13. REANO PATAH HATI

74 10 0
                                    

Happy Reading🌈


Waktu istirahat tiba. Namun, laki-laki yang kerap disapa Reano itu, masih asik dengan bola basket yang ia mainkan, bersama dengan siswa lainnya.

"Udahan yok," ujar temannya bernama Alvi.

"Bentar lah. Kita lanjut main aja dulu." Reano memantul-mantulkan bola basket ditangannya.

"Gue udah capek. Haus nih."

"Yaudah kalau gitu. Lo Zer? Mau berhenti juga?"

Zero mengangguk. "Capek."

Sekian lama Zer, akhirnya lu dapat dialog juga disini. Walaupun cuma satu kata gak pa-pa. Yang penting lu punya guna sebagai pemeran dalam cerita ini. Batinan Reano sepertinya mewakilkan isi suara kita, xixi.

"Yaudah. Kalian istirahat aja dulu, gue mau–" Reano menghentikan ucapannya. "Nayra!" panggilnya pada gadis yang berjalan bersama sahabatnya. Yah, of course Nayra dan Arunika. Matanya langsung terbuka lebar saat melihat Nayra yang berjalan.

Alvi dan yang lainnya menggeleng-geleng. Lihatlah, laki-laki itu, bahkan ia sudah tidak menghiraukan lagi teman-temannya.

Nayra dan Arunika yang berjalan di koridor sontak menghentikan langkahnya. "Itu Kak Rean, kayaknya manggil kamu deh Nay," ujar Arunika.

Nayra menoleh pada Reano yang berdada-dada disana. "Kenapa tuh orang?"

"Kesana aja. Siapa tau dia mau ngomong sesuatu."

"Ck, malas banget." Nayra menarik tangan Arunika untuk pergi saja dari sana. Namun Arunika menahan tarikan itu saat Reano sudah berjalan mendekat.

"Nay, nonton gue latihan basket disini yah," Reano menampilkan deretan giginya.

"Ngapain gue nonton lu lagi latihan basket. Mending juga ke kantin daripada disini." Nayra berkata dengan ogah-ogahan.

"Jahat amat."

Nayra bersedekap dada. "Emang gue jahat."

Reano menyentil pelan kening Nayra. "Udah lu duduk aja. Oh, atau lo mau main bareng gue? Ayok biar gue ajarin." Terlihat raut wajah Reano yang terlihat antusias. Ia menarik tangan Nayra menuju ke pinggir lapangan.

"Ck, lepasin. Gue gak mau." Nayra menarik-narik tangannya.

Karena Reano tidak mengadahkan ucapannya, Nayra pun menjadi geram. "Apa sih lo. Gue bilang gak mau, apa deh maksa-maksa. Udah yah Kak, gue tuh gak suka sama Lo. Berapa kali sih gue harus bilang. Gue ngerespon ucapan Kak Reano bukan berarti hati gue udah mulai terbuka. Nggak. Itu semua cuma karena Runi yang selalu minta buat nggak nyuekin Kakak. Jadi gak usah ngelunjak kayak gini."

Mata Arunika membulat mendengarnya. "Kamu kenapa ngomong kayak gitu?" bisiknya sedikit panik.

"Cukup Run. Gue udah capek ngikutin perkataan lo." Nayra mengalihkan pandangan pada laki-laki dihadapannya. "Dengar. Mending Kak Reano berhenti aja berjuang kayak gini. Percuma Kak, gue gak bisa cinta sama Kakak. Jadi gue mohon, berhenti kejar-kejar gue lagi."

Setelah mengatakan semua itu, ia berlalu meninggalkan lapangan. Meninggalkan bisik-bisik dari para siswa lain yang bercerita tentangnya.

AREANO  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang