Empat bulan mungkin sudah cukup menjadi masa persembunyian Indurasmi dari khalayak umum, terutama para serdadu. Selama itu pula ia tinggal seorang diri di gubuk peninggalan mbok Iyum. Ya, Indurasmi memutuskan tinggal seorang diri di sana, karena jika Gharul ikut bersembunyi di gubuk maka akan gampang diketahui keberadaan Indurasmi oleh para serdadu.
Indurasmi merasakan arti berteman dengan kesunyian di sana, meski beberapa kali Gharul datang membawa makanan, Indurasmi tetaplah harus bertahan seorang diri.
Hingga hari itu tiba, di mana Indurasmi akan meninggalkan gubuk kecil penuh kenangan ini. Selain dikarenakan waktu persembunyian cukup untuk membuat para serdadu berhenti mencari, ia pun juga mendengar kabar dari Gharul kalau di daerah sekitaran gubuk akan dibangun sebuah benteng pertahan Belanda.
Baiklah, situasi di sana tak terkendali. Oleh sebab itu, Indurasmi bergegas pulang ke rumahnya yang sudah lama ia tinggalkan.
Semua memang berjalan seperti biasanya kembali, tapi tetap ada hal yang berbeda dari suasana pelantaran rumah. Sebab, pondok yang biasanya ramai anak-anak, sekarang benar-benar sepi dan sangat sulit membuatnya ramai kembali.
"Aku sedang diuji lagi," lirih Indurasmi. Setelah menatap pondok kecil miliknya, ia pun melangkah memasuki rumah. Tapi, tak lama langkah itu terhenti ketika mendengar seruan yang memanggil namanya.
Indurasmi membalikan badan, dan menautkan alis saat melihat ada dua lambaikan tangan. Dari Ambar dan Elden. "Tuan Elden?" gumamnya sempontan.
Keduanya mendekati Indurasmi. Lalu Ambar lantas memeluk sang sahabat sembari berucap. "Bapakmu bilang hari ini kamu akan menyelesaikan persembunyianmu, jadi aku ke mari."
Indurasmi melepaskan pelukan dan tersenyum. "Terima kasih, Ambar. Untuk semuanya."
"Kamu juga harus berterima kasih pada Elden. Dia menanggung resiko besar karena hal ini," ujar Ambar.
"Terima kasih, Tuan Elden." Indurasmi melempar senyuman. Elden membalas pula dengan senyuman.
"Mari masuk, tidak baik mengobrol di luar." Gadis itu pun mempersilahkan kedua tamu spesialnya duduk di ruang tamu.
Kebetulan Gharul sedang ada di perkebunan, mereka jadi leluasa mengobrol. Sampai lewat obrolan itu Indurasmi jadi mengenal siap Elden, karena kini Ambar bercerita dengan penuh semangat.
"Elden adalah keluarga dari suaminya bibiku. Sejak kecil kami selalu mengadakan acara keluarga besar, dan aku pun jadi lebih dekat dengan Elden."
"Sebenarnya sejak memasuki bangku perkuliahan, kami tidak saling bertegur sapa lagi. Sampai akhirnya permasalahanmu, membawa kami untuk bertemu lagi," lanjut Ambar.
"Kalau kalian sendiri bagaimana bisa berteman dekat?" Kini giliran Elden bertanya.
"Aku juga tidak tahu awal pertemuanku dan Rasmi." Ambar terkekeh.
"Yang pasti pertemanan aku dan Ambar menjadi lebih dekat smenjak keluarga Ambar membantuku untuk belajar di Belanda," jelas Indurasmi. Hal itu sangat tidak terlupakan dalam hidupnya, mengenai kebaikan keluarga netherland yang amat jarang ditemui.
"Waw, kamu ternyata pernah berkuliah di negriku? Sangat hebat." Elden menyadari keistimewahan pada gadis di hadapannya.
"Rasmi memang pintar, jadi tidak sulit membantunya melanjutkan belajar di tengah masa sulit ini," kata Ambar.
Elden berdeham, ia kini berucap dengan nada serius. "Oleh karena itu, kamu harus melanjutkan impianmu kembali."
Ambar mengangguk setuju. "Posisi kamu sudah aman, Ras."
"Inginnya begitu. Tapi sulit," lirih Indurasmi.
