LM : 30

966 140 52
                                    

“Lisa, itu Doyoung.”

Ketika Jisoo ingin beranjak, Lisa lebih dulu menarik lengannya.

“Mau ke mana?”

“Nyamperin Doyoung. Gue ... mau ngomong sama dia.”

“Buat apa, Soo? Lo nggak lihat Doyoung jaga jarak sama lo? Udah, biarin aja. Doyoung juga butuh waktu, Soo.”

Jisoo mengulum bibir, langsung tidak berkutik ketika mendengar penuturan Lisa.

Ya, Doyoung memang menghindarinya.

Itulah yang pertama kali tercetus di kepala Jisoo kala mengamati sikap Doyoung. Doyoung tak menyapanya, tidak juga menatapnya sedikit lebih lama. Saat pandangan mereka tidak sengaja bertemu, Doyoung-lah yang pertama kali memutuskan tatapan.

Dan sejujurnya, ini bukan kali pertama. Kemarin, di ruang Media, Doyoung melakukan hal serupa. Sikapnya berubah drastis. Meski saat melaksanakan rapat dan Doyoung terlihat amat tenang, bersikap seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka berdua, Jisoo rasanya mau marah. Namun, semua itu buru-buru dia abaikan sebab Jisoo terlalu tahu diri.

Karena sekarang mereka sudah tidak menjalin hubungan apa pun lagi. Jisoo tidak punya hak untuk meminta Doyoung bertingkah seperti yang diinginkannya. Jisoo tidak bisa meminta Doyoung untuk kembali padanya karena Jisoo sendiri tak pernah punya perasaan ke Doyoung.

Jadi, walaupun Jisoo marah-marah, meski Jisoo menyalahkan keadaan yang telah berlalu dan tidak menerima kenyataan akan ending dari hubungan mereka, Jisoo tetap tidak bisa mengubah keadaan.

Sampai beberapa hari kemudian, ketika Jisoo melangkah sendirian di koridor, bisik-bisik dari kanan-kirinya berhasil mengusik Jisoo.

“Eh, itu tuh si Jisoo. Katanya dia nggak jadi pacaran ya sama si Doyoung?”

“Lha, gue kira itu berita bohongan.”

“Beneran. Gue dengar dia udah nggak ada hubungan sama Doyoung. Padahal, kayaknya dia sama Doyoung nggak ada masalah, ya?” Si Cewek Pertama membalas dengan intonasi yang Jisoo rasa sengaja dia keraskan.

Ilfeel kali si Doyoung. Dia kan temen mainnya banyakan cowok.”

“Ih, masa iya?”

“Eh! Apa, nih?” Suara serak basah Jiwon beserta presensinya berhasil mengagetkan Jisoo. Cowok itu mendekat padanya, merangkul bahunya begitu saja. “Masih pagi udah ngegosip aja. Malu heh ciwi-ciwi! Dah, sana! Balik ke kelas lo!”

“Yee ngaca kali! Udah punya cewek malah main rangkul cewek lain!”

“Dih! Iri bilang bos!” balas Jiwon ikut ngegas.

Sementara Jisoo menggigit bibir, menarik napas dalam-dalam. Jisoo tidak merasa dirinya punya posisi penting di GHS. Jisoo juga tidak pernah merasa kalau hidupnya menarik hingga bisa menjadi bahan pergosipan siswa-siswi GHS. Jadi, sewaktu mendengar itu secara langsung, mustahil Jisoo tidak terkejut.

Secepat ini kabar tentang Jisoo dan Doyoung tersebar? Bagaimana orang-orang bisa tahu? Doyoung tidak mungkin melakukan hal yang sekarang berkelebat di kepalanya. Jisoo yakin.

Jisoo sudah pernah mengalami yang seperti ini, sewaktu dia sedang lengket-lengketnya dengan anak ekstrakurikuler Basket. Dan Jisoo bisa melewatinya. Namun, kenapa sekarang rasanya sesak sekali?

Jisoo mengembuskan napas pelan, melepas tangan Jiwon dari bahunya. Gadis itu memutuskan melanjutkan langkah meski sesuai dugaan Jiwon sudah mengambil tempat di sampingnya.

“Udah, nggak usah didengerin.”

“Maunya sih gitu. Tapi rasanya susah banget.”

“Lagian, orang-orang kok aneh banget. Yang PDKT siapa, yang putus siapa, yang pacaran siapa, yang repot siapa.” Jiwon mengomel. “Dah, jangan diambil hati. Namanya perasaan ya nggak bisa dipaksa. Mending berhenti dari sekarang daripada lanjut tapi nggak happy, kan?”

Tetapi, masalahnya tidak sesederhana itu.


✴✴✴



Selasa, jam 10 pagi.

Kim Jisoo: Doy

Kim Jisoo: Gue tau lo lagi ngehindar dari gue

Kim Jisoo: Gue minta maaf ya


Jumat, jam 8 malam.

Kim Jisoo: Doy

Kim Jisoo: Kita nggak bisa ngobrol lagi?

Kim Jisoo: Gue mau ngomong sama lo


Minggu, jam 7 pagi.

Kim Doyoung: Mau ngomongin apa Soo?

Kim Doyoung: Udah nggak ada yang perlu diomongin

Kim Jisoo: Banyak Doy

Kim Jisoo: Lo pergi tanpa ngejelasin hal-hal yang belakangan bikin kita berantem

Kim Doyoung: Percuma juga gue jelasin

Kim Doyoung: Itu udah nggak penting

Kim Doyoung: Soo, kalau lo balik lagi ke gue hanya karena ngerasa bersalah, gue nggak bisa

Kim Jisoo: Kasih gue kesempatan Doy

Kim Jisoo: Gue bakalan berusaha

Kim Doyoung: Soo kita udah bahas ini waktu itu

Kim Doyoung: Kalau lo aja nggak bisa yakin sama perasaan lo, gimana gue bisa yakin ke elo?

Kim Doyoung: Gue sayang sama lo. Tapi gue juga tau diri. Gue nggak mau dengar lo ngomong kayak begini lagi

Kim Doyoung: Gue cuma butuh waktu

Kim Doyoung: Berhenti ngerasa bersalah oke?

Kim Doyoung: Gue bakalan terus ngedukung elo kok

Berhenti ngerasa bersalah? Jisoo menggumamkan itu dalam hati. Mungkin, Doyoung ada benarnya. Jisoo masih merasa bersalah karena dia tidak mampu memberikan apa yang Doyoung inginkan, hingga membuatnya kecewa. Namun sayangnya, Jisoo tidak bisa menanganinya.

Love Maze | VSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang