LM : 13

1.8K 279 35
                                    

Usai mendapati chat Doyoung di ponsel Lisa dengan mata kepala sendiri, rasanya mustahil banget seorang Jisoo yang isi kepalanya selalu rumit menganggap hal itu sebagai angin lalu. Jisoo jelas-jelas kepikiran, dan kemungkinan-kemungkinan yang sebenarnya tidak dia harapkan seakan mempertegas bahwa memang ada sesuatu yang terjadi tanpa sepengetahuannya.

Doyoung dan Lisa.

Jisoo tak mau berburuk sangka, namun mengapa Jisoo merasa dua orang yang dipercayainya itu tengah menyembunyikan sesuatu darinya? Akan tetapi, tentang apa? Dan kenapa namanya dibawa-bawa? Apakah ini ada hubungannya dengan Lisa yang terus-terusan memberi usul untuk move on ke Doyoung saja? Ah, Jisoo tidak mau berpikir seperti itu. Namun, kenapa salah satu suara dalam kepalanya mengatakan kalau ini semua sudah direncanakan, dan Lisa serta Doyoung ikut andil di dalamnya?

Sebagai orang yang paling mementingkan perasaan orang lain, Jisoo sudah menolak usulan Lisa sejak awal dengan cara halus. Karena Jisoo tidak mau mempermainkan perasaan orang lain, meskipun Jisoo ragu apakah yang dikatakan Lisa itu benar adanya atau tidak.

Doyoung itu terlalu baik untuk dijadikan pelarian move on-nya Jisoo. Cowok itu juga tak pernah bersikap macam-macam yang berpotensi membuat Jisoo ilfeel setengah mati. Rasanya keterlaluan banget kalau Jisoo memperalat Doyoung seperti itu.

Entahlah, Jisoo bingung. Jisoo terlalu tak percaya diri untuk berpikir kalau yang dikatakan Lisa itu benar. Bahwa Doyoung tengah mendekatinya. Tidak. Jisoo juga tak mengharapkan apa-apa pada Doyoung, karena dari kasus Taehyung, dia belajar untuk lebih menerima kenyataan.

Tetapi yang jelas, Jisoo ingin tahu maksud dari isi chat Doyoung terhadap Lisa. Paling tidak apa pun yang akan diungkapkan Doyoung nantinya, asal itu jujur, Jisoo akan menerima dengan pikiran terbuka dan sedikit lega karena rasa penasarannya terbayarkan.

Ponsel yang berbunyi karena ada notifikasi masuk bahkan dia acuhkan ketika menaiki tangga menuju ruang Media. Sekarang masih jam istirahat, dan biasanya Doyoung ada di sana. Soal Lisa, Jisoo tak mengatakan apa-apa ketika bagian dari anggota Cheerleader itu meminta kembali ponselnya.

Gadis dengan rambut yang dibiarkan jatuh ke punggung itu sudah sampai di depan pintu ruang Media, hendak meraih kenop pintu, saat samar terdengar suara cowok yang ingin ditemuinya bersama Jennie. Dahi Jisoo berkernyit, lalu kakinya memutuskan untuk tak melanjutkan langkah. Dia tetap berdiri di sana, sambil menempelkan telinga di pintu, menguping apa yang mereka bicarakan.

Peduli setan dengan kelakuannya, karena kini Jisoo sudah dikuasai rasa penasaran. Intonasi suara Jennie memang tidak tinggi, namun Jisoo dapat merasakan ada penekanan di sana, seolah ditahannya agar tidak terdengar keras. Sebaliknya, suara Doyoung menimpali dengan biasa saja.

"Kemarin gue udah kasih kesempatan ya, Doy. Untuk hari ini nggak lagi. Kita tuh lagi sibuk-sibuknya."

"Jen, gue juga baru ambil waktu bebasnya sekali doang. Ada Youngho juga kan, yang bisa gantiin gue sebentar."

"Gila ya lo?!" Jisoo melotot, kaget mendengar suara Jennie yang sekarang meninggi. "Nggak usah pakai Wakil lo buat jadi tameng, nggak ada gunanya. Doy, lo inget nggak sih posisi lo itu sebagai apa? Kenapa sekarang jadi seenaknya dan kayak nggak ngerti prioritas, sih? Anak-anak juga nggak pernah ambil waktu bebas ya, Doy. Nggak malu lo?"

"Jen, udahlah---"

"Diem."

Oh, ternyata si Tameng yang disebut-sebut ada di sana juga. Tapi suaranya langsung hilang begitu Jennie memotongnya. Doyoung sendiri tak terdengar membalas, sebelum kalimat lanjutan Jennie yang membuatnya tersentak sesaat.

"Setiap ekskul nggak ngebolehin sesama anggotanya pacaran. Terus kenapa lo masih nyoba deketin Jisoo?"

Tunggu. Wait. Ha?

Love Maze | VSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang