Tubuh jisung terdorong-tidak, lebih tepatnya di Dorong oleh pekerja bordil yang menanganinya. Beberapa pakaian di lempar kenai wajah hingga jisung menggeram dan menendang tubuh lelaki yang melemparkan pakaian hingga kenai wajahnya
"Hei, hei!, heii!! Hati-hati dengan tubuh ini. Apa kau tau?! Aku ini sudah terjual jadi jangan seenaknya mendorongku kasar begitu! Jika lecet tidak ada jaminan dari bordil jelek ini"
"Jaga mulutmu. Bangga sekali jadi jalang-"
"Tentu saja aku bangga! Dengar! Karenaku, kalian jadi di gaji! Dasar tidak sopan. Bedebah sialan"
"Sudahlah diam, mulutmu selain banyak menghisap rupanya banyak bicara juga ya. Apa kau tau? Sekalipun kau keluar dari bordil ini kau akan tetap menjadi jalang. Sekali sampah tetap sampah"
Jisung tidak membalas, ia lebih memilih untuk masukan segala pakaian serta perlengkapannya masuk kedalam koper. Jalang, sampah, budak sudah menjadi makanannya sehari-hari jadi ia sudah terbiasa mendengarnya.
Para pakerja bordil memang memiliki mulut yang tidak berguna, kerjanya hanya meledek tanpa sadar jika yang ia makan adalah hasil dari kerjaannya
Selesai dengan kopernya, jisung bergegas bangkit membawa kopernya. Bawa langkahnya dengan kaki berayun menuju pintu keluar
"Bye-bye babi jelek"
====
Perjalanan dari bordil menuju kediaman Lee memakan waktu sekitar setengah jam, dan selama perjalanan itu jisung tak henti terperangah tiap melihat gedung-gedung tingkat dilewati kendaraan yang sedang dinaikinya
Tujuan mereka adalah sebuah distrik perumahan elit. Distrik 8 yang dimana banyak sekali jejeran-jejeran rumah yang besarnya seperti mall di daerahnya dulu. Jisung benar-benar di buat menganga
"Heh,kacamata-" jisung menoleh ke samping dimana ada seorang lelaki lainnya duduk dan sibuk dengan ipadnya. Jika tidak salah lelaki di sampingnya ini yang bertransaksi, jisung jadi berpikir apakah lelaki ini yang membelinya?
"Berapa won yang kau keluarkan untuk tubuh ini?" tanya jisung
"Kenapa? Kau ingin menebusnya? Nominalnya besar, kau tidak akan sanggup"
"Ck,- jadi kau membeli ku hanya untuk di jadikan budak sex seumur hidupmu ya? Berapa usiamu? Apa posisimu? Sebelumnya posisiku itu top, tapi jika kau ingin aku menjadi bottom tidak masalah sih, namun pengalamanku belum terlalu banyak menjadi pihak penerima-"
"Aku hanya seorang sekretaris, bukan aku yang membelimu. Lagipula aku sudah memiliki istri dan dua orang anak di rumah"
Barulah jisung diam, menatap ke atas hingga ujung kaki lelaki berkacamata dihadapannya. Pantas saja aura yang di keluarkan berbeda dengan aura yang ia rasakan sebelumnya
"Hmph,- jadi dimana lelaki itu?"
"Namanya Tuan Lee Minho, Dia orang yang cukup perfeksionis jadi tolong jaga sikapmu sebaik mungkin. Dia tidak suka dengan seorang pembangkang, cukup kasar dan memiliki sikap keras. Hhhh aku beri tau kau sekarang, jangan sekalipun membuat masalah dengannya kau harus tau dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan"
Jisung terdiam, cerna kalimat demi kalimat yang dilontarkan sekretaris berkacamata itu. Entah jisung memasukan semua ucapan itu ke dalam kepalanya atau tidak
"Hei kacamata?"
"Iya?"
"Apa kau memiliki rokok?"
Astaga. Tuan Oh menghela nafas, rupanya kalimatnya hanya dianggap angin lalu semata
====
Jisung merebahkan tubuhnya pada ranjang single di ujung ruangan. Ia memiliki kamar sendiri, walau ukurannya tidak besar tapi setidaknya ia memiliki atap dan di beri makanan tiga kali sehari
Rasanya seperti hewan.
"Uhm?" jisung menatap beberapa lembar kertas yang sebelumnya di berikan tuan oh padanya. Kertas tersebut berisi perjanjian dan kontrak kerja yang akan jisung lakukan nanti
Jisung kira pekerjaannya hanya akan menghisap penis dan mengangkang saja, ternyata ia memiliki pekerjaan lain.
"Astaga ini nyaman sekali"
Jisung menghela nafas panjang. Ia baru saja selesai membilas tubuh dengan air hangat, mandi di bawah guyuran shower yang baru pertama kali ia rasakan. Hanya berbalut bathrobe putih ia tidurkan tubuhnya ke atas ranjang
Nafasnya mulai teratur, kelopaknya terpejam dengan sangat damai. Sudah sangat lama dirinya tidak merasakan setenang ini
Selama di bordil, ada saja pekerjaannya. Entah itu membersihkan toilet, entah memasak menu makan malam dalam jumlah banyak atau memuaskan beberapa cuatomer dengan nominal kecil agar dirinya mendapat jatah makan malam
Namun malam ini rasanya berbeda... Ia bisa pejamkan mata dalam keheningan, seorang diri tanpa merasa lelah akan pekerjaan
SRET!
"A-ACkk!!!"
Jisung meringis keras saat merasakan surainya di tarik kuat. Menyeret tubuhnya agar bangkit dari ranjang dan berlutut di atas lantai kamar
"Aku membelimu bukan untuk melihatmu bersantai, kau pikir siapa dirimu? Sampah, banyak hal yang harus kau lakukan, mana berkas yang di berikan sekertaris oh?"
Jisung menunjuk ke arah ranjang dimana ia letakan kertasnya.
"Sudah baca semuanya?"
Jisung mengangguk sambil meringis kuat karena ia bersumpah kepalanya benar-benar nyeri di tarik sekuat itu
"Bagus. Sekarang ikut aku"
Tubuh kecil jisung terhempas, lalu tiba-tiba saja lehernya di pakaikan sesuatu. Colar dengan tali yang menjuntai
Jisung akan tercekik jika ia tidak meyelaraskan langkahnya dengan lelaki kasar tersebut, jadi mau tak mau jisung berlari kecil ikuti si lelaki dengan surai legamnya tanpa banyak bertanya
Apa yang dikatakan sekertaris berkacamata itu benar adanya. Jisung harus lebih berhati-hati
-Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
[25] RNG-2.0 || MinSung
FanfictionMinho memiliki senjata. Senjatanya memiliki Mata jeli dan tajam setajam elang, mulut nya penuh dengan untaian kalimat yang mampu menjerat mangsa. Senjatanya menyukai sentuhan, namun jika melewati batas, jangan harap bisa kembali dengan kondisi...