"Ini bukan Rasmi yang aku kenal." Ambar berucap sembari menyipitkan mata. "Kamu ingat perkataanmu waktu itu, bahwa tidak ada kesulitan bila ada usaha."
"Dan kamu belum berusaha, Indurasmi. Ada saya dan Ambar yang akan membantumu." Dilanjutkan oleh Elden.
Indurasmi melihat kedua orang yang sama-sama menatapnya dengan serius. Benar juga kata mereka, untuk apa Indurasmi menyerah secepat ini? Apa untuk mengibarkan kekalahan pada takdir? Oh, tentu saja itu tidak akan terjadi.
||<<<||
"Bagaimana bisa kami percaya padamu, Rasmi? Jika kamu saja tidak bisa menjaga diri, lantas bagaimana caramu menjaga anak-anak pribumi?"
"Betul itu. Kamu pasti sudah tidak suci lagi, Rasmi. Apa kamu tidak malu?"
"Lebih baik anak-anak membantu orang tuanya dari pada pergi ke pondokmu yang sudah tidak aman lagi."
Banyak lagi tuduhan dan pernyataan yang menyakitkan hati seorang Indurasmi. Kadang kala beberapa saat ia merasa sesak menahan perkataan yang menusuk bagai belati, tapi Indurasmi pun tidak boleh menyerah begitu saja.
Melalui bantuan ke dua temannya yaitu Ambar dan Elden, ia dapat mengeluarkan pembelaan. Karena terlepas dari apapun, Indurasmi bisa menjadikan Elden sebagai salah satu anggota serdadu dan Ambar sebagai bangsa netherland untuk menyakinkan masyarakat tentang sebuah keamanan.
"Ibu, saya menjamin untuk keamanan anak-anak di sana. Karena masalah Indurasmi dengan para serdadu itu telah usai," jelas Elden.
Masyarakat di sana mulai berbisik hal yang tidak-tidak. Seperti halnya, "Kamu pakai pelet apa, Rasmi? Sehingga ada bangsa netherland yang membelamu seperti ini?"
Indurasmi menahan emosinya dengan meengembuskan nafas pelan, ia tersenyum dan menjelaskan sebisa mungkin. Namun tetap saja, kepercayaan masyarakat sekitar masih belum tumbuh kembali.
"Ibu, jangan sembarangan bicara. Indurasmi itu mempunyai kepercayaan penuh terhadap agamanya, untuk apa dia melakukan hal yang dilarang tersebut?" Kini Ambar bersuara.
"Tapi bisa saja itu, Nona." Sahutan dari salah satu warga membuat warga lainnya bersorak menyetujui.
"Sudahlah, hentikan ini. Kami tetap tidak akan mengizinkan anak-anak kami ke pondokmu, Rasmi. Dan dengan mohon maaf sebesar-besarnya kepada Tuan dan Nona, kami tidak ingin berdebat dengan kalian, karena kami menghormati kalian," ungkap salah satu warga.
Indurasmi, Ambar dan Elden saling melempar pandangan. Jika usaha meyakinkan ini terus dilanjukan, maka akan terjadi sebuah permasalahan. Masyarakat di zaman yang Indurasmi sekarang rasakan adalah masyarakat yang sangat sensitif bila mendapat paksaan.
Oleh karena itu, Indurasmi dan kedua temannya memutuskan untik menghentikan usaha kampanye mereka pada hari itu. Tapi sebelumnya, Elden mengucapkan sesuatu pada masyarakat.
"Bila mana Bapak dan Ibu tidak percaya dengan kami, maka silahkan Bapak atau Ibu menemani anak-anak kalian di pondok untuk memastikan keadaannya."
Tidak ada yang menanggapi. Alhasil mereka bertiga benar-benar beranjak pergi dari sana dengan kekecewaan.
||<<<||
14, Juli 2021
Note: Jangan lupa baca ceritaku lainnya yang berlatar tempo dulu, yaitu Nona Inlander.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indurasmi [Proses Terbit]
RomanceAku mempunyai harapan dan sebuah mimpi. Meskipun aku masih berada dalam lorong kenyataan yang begitu gelap dan sunyi. Kata orang, sebuah harapan akan menjadi cahaya untuk menunjukan kita jalan menggapainya. Cahaya itu bukan berada pada penglihatan...