Turn 01

44 1 0
                                    

Hari mulai gelap, para orang tua berdatangan ke taman untuk menjemput anak-anaknya yang sedang bermain. Di taman Bouquet ini banyak anak-anak yang bermain karena ini adalah taman favorit. Semua anak bermain riang, ada yang main prosotan, ada yang main ayunan, ada juga yang main kejar-kejaran. Tapi ada satu anak bermain sendirian, Aoi.

Aoi adalah anak perempuan penyendiri karena tidak punya teman. Setiap ke taman, Aoi selalu main ayunan sendirian. Dia tinggal bersama kakaknya yang pekerjaannya tidak menetap sehingga Aoi dan kakaknya sering pindah kota. Makanya Aoi sulit beradaptasi dengan teman barunya di SD. Orang tua Aoi sudah tiada. Hanya sang kakaklah yang menafkahinya dan membesarkannya.

"Ssrrrkkk.... krosakkk, krrak," terdengar suara aneh dari semak-semak.

Aoi menoleh curiga, padahal taman sudah sepi, semua anak sudah pulang. Aoi mencoba mendekati semak-semak itu. Setelah menengok di balik semak-semak, ia melihat ada anak laki-laki sedang jongkok di balik semak-semak itu.

"Hei, sedang apa kamu?" tanya Aoi.

Anak laki-laki itu tidak menjawab dan hanya bergumam "Bagaimana ini, gawat, nanti kakakku bisa marah."

"Apa kau mencari sesuatu?" tanya Aoi lagi, mencoba memastikan bahwa anak ini bukan hantu.

Dengan gugup anak laki-laki itu menjawab "Anu, apa kau melihat kartuku? Itu terjatuh di sekitar sini. Kalau aku tidak menemukannya kakakku akan marah."

Aoi bingung, "Kartu? Maksudmu kartu Duel Monster?"

"Iya kartu Duel Monster yang belakangan ini sedang populer dimainkan anak-anak. Kami biasa menyebutnya Yu~Gi~Oh!" jawab anak laki-laki itu dengan semangat.

Aoi menoleh ke sekitar dan menyadari matahari mulai tak nampak. Taman pun semakin gelap menambah suasana angker. "Tapi sekarang sudah gelap, kenapa tidak cari besok saja?" saran Aoi.

"Soalnya itu adalah kartu yang berharga." kata anak laki-laki itu dengan nada sedih.

Aoi pun merasa kasihan dengan anak laki-laki itu, lalu mengambil sesuatu dari tasnya, "Kalau begitu, sebagai gantinya akan ku berikan kartuku ini untukmu."

Aoi memberinya kartu Gold Sarcophagus sebagai hadiah. Anak laki-laki itu menerimanya dengan senang.

"Wooaaah.. Ternyata kamu main Yugioh juga. Tapi kenapa memberikannya untukku? Ini kan bukan salahmu." anak itu, merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa, aku juga suka main Yugioh. Gimana kalau besok kita Duel bersama." ajak Aoi.

"Ya, ayo!" jawab anak laki-laki itu dengan semangat.

"Aooiii...." suara Akira memanggil adiknya. Ia menjemput Aoi ke taman karena khawatir Aoi tak pulang-pulang.

Aoi tersadar dengan teriakan kakaknya, "Eh, kakak ku sudah menjemputku. Lebih baik kamu juga pulang."

"Baiklah, besok kita bertemu di taman ini ya." kata anak laki-laki itu. "Oke." jawab Aoi.

Aoi berlari menghampiri kakaknya. Akira lalu menggandeng tangan Aoi dan melangkah pulang. Tapi Aoi melupakan hal penting. Dia lupa menanyakan nama Anak laki-laki itu. Astaga, kita lihat saja besok. Pasti ketemu anak itu lagi.

~ " Tidak ada masa lalu yang tidak berarti. Masa lalu, sekarang dan masa depan saling terhubung " ~

Yugi Mutou

"Kamu mau nginep di sini?" terdengar suara perempuan yang membangunkan Aoi dari tidur siangnya.

Aoi terbangun dan menyadari pelajaran sains telah usai. Semua murid seisi kelas 2F sudah bersiap untuk pulang.

