Siang itu di SMA Gemilang High School. Alice sedang ada di perpus dimana dia biasa menghabiskan waktu usai makan siang di kantin.
Chelsea yang dulu sama sekali tak pernah menginjakkan sepatunya pada ruangan yang menurutnya membosankan itu, kini mulai sering menemani Alice di perpus.
Berbagai buku Alice baca, lain dengan Chelsea yang lebih sering membuka dan membaca beberapa halaman saja. Selebihnya hanya tertidur menunggu Alice selesai membaca.
"Alice!" sapa Galang yang langsung membuat mood Alice buyar.
Dia menoleh pada pemuda yang tengah berdiri di sampingnya itu."Ini buat kamu, Al." Galang tiba-tiba menaruh susu cokelat kesukaan Alice pada meja dimana Chelsea menaruh kepalanya.
"Makasih, Lang. Tapi lain kali nggak usah, ya. Aku nggak mau repotin kamu," tukas Alice sambil tersenyum manis.
Galang tersenyum memalingkan wajahnya sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal. Senyuman Alice selalu saja membuat jantungnya berdebar hebat.
"Nggak pa-pa, Al. Aku seneng kalo lihat kamu senyum," Galang segera membungkam mulutnya dengan pipinya yang besemu merah.
Astaga, dia sudah salah bicara tadi.
Alice kembali tersenyum.Gery yang memang selalu menjadi bayangan Alice, tampak memperhatikan gerak-gerik Galang dan Alice dari bangku yang agak jauh dari mereka.
Gery melihat Galang yang mulai duduk di samping Alice, bahkan sangat dekat. Mereka tampak sedang membaca buku yang sama sambil mengobrol. Gery segera mengaktifkan kamera ponselnya.
***
Devan sedang berada di ruang olah raga yang ada di lantai 3 rumahnya. Ruangan yang cukup luas dengan berbagai alat fitnes dan gym yang memenuhi ruangan itu.
Sekarang Devan sedang lari cepat menggunakan salah satu alat yang ada di sana. Tubuh lelaki itu memang sangat bagus. Atletis dan Sixpack seperti seorang model majalah lelaki.
Ya, Devan memang rajin berolahraga untuk menjaga stamina dan kesehatannya.
Ponsel pintar yang tergeletak di sebuah meja kecil pun berdering. Melantunkan sebuah lagu milik Jason Mraz yang sangat di idolakannya. Devan menghentikan aktifitas olah raganya, lantas meraih ponsel tersebut. Ah, rupanya sebuah pesan dari Gery.
Mata Devan membulat sempurna melihat gambar yang di kirimkan oleh Gery padanya, dimana Alice dan Galang tampak begitu dekat sambil membaca sebuah buku di perpus sekolah mereka.
Sial! Devan sangat kepanasan melihat foto itu. Terlebih sudah hampir sepuluh hari dia tidak bercinta dengan Alice.
Menyebalkan!
Devan segera melempar ponselnya hingga menimbulkan sebuah suara ledakkan. Terserah! Dia bisa membeli ponsel baru berapa pun yang dia mau. Tapi dia tak ingin kehilangan Alice, karena gadis itu hanya miliknya.
Cuma miliknya!
Tak boleh ada siapa pun yang mendekatinya apa lagi menyentuh mainannya itu. Devan mendengkus kesal. Dia segera pergi meninggalkan ruang olah raga itu.
Alice sedang berjalan sendiri saat Gery juga berjalan mengikutinya dari belakang. Chelsea entah kemana, mungkin dia sedang ada di sanggar dance.
Ya, karena temannya itu sedang mempersiapkan team-nya untuk pementasan dance yang akan diadakan oleh pihak sekolah bulan depan. Pasti dia sangat sibuk sekarang, Alice mengulas senyum sembari melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Namun tiba-tiba saja seseorang menarik lengannya dan menyeretnya masuk ke sebuah gudang sekolah. Astaga, Devan? Alice membulatkan matanya melihat lelaki yang menyeretnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
RomanceAlice, layaknya seorang gadis belia pada umumnya, dia pun memiliki banyak mimpi dan ingin dicintai. Lantas apa salahnya? Kenapa dia harus berakhir sebagai boneka pemuas nafsu seorang iblis berparas tampan seperti Devan? Inilah kisah Alice, seorang g...