Disebuah ruang UGD rumah sakit, tampak seorang lelaki yang terbaring lemah dengan beberapa alat medis menempel di tubuhnya.
Angga Prahadie, manager hotel bintang lima di Bandung yang baru saja mengalami kecelakaan mobil di jalan tol Cipularang bersama istrinya yang bernama Karina.
Karina tewas di tempat sedangkan Angga sendiri sedang menjalani masa-masa kritisnya.
Di sampingnya tampak seorang pemuda sekitar umur 23 tahun yang duduk dengan memasang wajah acuh tak acuh. Dia adalah Martin Richard Prahadie, putra dari istri pertamanya di Jakarta.
Angga sengaja meminta pihak rumah sakit untuk menghubungi Martin karena merasa waktunya sudah tidak lama lagi. Martin memang datang dengan terpaksa karena sebenarnya dia sangat membenci lelaki itu.
Angga sudah meninggalkan Martin dan ibunya 18 tahun yang lalu saat Martin masih sangat kecil.
Disebabkan pendarahan yang hebat, ibunya Martin yang bernama Stela meninggal saat sedang mengandung anak keduanya dari Angga.Sejak itu Martin sangat depresi dan tumbuh rasa benci di hatinya untuk Angga yang menurutnya tidak pantas dipanggil ayah lagi olehnya.
"Martin ..." Suara Angga terdengar sangat berat dengan napasnya yang mulai putus-putus.
Martin membuang wajahnya jauh-jauh, dia tak ingin menatap wajah Angga yang sudah hampir menemui ajalnya.
"Nak ..."
Angga meraih jemari Martin sampai menggenggamnya erat. Dipandangi wajah pemuda yang sangat mirip dengannya sewaktu muda.
"Ayah minta padamu, Martin. Tolong bawa Alice bersamamu ke Jakarta. Bagaimanapun dia adalah adikmu, Nak. Alice tidak punya siapa-siapa lagi," ucapan Angga membuat Martin menoleh padanya.
Tidak mungkin! Ia harus mengurus anak dari istri kedua ayahnya itu? Mustahil!
"Dengar pesan Ayah, Martin. Ayah mohon ... kamu jaga dan lindungi adikmu itu ya, Nak?" Angga kelihatan sangat berharap.
Martin hanya diam dan mengalihkan wajahnya ke semua arah. Ya, ini sangat berat baginya. Dia tidak bisa menerima adik dari ibu yang berbeda itu.
"Martin, berjanjilah pada Ayah, Nak."
Suara Angga semakin dalam, sedangkan Martin belum juga memberikan jawaban. Paling tidak sebuah anggukan mungkin bisa membuat lelaki itu pergi dengan tenang.
Martin masih membisu sampai Angga menghembuskan napas terakhirnya dengan mata yang masih menatapnya penuh harap. Para perawat dan dokter segera memeriksa dan mencatat waktu kematian lelaki berumur lima puluh tahun itu.
"Ayah!"
Teriakan seorang gadis berseragam SMA yang tiba-tiba histeris di ruang UGD.
Martin mundur agak jauh dari ranjang Angga yang sudah tertutup kain putih. Ia tampak jengah melihat tangisan gadis itu. Namun, butiran air mata tanpa sadar terjun di pipinya. Ya, bagaimanapun Angga adalah ayahnya.
"Ayah bangun! Jangan tinggalkan Alice. Ayah!" Suara histeris itu sangat menyayat hati Martin.
Benar, gadis malang itu adalah anak dari wanita yang sudah menghancurkan kebahagiaan ibunya. Tidak, tidak, dia tak boleh sampai simpati pada gadis itu.
Sebab gadis itu adalah anak haram ayahnya! Anak yang tidak seharusnya terlahir! Dan dia harus membencinya.
***
Setelah proses pemakaman selesai, Martin yang berdiri agak jauh mulai berbalik untuk segera meninggalkan makam Angga.
Baginya kematian yang sangat mudah itu terlalu singkat untuk seorang lelaki yang sudah menelantarkan dia dan ibunya bertahun-tahun lamanya. Harusnya Angga mendapatkan hukuman yang lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
RomanceAlice, layaknya seorang gadis belia pada umumnya, dia pun memiliki banyak mimpi dan ingin dicintai. Lantas apa salahnya? Kenapa dia harus berakhir sebagai boneka pemuas nafsu seorang iblis berparas tampan seperti Devan? Inilah kisah Alice, seorang g...