Happy Reading
Arunika berjalan keluar perpus. Dengan membawa buku cetak tebal karena disuruh oleh Pak Marwan, guru fisikanya.
"Berat banget, kenapa gak disuruh bantuin sama Raka kek," gumam Arunika sedikit kesal. Pasalnya, buku yang dibawanya ini agak banyak dan berat.
"Eh-eh awas!"
BRUGH
"Aduh bokongku," ringis Arunika karena bokongnya yang terpental pada lantai.
"Eh Runi sorry, gue tadi lagi dikejar sama Mpok Wati." Orang yang menabraknya adalah Reano.
Mendengar suara itu, Arunika langsung mendongak. Mendapati Reano yang celingak-celinguk karena takut jikalau masih dikejar oleh Mpok Wati.
"Owh iya, gak papa Kak." Arunika tersenyum pada Reano.
"Sini, gue bantu berdiri," Reano menjulurkan tangannya.
Arunika menerima uluran tangan itu. Ia berdiri dan membersihkan roknya yang sedikit kotor.
"Nih, bukunya. Sekali lagi gue minta maaf," ujar Reano telah memunguti buku yang berserakan. Gara-gara mencopet air mineralnya Mpok Wati, ia harus dikejar-kejar sampai ke koridor sekolah. Dan Reano sudah kapok akan hal itu.
"Iya Kak, makasih."
"Mau dibawa ke kelas? Gue bantu bawa aja gimana," tawar Reano. Lumayan, bisa liat Nayra disana.
"Gak usah, aku bisa sendiri kok."
"Udah gak papa." Reano mengambil sebagian buku cetak dari tangan Arunika. Ia berjalan terlebih dahulu menuju kelas.
Arunika masih diam mematung ditempat. Reano membantunya untuk kesekian kalinya lagi.
Merasa tidak ada Arunika dibelakangnya, Reano pun menoleh. "Woi malah bengong. Ayok sini."
Arunika tersadar. "Oh iya, iya Kak." Runi segera berlari menyusul.
Arunika masuk membawa buku tersebut, diikuti oleh Reano dibelakangnya yang sudah melirik-lirik Nayra dibangkunya.
Para siswi yang melihatnya terkejut, tatkala Arunika datang bersama dengan Reano. Cowok populer, yang hobi mengejar Nayra.
"Ini Pak bukunya." Arunika menyimpan buku cetak tersebut diatas meja Pak Marwan.
"Pak," Reano menyengir ikut menyimpan buku tersebut.
Pak Marwan melorotkan kacamatanya untuk melihat lebih jelas siapa laki-laki dihadapannya. "Reano? Ngapain kamu disini?"
"Saya bantu Arunika bawa bukunya Pak. Kasian tadi saya liat kesusahan bawa bukunya," jelas Reano langsung diangguki oleh Pak Marwan.
"Yaudah, terima kasih. Keluar kamu." Bukan bermaksud mengusir. Tapi Reano biasanya tak akan keluar dari kelas.
"Hehe iya Pak." Reano menatap Nayra yang sedang menopang dagu disana. "Nayra, nanti kita ke kantin bareng yah," teriaknya sebelum ia ngacir keluar kelas. Itulah alasannya tak ingin keluar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
AREANO
Teen Fiction[FOLLOW FOLLOW] Menunggu. Itu yang selalu dilakukan oleh seorang Reano. Setiap saat ia menunggu gadis yang disukanya, membalas perasaannya. Sampai ia tidak sadar bahwa secara tidak langsung, ia sudah melukai hati seorang gadis lain. Hingga ia menyad...