"Heejin turun di sini aja deh, Kak!"
"Kok di sini?" tanya Taehyung sembari menengok sekilas ke belakang. "Di depan sana aja, itu gerbang sekolah Heejin udah keliatan."
"Nggak usah! Di sini aja, Kak!" Permintaan disertai tepukan tak sabaran Heejin pada kedua bahu Taehyung membuatnya mau tak mau menghentikan laju motor. "Nah, udah berhenti di sini. Oke ... nyampe, deh!"
"Kenapa turun di sini, Heejin?" tanya Taehyung kala adiknya meloncat turun dari boncengan dan dia tetap di atas motor. Kode warna merah pada Google Maps mengharuskan Heejin berangkat sekolah bersama Taehyung agar terhindar dari kata telat.
"Ya karena---Jangan lepas helm, Kak! Percuma dong Heejin turun di sini kalau tetap ketahuan!" seruan Heejin membikin Taehyung gagal melepas helmnya. "Heejin nggak mau ada kehebohan di kelas, Kak. Kan udah pernah Heejin kasih tau, temen-temen Heejin tuh pada lebay. Kalau mereka lihat Kakak ada di sini, yang ada Heejin dimintain nomor handphone Kakak terus."
Taehyung menghela napas pendek. "Pulang sekolah mau Kakak jemput?" Tangannya terulur, melepaskan tali kait di bawah dagu Heejin serta merapikan helai rambutnya yang berantakan.
Heejin menggeleng. "Nggak usah, Kak. Pulang sekolah nanti Heejin mau kerja kelompok. Habis kerja kelompok, Heejin langsung ke bimbel." Anak perempuan yang sekarang menginjak kelas 2 SMP itu meloloskan kardigan yang melapisi tubuhnya selama perjalanan. Lalu, saat hendak memasukkannya ke dalam tas, Heejin menepuk dahi. "Heejin hampir lupa." Dia mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya. "Heejin nitip ini ya, Kak. Tolong kasih ke Kak Yena."
Dahi Taehyung berkerut tipis begitu menerima buku tersebut. "Kenapa bukan Heejin aja yang kasih langsung ke Kak Yena? Nanti kan ketemuan di bimbel."
"Gimana caranya mau kasih langsung kalau Kak Yena-nya nggak ada?"
"Maksudnya?"
"Kak Yena kan udah nggak bimbel lagi, Kak."
"Udah nggak bimbel lagi?"
"Lho, Kakak nggak tau?"
Taehyung menggeleng, keningnya makin berkerut. "Sejak kapan?"
"Heejin lupa tepatnya kapan, tapi mungkin 2 atau 3 minggu yang lalu. Memangnya Kak Yena nggak ada ngasih tau Kakak?"
Kalau boleh jujur, Taehyung bahkan tidak ingat kapan terakhir kali dia berkomunikasi dengan Yena.
"Sebenarnya belakangan ini Heejin ngerasa Kak Yena agak beda, deh, Kak."
Ucapan Heejin menginterupsi Taehyung dari pikirannya. Cowok itu menoleh, menatap adiknya penuh atensi. "Agak beda gimana?"
"Sebelum mutusin buat keluar dari bimbel dan milih les di rumah, Kak Yena tuh sering gonta-ganti nomor handphone, Kak. Kak Yena juga udah nggak pernah main medsos. Heejin ... takut. Heejin takut ada kejadian yang dialami Kak Yena dan kita nggak tau." Heejin menatap Taehyung sarat akan harapan. "Kalau Kakak ketemu Kak Yena, coba tanyain, deh, Kak. Kali aja Kak Yena mau cerita."
Taehyung mengangguk. "Ya udah, Heejin masuk, gih. Soal ini jangan Heejin pikirin, belajar aja yang bener."
Heejin menggembungkan kedua pipinya, menempelkan tangan ke pelipis, membentuk pose hormat. "Siap, Kapten! Kakak hati-hati di jalannya, ya! Makasih udah anterin Heejin! Dadah~"
Heejin melambaikan tangan, berjalan menjauh dari Taehyung yang masih di posisi yang sama. Taehyung baru benar-benar meninggalkan bahu jalan ketika sang Adik memasuki gerbang sekolahnya.
✴✴✴
"DEMI APA?!"
"Ssstt! Jangan teriak-teriak!" Jisoo mendesis, meminta Lisa mengecilkan suara sekaligus mengingatkan kalau mereka berdua tengah berada di tengah kantin. Mereka harus menjaga volume suaranya jika tidak ingin pembicaraan itu dicuri oleh telinga-telinga lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Maze | VSOO
FanfictionFaktanya, Jisoo memang mengagumi Taehyung si Kapten SB. Suka mandangin diam-diam selama satu tahun lebih, namun akhirnya ketahuan karena kecerobohannya sendiri. Pilihan Jisoo hanya ada dua saat itu : mengaku atau mengelak. Dan Jisoo memilih opsi y...