"Hei, tidurmu pules banget," Miyu teman semeja Aoi menepuk keras pundak Aoi memastikan bahwa ia sudah melek.

"Miyu chan, terima kasih sudah membangunkanku, habisnya aku gak suka sains," keluh Aoi sambil menutup mulutnya yang menguap.

"Huu..., untung kau adiknya CEO," Miyu merasa iri. "Bahkan sebagian besar fasilitas elektronik di SMA Den City ini adalah produk SOL Technology milik kakakmu. Mulai dari laptop, speaker, bahkan duel disk ini," tambah Miyu sambil menunjuk gadget yang melingkar di pergelangan tangan Aoi.

"Tapi duel disk ini tidak ada apa-apanya dibanding milik Kaiba Corporation," Aoi merendah.

"Tapi Kaiba Corp tidak punya dunia virtual Link Vrains," sindir Miyu.

"Hahahaha....," mereka tertawa bersama.

Miyu dan Aoi pun meninggalkan kelas. Di lorong, mereka bertemu cowok tampan tapi low profile, karena sosoknya yang cool dan misterius. Namanya Fujiki Yusaku dari kelas 2C.

"Fujiki..!" sapa Aoi sambil berlari.

Yusaku menoleh "Oh, Zaizen. Ada apa?"

Dengan gugup Aoi berbisik, "Anu, maukah kamu live bareng denganku sebagai Playmaker di Link Vrains? Kebetulan sore ini aku ada live untuk Youtube."

"Ah maaf, sore ini aku harus membantu Bang Kusanagi di kafe," tolak Yusaku dengan datar.

"Yah, sayang sekali," keluh Aoi.

"Woi Fujiki, aku punya deck baru nih. Ayo main Yugioh dengan ku," teriak Shima, teman sekelas Yusaku.

"Maaf, lain kali saja," tolak Yusaku lagi.

"Heleh dasar, palingan kau takut melawanku karena kau cupu kan?" ledek Shima.

"Kalo begitu Zaizen saja deh, Zaizen mau gak main denganku?" tanya Shima ke Aoi.

"Maaf Shima, sore ini aku ada les" jawab Aoi ngasal.

"Ya gak seru deh, masak main sama tembok lagi" ketus Shima.

Yusaku pamit ke Aoi, "Aku duluan ya."

"Tadi kau bisik-bisik apa sama Fujiki?" tanya Miyu kepo.

"Ah tidak, aku cuma menanyakan efek kartu ke dia, hehe," canda Aoi.

Padahal Aoi tidak ingin orang lain tahu bahwa Yusaku adalah Playmaker, seorang hacker yang pernah jadi buronan di Link Vrains. Hanya sedikit orang yang tahu identitas Playmaker, termasuk Aoi dan kakaknya, Zaizen Akira. Sebenarnya Aoi menyukai Yusaku sejak kelas 1, apalagi setelah tahu bahwa Yusaku adalah Playmaker, orang yang pernah menyelamatkan nyawa Aoi di Link Vrains. Bukan hanya itu, Playmaker juga pernah menyelamatkan dunia jaringan dari serangan kelompok penjahat virtual bernama Hanoi Knight. Namun sayangnya Playmaker pernah tersandung kasus atas tuduhan mencuri produk SOL Tech yaitu Ignis, juga kasus pembobolan sistem keamanan SOL Tech, sehingga Playmaker pernah berstatus buronan di dunia maya. Tapi Aoi tahu bahwa semua tuduhan itu hanya pandangan satu sisi saja. Playmaker pasti tidak mungkin melakukan hal sejahat itu, itu yang diyakini Aoi.

"Kalau kau suka Fujiki katakan saja padanya," Miyu menyenggolkan sikutnya sambil melirik Aoi.

Seketika wajah Aoi memerah "Eh, gak mungkin lah. Dia hanya teman eskul ku saat kelas 1."

"Kalau begitu biar aku saja yang nembak Fujiki duluan," ujar Miyu dengan PDnya.

"Mana bisa begitu," protes Aoi.

"Haha.. tuh kan, berarti kamu suka sama dia kan. Lalu tunggu apa lagi?" Miyu tertawa geli.

Bawa PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang