Bab 16 [Sebuah Berita]

67 14 0
                                    

Sejak matahari mulai terbenam di ufuk barat, beberapa mobil sedan dan andong terlihat memenuhi halaman rumah kediaman keluarga Jhon alias rumah keluarga Ambar. Hari ini akan diadakan pesta yang selalu dilaksanakan sang tuan rumah di kala panen telah tiba, yang artinya akan ada banyak keuntungan menanti.

Ambar yang menjadi tuan putri di keluarga tersebut pun ikut ambil kendali dalam berjalannya acara. Terlebih satu kebiasaan para bangsa netherland ketika berkumpul atau mengadakan pesta, yaitu membangga-banggakan anaknya. Meski, keluarga Jhon tidak tertarik akan kebiasaan tersebut, Ambar tetaplah harus terlihat cantik serta elegan di hadapan para tamu.

Rambut pirang panjangnya ia gelung asal sehingga terdapat beberapa helai rambut yang tidak tergulung. Melalui sedikit polesan di wajah dan gaun maroon yang dipakainya, sangat berhasil membuat Ambar menjadi pujian beberapa tamu.

"Beautiful girl." Kini, kalimat itu yang selalu Ambar dengar. Kadang ia membalasnya dengan senyuman manis.

"Hei, Ambar. Gadis manisku!" Mendengar seruan yang tak asing, Ambar pun membalikan badan dan lantas ia mengembangkan senyuman.

"Tante Lauren!" Tak kalah antusias Ambar menyambut pelukan sang tante yang sejak kecil sangat dekat dengannya. "Apa kabar? Sudah begitu lama tante kembali ke Indonesia."

"Maafkan, Tante. Di sana banyak sekali kerjaan yang tidak bisa ditinggalkan." jawab Lauren seraya melepas pelukan. "Gadis manisku ini tambah cantik saja."

Ambar terkekeh mendengarnya, sebutan gadis manis yang selalu menjadi ciri khas sang tante dalam mengenali sosok Ambar.

"Oh, iya. Tante turut bersedih atas apa yang menimpa sahabatmu sekarang." Ucapan Lauran itu membuat Ambar menatap kebingungan.

"Bersedih karena apa? Siapa?"

Lauren mengerutkan dahi. "Kau tidak tahu? Aneh sekali."

"Apa yang Tante maksud tadi. Katakanlah," ujar Ambar, memaksa.

"Baiklah-baiklah." Sebelum itu Lauren menyuruh sang keponakan untuk duduk di salah satu kursi. "Tadi, Tante ikut mengobrol bersama yang lain. Ternyata mereka tengah membicarakan Indurasmi, sahabatmu yang kamu bantu sekolahnya di Amsterdam."

Ambar semakin penasaran saja. Ia bertanya dengan menggebu-gebu. "Apa yang terjadi pada Indurasmi?"

"Mereka bilang, Indurasmi telah menjadi gundiknya Elden, sahabatmu juga." Sedikit berat Lauren mengatakan hal tersebut.

Sang keponakan mengerjap beberapa kali karena kabar yang sangat aneh ini. "Gundik? Lucu sekali yang menyebarkan berita ini. Padahal kita bertiga bersahabat cukup dekat."

Lauran mengedikan bahu. "I know. Tante pun tidak mengatakan bahwa itu adalah kebenaran. Tapi, apa ini akan hanya menjadi berita biasa jika para nyonya-nyonya Belanda ikut membicarakannya?"

"Maksud, Tante?"

"Tante is bang dat dit nieuws het bestaan ​​van Indurasmi en haar familie zal verstoren," (Bibi takut kabar ini akan mengganggu keberadaan Indurasmi dan keluarganya.)kata Lauren. Wanita itu menjeda dengan mengembuskan nafas berat. "Terlebih, Indurasmi adalah seorang anak Kiayi. Entah bagaimana reaksi masyarakat sekitar."

Ambar memijat pelipisnya karena merasa bingung hal pertama apa yang harus ia lakukan. Ini sangat tiba-tiba.

"Thank you, Tante. Aku sepertinya perlu sendiri dahulu untuk mengambil langkah pada berita ini."

"Tante mengerti. Buatlah keputusan yang baik. Tante akan menyapa tamu lain dahulu, ya," pamit Lauren. Ambar langsung mengangguk.

Setelah sang tante pergi dari hadapan, Ambar pun berjalan menuju tempat minuman di sana ia akan mendengar lebih jelas gunjingan dari para nyonya-nyonya Belanda.

"Ik kan niet geloven dat de zoon van de familie Anderson, de minnares van de dochter van een religieuze leider koos." (Aku tidak percaya putra keluarga Anderson, memilih gundik seorang putri pemuka agama)

"Het inheemse meisje is erg slim in het verleiden." (Gadis pribumi itu sangat pintar merayu)

Suara tawa penuh nada ejek terdengar menyedihkan untuk Ambar. Ia tidak bisa membayangkan Indurasmi harus menghadapi hal ini. Dan Elden? Ah, gadis itu melupakan kabar Elden yang sedang berada di Batavia akhir-akhir ini.

"Apakah Elden tahu tentang ini?" Ambar bertanya-tanya.

||<<<||

"De jonge meester is niet thuis en die dame Dayana is net vertrokken." (Tuan muda tidak ada di rumah, dan Nyonya Dayana baru saja pergi)

Begitulah informasi yang Ambar dapatkan ketika ingin menemui Elden di kediaman Anderson. Kini, Ambar merasa pikirannya berjalan lambat. Terlebih tadi sebelum pergi ke rumah Elden, ia mampir ke kediaman Indurasmi. Tapi yang Ambar dapat adalah kenyataan yang selama ini ia takutkan.

Ambar dan orang tuanya diusir dari wilayah tempat tinggalnya. Sebagian masyarakat pribumi memang selalu menghakimi sendiri, terlebih berita yang menyebar saat ini membuat mereka menyangkut pautkan mengenai keimanan seseorang.

Indurasmi yang malang, dan Ambar menjadi sangat tak berguna saat ini. Ia tidak tahu di mana keberadaan Indurasmi dan orang tuanya. Ambar berharap mereka bertemu dengan orang-orang yang baik.

Di tengah pikirannya yang tak berjalan cepat, Ambar memutuskan sebuah langkah lain untuk menghubungi Elden. Yaitu, menggunakan sebuah surat.

Elden, aku tidak tahu di Batavia kamu sesibuk apa. Tapi aku harap, kamu menyempatkan diri untuk membaca surat dariku ini. Hanya satu hal yang ingin aku sampaikan.

Pulanglah, segera berkemas ketika kamu usai membaca surat ini.

Mungkin kamu akan bingung dengan pesanku di atas. Tapi, tidak mungkin bila aku menjelaskan semuanya secara detail di surat ini. Aku takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Demi Indurasmi, tolong pulanglah.

-Ambar Van Jhon, Bandoeng.

||<<<||

15, Agustus 2021

Sedang pengesahan.

Indurasmi [Proses Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang