15. SEBUAH PERMEN

43 8 0
                                    

Happy Reading🌈

Jam pelajaran matematika masih berlangsung di kelas Reano. Didepan sana, Pak Goras, sedang menjelaskan materi yang entah mengapa sulit sekali dicerna otak.

Reano sedikit berdecak. Rasanya sangat membosankan. Ia menoleh pada teman-temannya. Terlihat Martha yang ternyata sudah berada dialam mimpi. Delon yang sibuk mengorek upil, Zero dan Galang yang serius memperhatikan pelajaran. Ah, Reano kadang heran kepada kedua orang itu. Mengapa bisa mereka berdua memiliki otak yang cerdas.

Bunyi decitan kursi membuat atensi seluruh murid tertuju pada laki-laki yang dari tadi sibuk berdecak. Reano melangkah maju kedepan. Meminta izin untuk pergi ke UKS, dengan alasan sakit kepala. Setelah diberi izin, ia langsung melongos keluar seraya memegang kepalanya.

Martha yang tadinya tidur, langsung membuka lebar matanya. "Bohong anjir," bisiknya pada Delon teman sebangkunya.

"Iya. Gue mau ngomong, tapi takut sama Pak Phytarogas," sambung Delon berbisik.

"Phytagoras anjir. Pantasan goblok,"

Perkataan Martha jelas membuat Delon marah. "Kurang ajar lu ngatain gue goblok." Ia menyapu tangannya pada muka Martha.

Membuat penciuman Martha tiba-tiba menjadi tajam. "Gue kok ngerasa bau-bau aneh anjir," ujarnya mengendus. Saat ia sadar, ia membulatkan matanya. Dan sedetik kemudian berteriak histeris.

Dan kalian tau apa yang terjadi selanjutnya? Yah, kalian bisa menebaknya sendiri.

Sesaat setelah kakinya melangkah keluar pintu, muka Reano yang awalnya lemas, langsung tergantikan dengan wajah penuh keceriaan. Akhirnya, bisa bebas juga dari kelas yang penuh penderitaan itu.

Dengan menghela nafas, Reano berjalan menuju ke UKS berada. Ia tidak berbohong tentang kepalanya yang sakit. Kepalanya sakit karena belajar matematika, itu saja. Ia tidak suka pelajaran itu. Jika ia yang menjadi menteri pendidikan suatu hari nanti, ia akan menghapus pelajaran matematika di sekolah. Tentu, akan banyak yang mendukungnya.

Reano membaringkan tubuhnya dibrankar UKS seraya menyalakan AC. Tenang sekali. Bisa tidur tanpa adanya gangguan.

Baru saja ia akan masuk ke alam mimpi, akan tetapi suara yang mengganggu tiba-tiba menyadarkannya. Reano perlahan membuka matanya. Siapa yang berani mengganggu tidurnya.

"Duh, pelan-pelan Run, sakit banget."

Reano mengernyitkan dahi. Itu terdengar seperti suara Nayra.

"Iya. Ini pelan-pelan kok."

Dan itu terdengar seperti suara Arunika. Apa yang mereka lakukan? Reano bangkit dan mengeceknya.

Ia melihat tangan Nayra yang luka. Lebih parah dari yang kemarin ia lihat saat ia menolongnya.

"Tangan Nayra kenapa Runi?" tanya Reano.

Kedua perempuan itu, kaget. Yah, hanya sebatas kaget. Dari mana datangnya laki-laki ini. Saat telah sadar, Arunika berdehem kecil.

"Ehm, ini Kak. Tangan Nayra luka."

"Bukannya itu tangan yang luka kemarin gara-gara jatuh dikejar anjing kan,"

AREANO  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang