Alice baru saja keluar dari kamarnya. Dia sangat tergesa-gesa karena jarum jam sudah menunjuk angka tujuh. Martin juga sudah pergi. Bagaimana ini? Dia hanya punya sedikit uang untuk naik angkot tapi pasti dia akan terlambat sampai sekolah.
Apa boleh buat!
Alice sedang berdiri di tepi jalan. Mobil angkot yang sedang ditunggunya belum juga kelihatan. Lama sekali! Dia kelihatan sangat gelisah sampai tak bisa berdiri dengan tenang.
"Alice!"
Jeep Wrangler Rubicon warna putih menepi di depannya dan terlihat sebuah senyuman manis menghiasi wajah lelaki yang tertutup kacamata hitam.
Siapa lelaki itu? Alice hanya tersenyum refleks.
"Mau berangkat sekolah, ya? Gimana kalo gue antar aja?" ucap lelaki itu.
Alice masih kelihatan ragu, tapi dia sudah hampir terlambat dan bagaimana kalau gerbang sekolahnya sudah terkunci.
"Ayo naik!"
Lelaki itu membuka pintu mobilnya dari dalam untuk Alice. Gadis itu hanya tersenyum tipis sambil mengangguk. Tidak perduli lelaki itu siapa, pokonya dia harus berangkat ke sekolah sekarang!
Pemuda itu tersenyum padanya dan mulai melajukan mobil. Alice terdiam sambil memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil.
Dia tahu lelaki di sampingnya itu sedang memperhatikannya. Jantungnya berdebar kencang. Dia memang sedang ketakutan, tapi tidak ada pilihan lagi daripada dia tidak mengikuti pelajaran hari ini. Itu lebih buruk lagi.
"Kenapa lo diam aja? Apa lo nggak kenal sama gue?" tanya pemuda itu sambil menunjukkan kedua lesung pipinya.
Alice hanya mengangguk satu kali.
"Gimana kalo gue mau menculik lo? Apa elo nggak takut?" lanjut lelaki itu lagi.
Alice dibuat terkejut mendengarnya.
Benar juga! Ya Tuhan, gimana ini? Alice semakin ketakutan dan itu bisa dilihat oleh lelaki di sampingnya yang sedang mengemudikan mobil."Gue cuma bercanda kok! Gue Devan, temannya Martin. Gue tahu kalo elo adiknya Martin."
Fiuh ...
Alice mulai lega mendengar itu, tapi bukankah semua teman kakaknya itu brengsek? Oh, shit! Sepertinya dia memang sedang dalam masalah sekarang.
"Nggak usah takut. Gue bakal antar elo ke sekolah, kok! Tenang aja," tukas lelaki itu seolah bisa menebak apa yang ada di hati Alice.
"Makasih, Kak."
Alice tersenyum tipis pada lelaki yang baru saja mengantarnya ke sekolah. Akhirnya dia datang tepat waktu. Lelaki itu membuka kacamatanya dan tersenyum padanya.
Alice membulatkan sepasang netranya. Ya, dia bisa mengingatnya. Lelaki itu adalah orang yang ditabraknya tempo hari di rumah Martin. Dia sangat tampan.
"Sekolah yang benar, ya!" Lelaki itu melempar senyum manis sebelum melajukan mobilnya.
Alice tersenyum sipu mendengarnya. Jeep putih itu segera berlalu. Apa ini? Kenapa jantungnya sangat berdebar dan pipinya juga memerah?
"Ngapain lo bengong begitu?"
Suara Chelsea cukup membuatnya kaget. Alice segera menoleh pada gadis itu.
"Heh, kenapa lo? Kaya abis lihat V BTS aja! Dih, pipi lo sampai merah begitu." Chelsea menatap heran pada gadis di depannya.
Alice buru-buru menggeleng. "Enggak pa-pa kok! Langsung ke kelas aja, yuk!"
Chelsea cuma mengangguk. Dan mereka segera berjalan menuju kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
RomanceAlice, layaknya seorang gadis belia pada umumnya, dia pun memiliki banyak mimpi dan ingin dicintai. Lantas apa salahnya? Kenapa dia harus berakhir sebagai boneka pemuas nafsu seorang iblis berparas tampan seperti Devan? Inilah kisah Alice, seorang g...