LM : 26

835 126 11
                                    

“Permisi, Kak. Apakah Kakak sudah memutuskan ingin memesan apa?”

Pertanyaan dari seorang pramusaji sukses mengalihkan perhatian Jisoo dari layar ponselnya yang menyala. Lehernya sampai terasa sedikit sakit saking cepatnya dia mengangkat wajah. Gadis itu meringis kecil, memutuskan buat mengangguk dan menerima buku menu yang dibawakan entah ke berapa kali itu.

Caramel Macchiato-nya satu aja, ya.”

“Pesan minuman saja, Kak?”

Jisoo mengangguk dengan secuil senyum. “Iya.”

“Baik, dicatat ya Kak pesanannya. Mohon ditunggu, Kak. Terima kasih.” pamit perempuan muda itu dengan senyuman ramah.

Begitu waitress tadi menjauh dari pandangan, Jisoo alihkan perhatiannya pada jam yang tersemat di dinding kafe. Sudah satu jam lebih dirinya menempati kursi di pojok kafe dan orang yang ditunggunya tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

Sewaktu lonceng yang tergantung pada pintu kafe berdenting nyaring, secepat itu pula Jisoo menolehkan wajah. Harapannya cuma satu ... Doyoung segera hadir di sini. Pasalnya, Doyoung yang mengajak bertemu. Ketika Jisoo mempertanyakan alasan kenapa harus di kafe yang lumayan jauh dari rumahnya ini, Doyoung bilang Jisoo hanya perlu datang.

Namun, pelaku dari bunyinya lonceng adalah pengunjung lain. Orang lain. Bukan Doyoung.

Rasa jengkel yang perlahan memenuhi hati tidak berkurang meskipun Jisoo sudah meredakannya dengan meneguk minuman yang baru diantarkan. Meraih ponsel dan mencoba menghubungi Doyoung kembali Jisoo lakukan. Tetapi, tidak ada jawaban. Mungkin ini rasanya kala teman-temannya mencoba menghubungi gawai Jisoo yang lebih sering lowbat. Kalau dalam beberapa menit lagi Doyoung tak muncul juga ... Jisoo akan pulang.

Sebenarnya, hari ini tepat seminggu setelah turnamen selesai. Tim SB putra menyabet juara 2 dengan memboyoung piala dan segala jenis gift, yang sekali lagi membuktikan kalau mereka memang berprestasi. Jisoo bersyukur sekaligus lega. Karena saat itu, apa yang dikhawatirkannya tidak terjadi sama sekali. Mereka bermain bersih.

Jisoo masih sibuk merunduk, mengotak-atik ponsel guna menghubungi Doyoung ketika sayup-sayup terdengar langkah kaki yang mendekat dan berakhir di samping mejanya. Dengan lirikan, Jisoo dapati sepasang kaki berbalut sneakers yang asing di matanya. Gadis itu masih setia mengamati kala suara dari pemilik sneakers mendahului.

“Jisoo?”

Jisoo terenyak dan langsung mendongak dengan pupil melebar.

“Bener ternyata.” Kekehan beratnya merangsek ke telinga Jisoo. “Sendirian aja?”

“Hah?” Jisoo mengerjap, masih kaget. Efek yang sama ketika berhadapan dengan cowok jangkung itu kembali terasa. Iya, siapa lagi kalau bukan Taehyung. “I-iya. Gue sendiri. Kalau lo?” Bersamaan dengan pertanyaan Jisoo, muncul dua cewek dari belakang punggung Taehyung.

“Eh? Kak Jisoo?” sapa Yena terkejut.

Yena kok bisa sama Taehyung?

“Kak Jisoo?” Gadis satu lagi bertanya. “Oh! Ini Kak Jisoo temennya Kak Jiwon itu?”

Seolah bisa membaca kebingungan Jisoo, Taehyung segera bersua, “Adek gue.”

“Ah, iya-iya.” Jisoo mengangguk. “Heejin kan, ya?”

Si pemilik nama mengangguk, senyum ramahnya terbentang lebar. “Kakak sendirian aja? Kak Jiwon mana?”

“Heejin ... memangnya Kak Jiwon harus nempel terus sama Kak Jisoo?” tanya Yena geli.

“Tapi kan Kak Jiwon itu temennya Kak Jisoo. Biasanya barengan terus.”

Jisoo terkekeh. “Dia lagi pacaran. Temennya Yena kan pacarnya Kak Jiwon.”

“Memangnya iya, Kak?” Heejin menoleh pada Yena di sampingnya.

Selagi Yena dan Heejin berbicara, Taehyung berdeham. “Kenapa sendirian?”

Jisoo meringis. “Harusnya sih nggak sendiri, ya.”

“Oh, ada yang ditungguin?”

Jisoo mengangguk. “Cuma nggak dateng-dateng. Padahal udah satu jam gue nungguin.”

“Udah coba dihubungi?”

“Udah. Tapi nggak dijawab-jawab. Gue mau pulang aja, udah mendung juga soalnya di luar.” kata Jisoo sembari menatap langit lewat dinding kaca kafe. “Kalian mau duduk di sini? Bentar ya, gue beresin barang gue du---”

“Eh, kita nggak mau duduk di sini kok, Kak!” kata Heejin segera. “Kakak mau pulang?”

“Iya.”

“Bareng sama kita aja.” Kali ini, Taehyung yang bersuara.

“Hah?”

“Iya, Kak. Bareng sama kita aja. Kita juga mau pulang, kok.”

“Memangnya ... nggak apa-apa?”

“Ya nggak apa-apa, dong. Ya kan, Kak Na?”

“Hm? I-iya, nggak apa-apa kok, Kak. Lagian, Kak Taehyung yang nawarin.” jawab Yena buru-buru.

Love Maze | VSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang