Bonus Chapter 2

53 6 11
                                    

"Juyeon-ah, menurutmu menikah tiga kali itu memalukan atau tidak?"

Lee Juyeon asyik menjilati es krim miliknya selagi kau memulai sebuah pembicaraan. Kalian baru selesai menonton sebuah pertandingan bola voli.

"Malu tentu saja. Memangnya menikah itu makan sehari? Tiga kali?"

Kau tersenyum simpul. Meskipun jawaban Juyeon spontan dan bernada candaan, kau tahu bahwa bukan kau satu-satunya yang merasa malu dengan fakta yang seperti itu.

"Tapi ada juga yang bangga. Dan itu bukan orang asing, tapi Ayahku sendiri."

Lanjutmu santai. Tapi Juyeon membuka lebar-lebar kedua matanya sambil menoleh ke arahmu.

Dia tidak mau mempercayai apa yang kau sampaikan karena baginya itu keterlaluan. Tapi kau bukan tipe orang yang senang mengada-ada.

"Serius? Bagaimana bisa?"

Sebenarnya kau tidak ingin membicarakan keburukan ayahmu pada temanmu itu. Tidak baik tepatnya. Tapi kau telah menginjak level dimana kau tidak bisa lagi memendam semua rasa sakitmu seorang diri.

Dan kau mempercayai Juyeon.

Kemudian kau menceritakan detail masalahmu kepadanya. Bahwa kau bukan gadis yang punya banyak pengalaman soal cinta. Termasuk perihal menjalin hubungan dengan lawan jenis. Tapi kau melihat bagaimana hubungan romansa dalam keluargamu, bagaimana hubungan teman-temanmu dengan pasangan mereka.

Itu membuatmu sedikit takut. Jadi kau berhati-hati sekali dalam memulai sebuah hubungan. Namun ayahmu berpikir bahwa kau terlalu idealis sehingga sampai kini kau masih sendiri. Bahkan pernah ayahmu mengiramu tertarik kepada sesama jenis.

Dan yang terakhir, dia membandingkan dirimu dengan temanmu yang berulangkali menikah dan bercerai bahkan terkesan memujinya, meskipun mungkin bukan benar-benar memuji, hanya menegaskan bahwa kau telah kalah darinya. Sebab sampai kini kau masih saja sendirian.

"Aku pernah mendapatkan peringatan dari mereka yang gagal bahwa aku harus berhati-hati sebelum memutuskan untuk menikahi seseorang. Karena pernikahan pada dasarnya hanya diharapkan untuk terjadi sekali seumur hidup. Itu sesuai dengan prinsipku.

Ya tapi, memang benar juga kalau tidak akan tahu hasil jika belum mencoba. Dan kitapun tak dapat memprediksi bagaimana kemudian ikatan itu berjalan dan berakhir, sebagaimana yang dialami oleh pelaku pernikahan tiga kali.

Aku hanya tidak habis pikir, apakah aku sebegitu buruknya di mata mereka, sampai-sampai cara mereka mengutarakan pemikirannya harus disertai kata-kata yang menyakiti perasaanku.

Memangnya kalau aku sekeras ini apakah itu tidak ada urusannya dengan sifat mereka? Bukankah aku adalah keturunan mereka? Menyebalkan!"

Juyeon menepuk-nepuk pundakmu.

"Aku mendukung apapun pilihanmu. Tenang saja."

Kau bersyukur, bahwa masih ada yang dapat memahamimu. Walaupun dia jelas tak ada hubungan darah denganmu.

"Terimakasih, Juyeon."

END

Baru sahur udah emosional🤣
Ini part kedua hasil diroasting bapak😆😆

Udah ya. Lanjut ke chapter say goodbye.

Lee Juyeon Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang