Bonus Chapter Pt. 2

815 67 4
                                    



Bonus Chapter : Kookmin Side's

Morning Routine



Tampak sosok menggeliat diatas ranjang, mencoba menelaah sinar matahari yang langsung menabrak matanya, sedikit memicing sebelum membuka sepenuhnya. Mata sipitnya terlihat menatap sekitar. Kosong. Ruangan atau lebih tepatnya kamar terlihat kosong, tidak ada makhluk lain selain dirinya.

"Eum!" Ia celingak-celinguk sembari mengusak matanya. Menyibak selimut dan turun dari atas kasur. Jalannya sedikit sempoyongan, bahkan tangannya tidak sanggup menurunkan tuas pintu, terlalu lemah karena baru saja bangun.

Jimin. Masih melihat kesana-kemari mencari sosok lain di dalam rumah ini. Ya, semenjak ia menjadi kekasih Jungkook, Jimin memilih untuk tinggal bersama. Alasannya, lebih mudah dan cepat kemana-mana. Memang benar kok.

"Jungkook!!" Matanya masih berpendar, sayu. Ia masih mengantuk, tapi kekasihnya sudah hilang entah kemana saat ia membuka mata. Membuat garis bibir itu melengkung ke bawah, sesekali mengucek matanya.

"Jungkook!" Teriaknya lagi. Jimin sudah ingin menangis jika ditinggal sendirian seperti ini. Di kamar tidak ada, di ruang tamu, dapur, semua sudah Jimin cari tak juga menemukan Jungkook.

"Kookie!" Kakinya sudah mengentak tak karuan. Air mata sudah merembes keluar. Ini jarang terjadi di pagi yang indah seperti ini. Karena Jungkook masih stay di ranjang sampai menunggu Jimin bangun.

Kunjung tak mendapatkan respons, Jimin berjalan lagi menuju dapur. Ia haus karena berteriak. Mungkin pemuda Jeon itu lupa telah meninggalkan se-enggok manusia imut yang masih tidur tadi.

Lelaki Park itu selalu kagum akan apa yang matanya dapati. Meskipun sudah lama tinggal bersama Jungkook, yeah empat bulan itu lumayan juga. Interior rumah ini epik. Ada goresan seni di pilar dan tepi atas atap. Jungkook memang suka seni. Jimin baru tahu itu beberapa waktu lalu saat pemuda itu sendiri yang bercerita.

Tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang. "Kesayanganku sudah bangun?" Jimin masih diam, tidak ingin mengubris ucapan Jungkook. Bahkan dengan kasar menandaskan minumannya sekali tegakan. Tentunya itu membuat Jungkook ngeri sendiri. Ada apa dengan kekasih mungilnya ini?

"Apa lihat-lihat?" Sembur Jimin, keki. Menghempaskan tangan Jungkook dari pinggangnya, menatap sengit pemuda itu yang malah kalau Jungkook lihat jatuhnya menggemaskan. Pemuda itu tengah menahan tawanya, jika tidak ingin kena sembur oleh kemarahan Park Jimin.

"Kenapa, hm?"

Jimin selalu luluh jika Jungkook mengatakan kalimat terakhir seperti itu. Ia tampak memiringkan kepalanya, menatap Jungkook yang berkeringat begitu banyak. Atau itu air biasa. Tapi hari ini cerah, tidak hujan.

"Ada apa?"

"Basah!"

Jungkook mengerutkan alisnya, lalu terkekeh begitu arah pandangan Jimin tertuju pada kaosnya yang basah kuyup karena keringat. "Aku habis workout dan kenapa tidak mencariku di tempat Gym?"

Iya, Jungkook pernah cerita jika di rumahnya ada tempat untuk Gym. Tapi ya Jimin hanya mangut-mangut saja saat itu perkara hunian pemuda Jeon tersebut. Jimin meringis sembari mengusap tengkuknya. "Hehehe, lupa!"

"Kebiasaan, pasti sudah merengek karena tidak mendapatiku!"

"Iya!" Jawab Jimin meringis. Jungkook menggelengkan kepalanya, maklum. Sudah tahu tabiat Jimin kalau tidak menemukannya di saat ia bangun, merengek dan berujung mengambek. Harus ekstra Jungkook membujuknya agar lelaki itu mau balik seperti semula.

My Annoying HybridTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang