Chapter 13 : Dongeng

124 4 2
                                    

--- SEBELUMNYA DI CHAPTER 12 : NIGHTMARES ---

"Bisa jadi. So, mau cerita tentang diri elo?"

"Can, can i take my drink first penjahat kelamin? Dingin",

"Nih",

"So lo mau dari mana Ghan?"

"SMP maybe?"

--- CHAPTER 13 : DONGENG ---

"Jadi dulu itu, sebelum gue SMP... ",

// yang Italic ato miring itu masa lalu Aurent. Tapi kalo biasa aja berarti masa sekarang //

Aurent kecil tengah bermain lego di ruang tengah, tiba-tiba,
"Bun, bunda, bunda! Bunda jangan tusukin pisau kedalam perut bunda",

Aurent melihat ibunya memegang pisau dan menekannya di dalam perut buncitnya.

"ANAK INI HARUS MATI!" itu saja yang terus ibunya ucapkan dan Aurent kecil pun berlari ke arah ibundanya,

"Bun, hentikan!" Tangan Aurent memegang pisau yang akan dimasukkan ke dalam perut tersebut.

Tanpa sadar tangan Aurent terkena pisau tersebut. Darah memancar keluar, bukannya merasa bersalah, ibunya tertawa keras dan segera memasukkan pisau tersebut ke dalam perutnya,

"Aaakh!" Teriakan terdengar keluar dari mulut ibundanya. Melupakan luka yang melebar di tangannya, Aurent memeluk ibundanya dan mengatakan kata-kata yang sama berulang kali,

"Bunda jangan nagis, adek ngga papa kok", dan "Jangan nangis lagi Bun",

Sampai mereka berdua pingsan akibat kehabisan darah.

Seminggu kemudian, Aurent terbangun dari koma akibat kehabisan darah. Sedangkan ibundanya bangun sebulan kemudian.

Tanggal 13 Maret, tanggal dimana Aurent masuk SMP Bratayudha, SMP terpopuler yang ada di masanya.

Aurent adalah anak yang ceria di masa tersebut. Sayangnya, ia cukup bodoh. Tak jarang nilai ulangan hariannya F.

"Tunggu! Jadi dulu itu, elo bodoh gitu? Trus kenapa elo bisa pinter gini?"

"Denger dulu geblek, lalu..."

Lalu tepat 12 September saat Aurent kelas 8, ia di tembak oleh Bian, sahabat lelakinya. Dan tentu saja Aurent menerima, pasalnya Aurent juga suka dengan Bian.

Lain halnya dengan Anna sahabat Aurent. Anna menyukai Bian, bahkan lebih.

Tapi ada yang aneh dari Anna yakni, kakak lelaki Anna, menyukai Anna. Kakak lelakinya menyatakan perasaannya kepada Anna yang langsung di tolak oleh Anna sendiri...

"Bener tuh, Valdo pernah cerita sih kalo dia nembak adeknya trus dia ditolak gitu. Makanya sifatnya memburuk gitu",

"Ooh, masih mau denger kaga?

"Masih",

"Berberapa..."

Berberapa bulan kemudian, prom berlangsung, Aurent berjalan sambil menggandeng Bian kedalam aula sekolah tempat prom mereka. Mereka memang sangat cocok, tapi ada yang tidak Aurent ketahui bahwa Bian memanfaatkan Aurent sebagai pacarnya. Karena ingin dekat dengan Anna, sahabat Aurent.

Bian pun pamit sebentar kepada Aurent bahwa ia ingin ke toilet. Nyatanya ia ingin menemui Anna. Tanpa Bian tahu, Aurent mengikuti Bian yang akhir-akhir ini tampak aneh dan ternyata, Aurent melihat Bian tengah merangkul mesra Anna.

"Bi, aku ngga mau Aurent tau tentang hubungan ini. Lagi pula umurku juga tak panjang",

"Anna my princess, aku tau, tapi aku hanya ingin menemanimu dalam sisa hidupmu, bukan menemani dia",

"Tapi aku tidak ingin menyakiti hati Aurent, Bi",

"Biarkan saja di-"

Aurent bertepuk tangan atas apa yang dia lihat. Anna dan Bian terkejut mengetahui bahwa Aurentlah yang bertepuk tangan.
"Toiletnya disini yah Yan. Hahaha", tawa Aurent pecah menjadi tangisan, maskaranya pun luntur.

"Rent, gue bisa jela--"

"Gapapa Na, gue tau lo sebenernya suka Bian tapi lo menghargai perasaan gue. Makasih banyak",

"Aku bisa jelasin La, aku",

"Stop Yan, gue minta putus sekarang juga", kata-kata itu terlontar di bibir Aurent. Lalu ia berlari.

Ketika masuk SMA, ia bertekad bahwa ia akan berubah menjadi pendiam, jutek, dan pintar.

"Ooh jadi gituuu",

"Hm",

"So? Gimana tentang elo?"

"Gue? Gue cuma seorang Ghani yang suka godain orang",

"Seriusan cuma itu?"

"Ngga tau sih. Eh gue mau bilang kalo Devan sama Valdo itu suka sama elo. Valdo sih ngga sadar. Tapi jelas dia suka sama lo",

"Oh?"

"Yaudah deh gue balik ke kelas see ya",

Tanpa Aurent tau bahwa.
.
.
.
.
.
Ghani juga suka sama Aurent.


End of SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang