Happy Reading🌈
Aku malu banget, batin Arunika terus tertunduk. Pertama kalinya dia berdiri didepan karena tidak memakai topi. Pasti setelah ini, Altair akan mengomelinya. Lihat saja.
Setelah apel berakhir, Arunika tidak dibiarkan begitu saja untuk masuk kedalam kelas. Ada hukuman yang harus diterima oleh dirinya.
"Tidak biasanya kamu gak pake topi seperti ini Arunika," ujar Pak Dudung. Pria gendut dengan kumis lebat dan kepala botak.
"Lupa Pak. Tadi buru-buru," ujar Arunika.
Pak Dudung menghela nafas. "Yaudah. Kamu sapu sana halaman samping sekolah. Disana sampahnya banyak banget. Setelahnya, kamu boleh masuk kelas."
Arunika mengangguk. Ia segera berjalan ke arah samping sekolah. Disana sangat sejuk dikarenakan terdapat satu pohon yang besar membuat terik matahari tidak menyengat kulit. Rumputnya pun, juga hijau. Maka tak jarang, ada siswa yang biasa nongkrong disini.
Setelah mengambil sapu lidi, ia segera menyapu halaman tersebut. "Duh Runi. Ini pelajaran buat kamu. Besok-besok kamu jangan lupa lagi." Kata Arunika pada dirinya sendiri.
Apa mungkin gara-gara insiden dengan Reano tadi membuatnya lupa mengambil topi? Haish, dirimu sudah benar-benar gila Runi.
Saat dirasanya sudah cukup, ia duduk dibawah pohon tersebut. Seraya mengatur nafas karena kelelahan. "Duh, masuk kelas sekarang gak yah," pikirnya. Arunika malas masuk kelas, malu lebih tepatnya. Ia malu pada teman-temannya. Karena, baru pertama kali ini ia dihukum seperti sekarang.
"Laper lagi dari pagi belum makan," gumamnya. Bekalnya ada didalam tas. Sama saja jika ia harus masuk kedalam kelas.
"Sial banget gue dihukum lagi."
Arunika langsung menengakkan badannya saat mendengar suara laki-laki disekitarnya. Gak ada orang kok ada suaranya.
Sumber suaranya berada dibalik pohon yang sedang Arunika jadikan untuk tempat sandaran. "Maaf-"
"Ih, setan!" Laki-laki tadi berteriak kaget.
"Aku bukan setan," ujar Arunika yang sempat ikutan kaget.
"Lho," laki-laki itu berdiri seraya menunjuk Arunika. "Astaga Tompel. Ngapain lu disini? Bolos yah."
Arunika menggeleng dengan cepat. "Aku gak bolos. Kamu jangan sembarangan ngomong."
"Apalagi kalau bukan bolos." Jeri menggeleng-geleng tidak menyangka. "Muka polos, ternyata hobi bolos juga."
"Kamu kenapa sih. Aku kan udah bilang, kalau aku gak bolos." Arunika mulai sedikit kesal.
"Terus apa kalau enggak bolos?" Jeri menantang.
"Itu, aku-"
"Oh, atau lo. Lo ini yah, mau ngerokok disini." Jeri memandang kaget pada Arunika.
Arunika kaget sekaligus snagat kesal sekali. "Aku bilang bukan. Kenapa kamu malah ngomong sembarangan!" ujarnya memukul bahu Jeri.
Ia ternganga atas apa yang dilakukannya. Ia memandangi tangannya. Astaga, tangan ku bergerak sendiri, batinnya.
"A-aduh. Ma-maaf Jer, aku-"
KAMU SEDANG MEMBACA
AREANO
Teen Fiction[FOLLOW FOLLOW] Menunggu. Itu yang selalu dilakukan oleh seorang Reano. Setiap saat ia menunggu gadis yang disukanya, membalas perasaannya. Sampai ia tidak sadar bahwa secara tidak langsung, ia sudah melukai hati seorang gadis lain. Hingga ia menyad...