Thank You

39 7 7
                                    

"Aku tahu kau menyukai Juyeon, Sakura."

Tudingan itu benar adanya, tetapi Sakura tidak mungkin akan membenarkannya begitu saja. Saat ini, yang berbicara kepadanya adalah kakak iparnya sendiri, dirimu.

Sejujurnya, Sakura ingin bertanya darimana kau mengetahui bahwa dirinya memiliki perasaan khusus kepada kakak tirinya. Tetapi mungkin secara tidak langsung justru kau akan semakin berpikir buruk tentang Sakura bukan?

Kau membalikkan tubuhmu. Setelah sebelumnya kau menghadapi sinar matahari pagi, sekarang berubah ke arah Sakura yang menatapmu takut-takut.

"Perasaanmu bukan kekuasanku."

Apa maksudmu?

"Tapi tentu saja, aku tidak akan berbagi suami denganmu."

Sakura mengerti. Walaupun pernah dibenaknya terlintas bersikap serakah dengan mencoba merebut dan memiliki Juyeon, Sakura tidak benar-benar akan merealisasikannya.

"Karena aku yakin, Chanwoo juga tidak akan suka rela menyumbangkan pacarnya dengan Juyeon!"

Menyumbangkan?

Sangat menyakitkan.

"Kau bukan barang, bukan?"

Kau maju beberapa jengkal dan menatap Sakura tajam. Sebagai istri sah yang mengetahui jika suaminya disukai oleh adik tirinya, kau telah berusaha mengatur bagaimana seharusnya kau meminimalisir sikap gegabah tapi tetap menjaga keutuhan rumah tanggamu.

Sakura berlutut di depanmu sambil terisak.

"Tolong jangan beritahu Chanwoo atau Juyeon. Kumohon. Aku tidak mau ada masalah diantara keluarga Lee."

Sakura menyatukan kedua tangannya. Sementara kau menyilangkan tanganmu.

"Jika kau memegang apa yang kau ucapkan barusan, maka aku akan bungkam selamanya. Tapi jika sebaliknya, jangan salahkan aku kalau kau kehilangan keduanya!"

Sakura menggeleng dengan wajah berurai air mata.

"Aku berjanji tidak akan macam-macam."

Ya, memang seharusnya Sakura menyadari posisinya dan tidak dibutkan oleh cinta sepihak.

.

"Pindah ke Jerman? Tapi kenapa mendadak?"

Juyeon menatap kaget kepada Sakura yang duduk berseberangan dengannya. Di samping Juyeon, kau hanya diam.

"Aku ingin meneruskan S2 di sana, Oppa. Boleh kan?"

Tatapan memohon Sakura membuat Juyeon menatapmu, seakan meminta persetujuan. Satu-satunya keluarga Sakura hanyalah Juyeon, itupun bukan saudara kandung.

Kau menganggukkan kepala. Disatu sisi kau sadar, mungkin kau agak kejam kepada Sakura. Tapi selain keegoisan, tidak ada cara yang menurutmu tepat untuk menjaga rumah tanggamu.

Tidak mungkin kau akan menyerahkan suamimu sendiri kepada orang lain. Kecuali kalian tak saling mencintai lagi.

"Baiklah. Jaga dirimu di sana, Sakura. Sering-sering hubungi kami saat kau punya waktu luang."

Sakura mengangguk cepat. Dalam tatapan samar, dia melihatmu yang melempar ekspresi berterimakasih kepadanya.

END

Sakura cantik, pinter mana maulah jadi pelakor. Rugi😆

Lee Juyeon Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang