3. KELUARGA RUNI

83 12 0
                                    

Happy Reading🌈

Arunika masuk ke dalam rumahnya. "Bunda, Runi pulang," sapanya menghampiri bundanya yang sedang menuruni tangga.

"Anak Bunda udah pulang," Manda—Bunda Runi menghampiri Arunika yang akan menyalimi tangannya.

"Iya Bun."

"Pulangnya kesini naik apa?" tanya Manda duduk disofa ruang tengah.

Arunika ikut duduk menyusul bundanya. "Runi, diantar sama kakak kelas Runi," jelas Arunika.

"Kakak kelas, siapa?"

"Kak Reano. Tadi, ngelihat Runi sama Nayra di halte, dihampirin, terus ditawarin buat nebeng." Itu pun karena ada Nayra. Mungkin jika tak ada Nayra, Kak Rean gak bakalan nawarin pulang bareng.

"Oh syukurlah. Kamu sih gak bawa mobil. Kenapa tumben mobilnya gak dibawa?" Manda menyilangkan kaki menekan remot menonton tv.

"Pengen aja, janjian sama Nayra." Arunika cengengesan. "Udah deh, Runi naik dulu yah Bund." Arunika berlari menaiki tangga.

"Yaudah. Kalau udah mandi, ganti baju, terus turun makan," teriak Manda pada Arunika yang sudah sampai diatas.

"Siap Bunda."

Saat hendak masuk ke dalam kamar, Arunika melihat Abangnya, Altair Brandon Algibrata keluar dari kamarnya.

"Abang," Arunika menatap Abangnya dengan berkacak pinggang.

"Kenapa lu?" Altair atau yang kerap disapa Al itu mengernyitkan dahinya.

"Udah berapa kali Runi bilang. Kalau keluar kamar tuh, bajunya dipake." Arunika menghampiri Al dan mendorongnya masuk kembali ke kamar. "Sekarang, Abang pake bajunya baru boleh keluar," omelnya karena Altair tidak menggunakan baju, hanya menggunakan boxer keluar dari kamarnya.

"Ck, apaan sih lu? Ini kan masih dalam rumah, gak keluar." Altair mencoba menahan dirinya yang masih didorong oleh sang adik.

"Abang gak malu apa, diliatin sama cewek?" Arunika berhenti mendorong Altair dan kembali mengomelinya.

"Malu apanya, orang ceweknya cuma lo sama Bunda doang. Eh, sama Mbak Sari."

"Ck, tapi itu sama aja. Runi kan udah gede bukan anak kecil lagi. Seharusnya Abang malu sama Runi. Udah Abang buru masuk pake bajunya." Arunika kembali mendorong Altair.

"Iye-iye, gak usah dorong-dorong juga elah." Kesal sekali dirinya dengan adiknya ini. Sudah mengerti juga ternyata Arunika dengan rasa malu. Padahal Runi dulu hanya bertelanjang berlari kemana-mana.

"Yaudah Runi keluar dulu. Bay!" Runi segera pergi menuju kamarnya.

"Gaje banget tuh bocah." Altair geleng-geleng.

Setelah mandi dan berpakaian, Runi berbaring pada ranjangnya. Ia menghela nafas pelan. Kak Rean, haish mengapa Arunika sering memikirkan orang yang sama sekali tidak pernah melihatnya.

Arunika sudah lama ingin melupakan kakak kelasnya itu, tapi melupakan seseorang tidak semudah itu. Terlebih lagi, Reano adalah cinta pertamanya.

AREANO  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang