LM : 20

1.3K 202 29
                                    

"Dua puluh menit cukup?"

"Pa, nggak perlu segitunya. Dia temen Chichi."

"Papa tidak bertanya sama kamu, Chichi. Lagi pula, temen kamu ini cuma mau ngobrol sebentar, kan? Seharusnya dua puluh menit itu sudah lebih dari cukup. Kalau ngerasa kurang, ya tidak perlu ke tempat yang jauh dari sini. Bukan begitu?"

"Tapi, Pa..."

"Cukup kok, Om."

"Bagus. Kalau begitu, waktu yang kamu punya untuk bisa membawa anak saya pergi tidak lebih dari dua puluh menit. Setelah itu kamu antarkan Chichi pulang dan jangan berani-beraninya ngebut di jalan, mengerti? Chichi, duduknya jangan dempet-dempetan. Jaga jarak. Handphonenya dibawa, nada deringnya diaktifkan."

Maka, dengan berlandaskan komando dari papa, pada ujungnya Jisoo dan Taehyung berakhir di minimarket yang berada tidak jauh dari rumah Jisoo. Ya, minimarket. Tempat yang paling sering Jisoo kunjungi sekalipun untuk membeli snack ataupun kopi susu.

Sebuah lokasi yang Jisoo cetuskan saat Taehyung menanyakan apakah gadis itu memiliki rekomendasi tempat yang bisa didatangi tanpa perlu menghabiskan banyak waktu di jalan. Jangan salahkan dirinya. Sebab, bagaimana bisa Jisoo dapat berpikir tempat apa yang lebih patut buat dikunjungi ketika di saat yang sama dia masih terkejut akan kehadiran tiba-tiba dari cowok itu?

Seharusnya sedari awal Taehyung tahu tempat mana yang hendak dituju. Oh, atau mungkin Taehyung memang sudah punya tempat yang menjadi incarannya. Namun, tidak tercapai lantaran papa memberinya batas waktu hanya 20 menit. Dan ya, tidak perlu diperjelas lagi kalau papa melakukannya dengan sengaja. Apalagi dengan kebenaran bahwa jarak dari rumahnya menuju kafe terdekat menghabiskan waktu yang lumayan walaupun sudah memakai kendaraan.

Meskipun begitu, ya Tuhan... kenapa papa harus melakukannya di saat-saat seperti ini? Lagi pula, kenapa Taehyung begitu menuruti kata-kata papa? Mengapa semua hal mendadak terasa menyebalkan di matanya? Amat menyebalkan hingga Jisoo tak tahu harus berbuat apa. Lebih-lebih lagi kala teringat usahanya mewanti-wanti Doyoung untuk tidak menginjakkan kaki di rumahnya supaya tak bertemu papa berujung sia-sia. Sia-sia sekali malah. Sebab, ketika Doyoung menuruti permintaannya, cowok berjaket denim army tersebut malah menampakkan eksistensinya. Di depan papa pula!

Jisoo jadi bingung. Kesal sama diri sendiri juga jengkel dengan situasi yang terjadi. Tapi... tapi Jisoo menyadari kalau rasa kesal yang menggunung itu kalah telak dengan munculnya perasaan lega di hatinya. Pasalnya, mungkinkah ini jawaban dari harapannya? Tentang Jisoo yang berharap Taehyung segera menampakkan wujudnya hanya untuk memastikan bahwa cowok itu sudah tidak apa-apa. Jika benar begitu, Jisoo merasa lebih baik. Tetapi, boleh diulang dan diperbaiki sedikit tidak alurnya? Taehyung cukup menampakkan batang hidungnya di sekolah saja, bukan di teras rumahnya dan terlibat dengan papa!

"Kenapa nggak duduk?"

Jisoo yang berdiri di pelataran minimarket, agak jauh dari meja serta kursi yang disediakan di sana tersentak begitu saja. Bahkan bahu sempit itu sempat terjingkat karena kaget dengan munculnya suara beserta sosoknya di samping Jisoo. Lantas, bersama tarikan napas pendek Jisoo menolehkan kepala, menatap Taehyung yang berdiri di sisinya. "Lagi pengen berdiri aja." Jawaban yang bagus sekali, kan? Sangat bagus hingga membuatnya mendapatkan tatapan penuh tanya dibuntuti sebelah alis yang terangkat dari Taehyung.

Lalu, dalam sepersekian detik, gantian dirinyalah yang dibikin mengangkat alis kala menyaksikan Taehyung menyodorkan sebotol minuman tanpa berkata apa-apa. Bahkan satu kata pun tidak terdengar dari bilah bibirnya. Manusia satu ini kehilangan kemampuan buat berbicara ya sejak ditonjok oleh para berandalan itu?

"Kenapa?" Jisoo akhirnya bertanya setelah beberapa detik terpakai hanya untuk menunggu Taehyung berbicara dan mengutarakan maksudnya, yang sayangnya tidak menuai apa pun.

Love Maze | VSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang