Turn 10

13 0 0
                                    

Akira melihat Yusaku di depan kamar Aoi lalu menyapanya. "Yusaku, aku kira kau bersama Aoi" kata Akira.

"Soal itu-" Yusaku bingung.

"Tadi Emma mengirim pesan padaku, katanya Aoi ada di rumahnya" kata Akira.

"Ah syukurlah" Yusaku lega.

"Syukur kenapa?"

"Eh, bukan apa-apa."

"Oh, Ya sudah. Selamat tidur, aku duluan" kata Akira berpamitan ke kamarnya.

Di rumah Emma, di sebuah kontrakan sederhana ia sedang menyeduh teh hangat. Lalu ia membawakan teh itu untuk Aoi yang sedang duduk di atas kasur sambil melipat kedua kakinya dan mengangkat lututnya sejajar dagu. Emma memeluk Aoi yang sedang menangis itu. Perasaan Aoi bagai pohon yang di hempas badai, hancur tak tersisa. Bagaimana tidak, cowok yang dia sayangi selama ini malah menghianati perasaannya.

Sambil bersandar pada pundak Emma dan menangis terisak-isak, Aoi berkata "Jika pada akhirnya menyakitkan, kenapa sejak awal cinta itu ada. Kenapa kak. Kenapa harus ada kepalsuan. Kenapa manusia dipertemukan dengan penyesalan."

"Sussst, sudah sayang, cup cup sabar ya. Mungkin ini sudah jalan Tuhan bahwa dia bukan pilihan terbaik" kata Emma mencoba menenangkan.

"Kamu ingat pesan Ignis Aqua? Aoi adalah cewek yang tangguh. Sebesar apa pun cobaan, jika hatimu lapang dan terbuka maka kamu akan bersinar" ucap Emma.

Aoi mengangguk, lalu memeluk Emma.

"Aku sudah bilang ke Akira bahwa kamu menginap di sini. Sekarang tidurlah, semoga besok bisa lebih indah."

Keesokan harinya Aoi tidak masuk sekolah. Yusaku yang mengawatirkan Aoi itu menengok Aoi ke kelasnya namun tidak ada. Saat makan di kantin pun tidak seramai biasanya. Yusaku hanya makan siang bersama Shima di mejanya.

"Buset, sepi amat ya. Pada ke mana anak-anak, gak kayak biasanya" celoteh Shima.

"Woi Fujiki, Zaizen ke mana? Tumben gak ada" tanya Shima.

Yusaku hanya diam. Tak lama kemudian Miyu datang menghampiri Yusaku.

"Eh, dek Sugisaki tumben gak makan bareng" tanya Shima basa-basi.

"Fujiki, aku mau bicara sebentar. Ikut aku" pinta Miyu pada Yusaku.

Yusaku lalu meninggalkan meja makan.

"Woi Fujiki. Minumannya belum bayar, buset" teriak Shima.

Di lorong tangga Miyu dan Yusaku berdiri dan membicarakan sesuatu.

"Maksudmu apa?" tanya Miyu.

"Apanya?" Yusaku bingung.

"Kenapa kamu gak bilang kalau punya cewek lain?" Miyu mendesak.

"Cewek? Cewek apa maksudmu?"

"Gak usah pura-pura. Aoi udah bilang ke gue kalo lo pelukan sama cewek tadi malem."

"Tunggu, ini pasti salah paham. Tadi malam aku ketemu cewek, dia teman kecilku dulu 10 tahun yang lalu, dan kami baru bertemu tadi malam" Yusaku mencoba menjelaskan.

"Gak usah beralasan" balas Miyu.

"Jadi Aoi pikir aku selingkuh?"

Miyu mengusap jidatnya sejenak lalu menghela nafas "Fujiki, lo itu gak punya perasaan ya. Lo udah nyakitin Aoi tahu gak. Nyesel gue punya teman kayak lo." Miyu pun pergi.

Yusaku menyesal karena telah melakukan hal bodoh. Ia tak sengaja bertemu Shino teman lamanya yang justru membuatnya dalam masalah lain. Hubungan yang telah ia bangun bersama Aoi kini kandas dalam satu malam. Yusaku mengepalkan tangannya, serasa ingin memukul dirinya sendiri. 'Dasar bodoh' ujarnya sendiri dalam hati.

Sesampainya di apartemen, Yusaku melihat sepatu Aoi di ruang depan, menandakan Aoi sudah pulang. Dengan langkah pelan dan gugup Yusaku berjalan menuju kamar Aoi. Ia lalu mengetuk pintu Aoi.

'Tok tok'

"Aoi, apa kamu di dalam?"

Aoi tidak menjawab.

"Maaf soal kejadian tadi malam. Itu hanya salah paham. Cewek itu bukan siapa-siapa, dia hanya teman lamaku"

Aoi hanya melamun di atas kasurnya sambil melihat ke arah jendela.

Yusaku mencoba meyakinkan "Aoi, kamu tahu? Kamu telah mengubah hidupku. Tanpa kamu, mungkin aku akan tersesat dalam kesombongan."

"Pergi. Aku tidak mau melihatmu lagi" jawab Aoi dari dalam kamar.

Yusaku pun shock mendengar kalimat itu. Namun Yusaku sadar, bahwa ia bukan cowok yang pantas untuk Aoi. Yusaku lalu membungkukkan badannya memberi penghormatan di depan pintu kamar Aoi itu. Ia lalu pergi meninggalkan apartemen dengan skateboard mekaniknya. Beberapa hari berikutnya Aoi tetap tidak masuk sekolah, membuat Yusaku kesulitan untuk akrab lagi dengannya.

Bawa PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang