Happy Reading🌈
Bocil Irfa dan Loka baru datang membawa nampan berisikan makanan yang mereka pesan. Namun, ia hanya berdiri seraya memandang kaget pada semua laki-laki yang sekarang bergabung ditempat mereka. Terutama pada laki-laki yang langsung saja merebut perhatiannya.
"Ka-Kak, Kak," jantungnya berdebar membuat tangannya pun ikut gemetaran.
"Ih Dek Irfa, imut banget sih. Pipi tembemnya pengen Bang Martha uyel-uyel," Martha melanjutkan aksi menggodanya.
"Buset dah lu. Semua cewek aja lu godain bambang." Komentar Delon.
Oke Irfa, kamu harus tenang. Ada kak Galang disana. Irfa menghela nafas. Lalu ia menyimpan nampan itu diatas meja. "Ini makanan Runi," ujarnya memberikan makanan pada Arunika.
"Wah, ada lolipop, Bang Martha ambil yah," Martha hendak mengambil satu lolipop yang juga berada diatas nampan. Namun baru saja ia ingin meraihnya, Irfa sudah lebih dulu mengambilya.
"Ini punya Irfa. Gak boleh diambil sama siapa-siapa," ujarnya mengerucutkan bibir.
"Ih, tambah kiyowok deh, kalau kayak gitu." Sumpah Martha, hentikan semua ini.
"Lu diam aja kenapa. Dari tadi gak habis-habis ngegoda anak orang," kata Galang membuat Irfa senang bukan kepalang dalam hati. Ah, dibela sama Kak Galang, Irfa seneng banget.
Sementara Loka, ia langsung saja duduk disalah satu bangku disana. "Nih pesenan lo Nay. Gak sia-sia gue nerobos orang-orang tadi." Loka menggulung lengan bajunya, lantas duduk sembari menaikkan satu kaki diatas kursi.
Semua mata tertuju pada Loka. Perempuan ini benar-benar tomboy. Martha menggeleng-geleng. Kalau ia menggoda Loka, bisa saja sebuah bogeman langsung mendarat dipelipisnya.
"Loka, turunin kaki kamu. Emang gak malu diliat sama cowok-cowok?" bisik Arunika pada Loka.
"Halah, gue pake daleman kok. Gak telanjang juga. Ribet Run, gue gak bisa kalau gak ngangkat kaki satu kalau makan." Loka hendak menyuapi makanan kembali pada mulutnya. Tanpa sengaja ia bertatap mata dengan Zero yang sedang menatapnya.
Loka mengernyit. Apa lo? Ucapnya dalam hati.
"Yaudah deh. Terserah kamu." Arunika memakan juga makanannya. Lalu, ia mendongak. "Kakak-kakak semua gak pesen makan?" tanya Arunika disela-sela makannya.
"Mau dipesenin gak Run, kalau dipesenin sih Bang Martha mau makan." Martha tertawa.
Arunika mengangguk. "Kalau Kak Martha mau pesen, gak papa Kak ambil aja. Biar Runi yang bayar nanti."
"Ih, dibayarin Men," Martha memukul kepala Delon. Tidak percaya dia Arunika sebaik ini. Jangan disia-sia in mah cewek kayak gini.
"Heh, gak tau malu lu," Reano meliriknya tajam. Sumpah, kehadiran Martha disini membuatnya dipermalukan.
"Gak usah dibayarin Run. Dia punya duit kok. Lo gak usah terlalu baik." Galang mengangkat suara. Bisa habis duit Arunika kalau Martha yang memesan makanan.
"Gue kesana dulu yah. Mau ketemu Widya." Delon berdiri dari duduknya. Widya adalah pacarnya di sekolah Gentara ini. Yang kemarin diner ran sama Delon.
"Dasar bucin lo," ujar Martha yang tidak dipedulikan Delon sama sekali. Bodo amat mau dia bucin.
Sementara Reano, tak henti-hentinya mengganggu Nayra yang sedang makan. "Suapin gue dong," pintanya.
"Ihk, lu punya tangan sendiri. Punya duit banyak juga. Kenapa gak pesen aja makanan terus makan pake tangan lo itu," Nayra mengernyit tak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AREANO
Teen Fiction[FOLLOW FOLLOW] Menunggu. Itu yang selalu dilakukan oleh seorang Reano. Setiap saat ia menunggu gadis yang disukanya, membalas perasaannya. Sampai ia tidak sadar bahwa secara tidak langsung, ia sudah melukai hati seorang gadis lain. Hingga ia menyad...