Gemericik aliran sungai dari hulu ke hilir sungguh menangkan hati serta pikiran. Ini lah tempat yang sangat disukai Indurasmi untuk menenangkan pikiran dan menghafalkan sesuatu. Seraya mencuci pakaian juga Indurasmi datang ke sungai ini.
"Ada seorang Tuan Belanda datang, cepat selesaikan pekerjaan kalian!" Salah seorang pemuda yang baru datang untuk memancing di sungai, tiba-tiba berseru demikian.
Hal itu membuat para ibu serta gadis yang tengah mencuci baju mempercepat kegiatannya, begitupun dengan Indurasmi. Akan menjadi musibah buruk bila ia bertemu dengan pria netherland kembali, terutama para serdadu.
Namun, ketika baru membilas pakaian, suara langkah dan panggilan untuk Indurasmi terdengar. "Rasmi."
Seketika Indurasmi mengigit bibirnya karena khawatir. Ia membalikan badan, "Elden?" Gadis itu bernafas lega. Ya, karena tuan Belanda yang dimaksud itu ialah Elden.
Elden tersenyum sembari mendekat dan duduk di sebuah batu di samping Indurasmi. "Ternyata kamu di sini."
"Kenapa bisa sampai ke sini?" tanya Indurasmi sembari matanya melihat para warga yang mulai berbisik-bisik.
"Di pondok sepi, saya kira kamu ada di ladang, ternyata ketemu di sungai." Elden membuka sepatunya, dan ikut merendam kaki di aliran sungai yang dingin ketika menyentuh kulit.
Indurasmi tersenyum kecil, ia kembali melanjutkan kegiatannya. "Khusus hari jumat, aku liburkan dulu."
"Oh, gitu." Pria itu mengangguk kecil. Ia seperti menikmati suasana di sana. Terlebih para warga yang ada di sana mulai beranjak pergi, semakin tenanglah suasana tanpa bisikan rumor dari mereka.
"Aku lihat, akhir-akhir ini kamu tidak terlihat memakai seragam tentara lagi. Dan lebih suka mampir ke pondok setiap hari." Indurasmi mulai bertanya-tanya. Rasa penasaran ini sudah sejak lama ingin dinyatakan. "Apa tidak ada tugas dari petinggimu?"
Elden melirik Indurasmi dengan sesuatu tak bisa dijelaskan. "Tidak ada."
"Saya sangat menyukai ayat yang kamu bacakan setiap harinya pada anak-anak. Oleh sebab itu, saya sering datang ke pondok," lanjut Elden.
Indurasmi menatap tidak percaya, kegiatannya pun terhenti. "Sejak kapan?"
"Entahlah." Pria itu mengedikan bahu. "Yang saya tahu. Saya telah jatuh cinta pada ayat-ayat yang selalu kamu bacakan."
Gadis di sampingnya tidak ada hasrat untuk melanjutkan kegiatan mencuci bajunya, ia meluruskan badan ke depan lalu menundukan kepala sejenak.
Elden menoleh padanya ketika menyadari arti diam seorang Indurasmi. "Cinta itu telah membawa saya pada hal yang sangat di luar dugaan saya."
"Apa?" Indurasmi menatap Elden.
"Saya ingin mengenal kamu, Indurasmi," katanya.
Seketika Indurasmi memejamkan mata sembari melepas nafas lirih. Tak bisa dijelaskan perasaannya sekarang. Namun, penyataan Elden tadi ia tanggapi dengan santai seolah lolucon. "Kan kamu sudah mengenalku. Sudah tahu namaku, dan tempatku tinggal."
Elden tertawa ringan, begitupun Indurasmi. Namun tawa itu perlahan terhenti, kalah dengan suasana yang berubah serius.
Di kala mata Elden menatap Indurasmi penuh kejujuran. "Saya ingin mengenalmu lebih dari itu. Saya serius, Indurasmi. Tidak ada gadis yang membuat saya seserius ini."
"Maaf. Aku tidak bisa mengizinkannya." ujar Indurasmi sembari dengan cepat menyelesaikan cuciannya, ia seolah ingin menghindar dari percakapan tersebut.
"Baiklah tidak apa-apa. Tapi apakah kamu bisa mengenalkan saya pada Tuhanmu?"
Deg. Mata Indurasmi langsung menyorot Elden, pernyataannya itu membuat Indurasmi berada di ambang kebimbangan luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indurasmi [Proses Terbit]
RomanceAku mempunyai harapan dan sebuah mimpi. Meskipun aku masih berada dalam lorong kenyataan yang begitu gelap dan sunyi. Kata orang, sebuah harapan akan menjadi cahaya untuk menunjukan kita jalan menggapainya. Cahaya itu bukan berada pada penglihatan...