Cinta Ideal

72 10 22
                                    

"Definisi cinta ideal versimu, bagaimana?"

Kau menjeda sesaat kegiatan memeras baju usai mendengar pertanyaan yang Juyeon ajukan. Kau meneruskannya lagi setelah memikirkan jawabannya.

"Tiba-tiba?"

Juyeon tengah duduk di sebuah kursi bekas di rooftop dengan sebuah apel berwarna merah di tangannya. Siang-siang begini, niat sekali mengiming-imingimu.

"Mencintai seseorang lalu kau dicintai kembali olehnya. Demi Tuhan, realita mewah seperti itu tidak akan pernah kudapatkan tampaknya."

Kau tertawa kecil sembari tetap pada aktivitasmu.

"Kurang ajar. Apa yang sedang kau coba utarakan, Tuan Lee?"

Juyeon mengangkat kursi yang ia duduki supaya lebih dekat denganmu.

"Orang-orang pernah menasehatiku. Kalau seharusnya aku berhenti mengharapkan seseorang yang tidak mencintaiku. Mereka bilang supaya aku tidak lebih terluka nantinya.

Tapi sekarang, mereka memintaku mempertahankan seseorang yang tidak aku cintai dalam hidupku, dengan bermodalkan keyakinan bahwa aku akan bahagia bersamanya di masa mendatang."

Akhirnya cucianmu selesai. Semuanya sudah terjemur. Kau ikut menarik satu kursi tersisa guna mendudukinya.

"Hidup kadang sekonyol itu, ya. Terbunuh atau bunuh diri, aku pikir dua-duanya sama-sama mengerikan."

Juyeon tersenyum. Tidak menyesal mengajakmu berdiskusi siang ini.

END

Apa ya? Work ini sering ada sisi psikologisnya. Bener gak?

Lee Juyeon Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang