Happy Reading🌈
Arunika masuk kedalam rumah dengan lesuh. Ia menghempaskan bokongnya pada sofa di ruang tamu nya. Capek sekali rasanya.
Sepulang sekolah tadi, ia melihat Reano yang pergi bersama dengan Nayra. Sedangkan dirinya, harus mengantar mobil Nayra ke rumahnya terlebih dahulu. Lalu, pulang kembali ke rumahnya menaiki ojek online.
"Kenapa?" Altair menghampiri Arunika. Kemudian duduk disofa seberang.
"Capek," lirih Arunika.
Altair mengangkat sebelah alis kebingungan. Tidak biasanya Arunika pulang langsung lesuh seperti ini.
"Oh yah, tadi gue liat lo pake mobil Nayra. Emang Nayra nya kemana sampai lo yang bawain mobil nya pulang?" Altair sebenarnya bodo amat. Tapi ia pikir ini ada hubungannya dengan Arunika yang nampak lesuh siang ini.
Arunika sedikit tertunduk. "Nayra lagi ada urusan tadi, makanya Aku yang bawain mobilnya."
"Urusan apaan?" tanya Altair.
Arunika langsung berdiri dengan senyum jahil diwajahnya. "Abang kepo banget sih. Bukan urusan apa-apa juga."
Altair memutar malas bola matanya. Dirinya tidak kepo kok, hanya penasaran. "Lo baik-baik aja Run?"
Arunika yang sudah melangkah melewati Altair, berhenti sejenak. Ia menoleh lalu tersenyum lebar pada Altair. "Baik-baik aja kok. Udah ah, Runi naik ke atas, Abang bau." Arunika langsung berlari sembari menahan air mata yang hendak jatuh dipipinya.
Mengapa Altair harus bertanya seperti itu. Jika ditanya apakah ia baik-baik saja, maka jawabannya tidak. Kenapa ia harus cengeng seperti ini.
Altair memperhatikan punggung Arunika yang sudah masuk kedalam kamarnya. Ia merasakan adiknya sedikit berbeda siang ini. Tapi, haish sudahlah ia tidak ingin memikirkannya.
Arunika terbangun dari tidur siangnya dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 16.10. Ia turun ke bawah dan memperhatikan seisi rumah yang nampak kosong.
Ah, sepertinya Manda belum pulang dari butik. Altair? Abangnya itu memang sering keluyuran jika sore hari, entah kemana dia sekarang. Berarti, Arunika sendirian dong di rumah.
Jika ditanya apakah Arunika memiliki pembantu atau tidak, maka jawabannya iya. Mereka memang memiliki pembantu, namun karena rumahnya dekat, terkadang pembantunya itu akan langsung pulang ke rumahnya dan tidak menginap.
"Bosan ah, kalau di rumah sendirian. Nonton tv aja kali yah," Arunika berjalan menuju ruang keluarganya berada.
Tetapi, suara lonceng dipintu rumahnya membuat ia bergegas. "Iya, sebentar." Arunik Beranjak dari duduknya. Padahal baru saja bokongnya mendarat, harus berdiri lagi.
"Emang siapa sih yang datang? Paket yah, aku gak pernah mesen apa-apa deh kayaknya. Oh, jangan-jangan punya Bang Al lagi."
Arunika membuka pintu utamanya. "Iya. Nyari siapa- Kak?!"
"Oh, Runi. Hai," Reano menyapa seraya tersenyum.
"Ha-halo. Ma-maksud aku, Kak Rean ngapain disini?" lihatlah, ia bahkan tidak tahu harus bereaksi bagaimana saat Reano sudah berada didepannya.
"Ini, ada kue dari Mama buat Bunda kamu katanya." Reano mengangkat bingkisan kue yang dibawanya.
"Owh. Ya-yaudah Kak, terima kasih." Arunika mengambil alih bingkisan tersebut. "Ga-gak mau mampir dulu??
KAMU SEDANG MEMBACA
AREANO
Teen Fiction[FOLLOW FOLLOW] Menunggu. Itu yang selalu dilakukan oleh seorang Reano. Setiap saat ia menunggu gadis yang disukanya, membalas perasaannya. Sampai ia tidak sadar bahwa secara tidak langsung, ia sudah melukai hati seorang gadis lain. Hingga ia menyad...