Ayah udah dateng, nanti kita jalan-jalan mau nggak,"

"Gak boleh. Kamu gak usah pergi jalan-jalan."

Perkataan Manda membuat Arunika mengernyit. "Kenapa Nda?"

"Karena kamu harus ikut Bunda pergi arisan di rumah temennya Bunda."

Mendengarnya, lantas Arunika menolak. "Kenapa ngajak Runi? Gak mau ah, malu. Bunda juga biasanya ngajak Bang Al kan." Dulu-dulu Manda sering mengajak Altair untuk menemaninya pergi arisan. Kenapa kali ini harus dirinya?

"Gue mau pergi sama temen bentar," ujar Altair. Dirinya juga malu kali kalau harus ikut terus-terusan ke acara arisan ibu-ibu sosialita.

"Ru-Runi juga mau pergi bentar sama teman Runi." Bagaimana pun caranya, Arunika harus bisa keluar dari situasi ini.

"Jangan bohong. Tadi katanya mau pergi jalan-jalan sama Ayah-nya."

"Ya itu. Habis main sama teman, baru Runi pergi sama Ayah." Bagus Runi, lanjutkan.

"Banyak alasan lo. Ikut aja napa. Durhaka lu yah ngebangkang sama orang tua." Altair sudah menampilkan senyumannya yang penuh arti itu.

"Yah," Arunika memohon pada Rama. Berharap ayah nya itu dapat menolongnya.

"Ikut Bunda mu aja. Sebentar Ayah juga gak bisa pergi nemenin kamu jalan-jalan. Masih ada kerjaan yang belum selesai."

Sudah. Habis sudah harapan Arunika. Dengan senyuman yang penuh dengan kepalsuan, Arunika mengangguk pasrah pada Bundanya. "Owkey."

Hal yang tidak diharapkan terjadi pada Arunika. Ia sudah sampai di rumah teman Bundanya itu. Haish, mengapa ia harus ada disini.

"Wah, putri kamu yah Manda?" tanya salah seorang wanita sepertinya pemilik rumah. Karena dari yang Manda lihat, wanita ini dari tadi menyambut tamu yang datang.

Manda mengangguk. "Iya. Namanya Runi." Manda mempersilahkan Arunika untuk menyalimi wanita tersebut.

"Sore Tante. Saya Arunika," katanya.

"Wah cantik yah dia. Kirain, Altair gak punya saudara."

Manda terkekeh. "Runi ini jarang keluar rumah. Makanya sekali-sekali saya bawa dia kesini."

AREANO  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang