12. KERJA BAKTI

67 10 1
                                    

Happy Reading🌈

Reano memperhatikan kotak kado yang diberikan Arunika kepadanya semalam. Kado itu masih tersegel sempurna dan belum dibuka sama sekali.

"Isinya apaan yah?" Reano mengguncang-guncangkan kotak tersebut. Ah, kalau penasaran, cus lanjut buka aja. Ia lalu membuka ikatan pada kado tersebut.

Ia sempat terdiam. Isinya sebuah sapu tangan dan gantungan kunci? For what? Ia mengambil sapu tangan tersebut. "Buat apa Runi ngasih ini?" Reano bertanya-tanya.

Tangannya lalu bergerak mengambil sebuah gantungan kunci tersebut. Gantungan itu berbentuk gambar manusia kartun, mirip dengan Reano. Juga tertera namanya sendiri disana. Yah, Reano.

Dilihatnya, ada sebuah note juga disana. 'Kak Rean, Selamat ulang tahun. Maaf yah, Runi cuma bisa kasih ini buat Kak Rean. Soalnya bingung mau ngasih apaan, hehe. Runi kasih ini biar Kak Rean bisa ngelap keringat kalau lagi latihan basket. Soalnya Kak Rean kan suka keringatan. Terus, buat gantungan kunci, itu aku desain sendiri lho.'

Tanpa sadar ia tersenyum. "Runi lucu juga," ujarnya terkekeh. "Yaudah, gue bakalan bawa kemana-mana gantungan kunci ataupun sapu tangan ini."

"Runi, keluar lo." Altair mengetuk pintu kamar Arunika. "Woy, udah hampir jam tujuh ini. Lo mau telat lagi datang ke sekolah?"

Sudah lama ia berkoar-koar, namun tidak ada tanda-tanda Arunika akan membuka pintu sepertinya. "Mana sih lu? Kalau lo belum keluar juga, gue tinggalin lu," ancamnya.

"Satu, dua, tiga. Oke gue tinggalin-"

Pintu kamar Arunika terbuka. Menampilkan Arunika sendiri yang sudah siap dengan seragamnya. Tidak memedulikan Altair, ia langsung berjalan menuruni anak tangga.

"Lu kenapa sih?" tanya Altair mengikut menuruni anak tangga.

Arunika tidak menjawab dan terus berjalan. Kak Rean udah lihat belum yah, kado dari aku, batinnya. Ia takut jika Reano nanti kecewa dengan kado yang diberikannya. Ia malu karena tidak memberikan kado yang mewah yang mungkin seperti dengan orang-orang. Ah, gak apa-apa Runi yang penting kamu ikhlas.

"Heh, lu mau pake sendal ke sekolah?" Reano meneriaki Arunika yang sudah siap berangkat ke sekolah dengan sendalnya.

Arunika yang sudah berada didepan gerbang terdiam. Ia menunduk kebawah memperhatikan betapa bodohnya dirinya. "Lah, iya."

Gara-gara bengong memikirkan hal yang sedikit tidak penting, mampu membuat dirinya menjadi tidak jelas dihadapan Altair. Ia lalu berjalan kembali untuk memakai sepatunya.

Altair sendiri hanya menggeleng-geleng terhadap perilaku Arunika yang menurutnya sangat aneh. "Lu kenapa sih jadi kayak gini?" tanyanya mengernyit.

Arunika berdecak. "Bukan urusan Abang."

"Sial-"

"Bunda. Abang mau ngomong kasar sama Runi!" Arunika berteriak ingin mengadukan Altair yang hendak melontarkannya kata kasar.

"Altair, kamu jangan umpati adik kamu yah. Awas kamu nanti," Manda berteriak dari dalam.

Altair panik seketika. "E-enggak Bun. Runi aja yang ngomong sembarangan." Ia lalu memolototi Arunika. "Kurang ajar lu," gumamnya.

AREANO  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang