HMT 18 - Rahasia Martin

1.8K 104 3
                                    

Pagi itu sangat cerah. Sinar keemasan sang surya terpancar begitu indah dari upuk timur. Pingkan yang sedang berdiri bersama dua temannya di depan kantin kampus terkesiap melihat mobil Jeep Wrangler Rubicon putih milik Devan melintas di depan mereka.

Pemuda itu tampak sedang menyetir mobilnya menuju parkiran khusus yang ada di belakang kampus elit itu. Parkiran dimana hanya ada mobilnya saja yang boleh bertengger di sana.

Benar, Devan sangat disegani di kampus. Bukan hanya semua mahasiswa dan mahasiswi yang kuliah di sana, tapi juga semua dosen dan rektor sangat menghormatinya. Tak heran, karena Universitas Gumilang Group adalah milik ayahnya.

Lelaki dengan tinggi badan 1,87 m ini memang memilki sikap dingin dan arogan. Ada juga yang mengira dia tempramen, karena seringnya bersikap kasar dan berkata buruk pada orang lain. Namun wajahnya yang tampan karena blasteran Jepang membuat banyak wanita terpesona melihatnya.

Apa lagi dua lesung pipitnya yang selalu tampak bila dia sedang tersenyum. Terlebih refutasi keluarganya yang terkenal sebagai konglomerat kelas kakap di Indonesia. Dan sang ayah yang merupakan pendiri suatu partai politik yang cukup elit.

Namun, mereka hanya melihat cangkang lelaki itu saja yang menarik, mereka tak tahu seperti apa Devan sebenarnya.

Yang mereka tahu, Devan telah memiliki seorang tunangan bernama Micel, dan gadis itu sedang kuliah di New York saat ini. Devan dan Micel hanya berkomunikasi lewat telepon dan video call saja selama satu tahun ini.

Namun kehadiran Alice dalam hidupnya, membuat Devan merasa menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang mampu mengisi kekosongan hatinya dan membuatnya sangat senang.

Meski tanpa Micel dia bisa mendapatkan sesuatu yang lebih dari gadis berusia 18 tahun itu.

"Devan, aku mau bicara sama kamu," ujar Pingkan yang sengaja menemui Devan di parkiran mobilnya.
Pemuda itu tampak acuh. Dia meraih tas ranselnya kemudian menutup pintu mobilnya sangat kencang.

BRUGH!

Jantung Pingkan serasa mau copot dibuatnya. Brengsek! Lelaki yang satu ini memang paling senang membuat orang kesal.

"Devan," tukas Pingkan lagi karena lelaki itu masih tampak acuh dan tak mau menghiraukannya sama sekali.
Devan justru berjalan meninggalkan parkiran tanpa mau menoleh pada wanita yang mulai mengejarnya itu.

"Devan, aku nggak suka kamu deketin Alice!" Devan menghentikan langkahnya sejenak mendengar suara lantang Pingkan.
Begitupun Pingkan yang berdiri di belakangnya. Lelaki itu memutar tubuhnya menoleh pada Pingkan

"Maksud lo apa? Memangnya lo itu siapanya Alice?"

"Aku nggak suka kamu mainin Alice. Dia masih belia, kamu nggak bisa lakuin itu padanya. Kamu bisa cari cewek lain aja, tapi jangan Alice!"

Pingkan berkata tanpa ragu pada Devan. Dia tahu persis seperti apa pemuda berambut hitam setengah gondrong itu. Bejat dan nggak ada akhlak, itu yang dia tahu sejak kematian sahabatnya yang bernama Mega.

Dua tahun yang lalu saat mereka masih duduk di bangku SMA. Devan, Martin, Pingkan dan Mega adalah teman baik. Namun entah bagaimana awalnya, tiba-tiba saja Mega ditemukan mengakhiri hidupnya di kamarnya.

Sementara yang Pingkan tahu, Mega dan Devan sempat menjalin hubungan asmara. Pingkan menaruh curiga pada Devan atas kematian sahabatnya itu. Karena Mega sempat bercerita padanya, bahwa dia telah mengandung akibat ulah Devan.

"Kayaknya gue mesti kasih tahu ini sama lo. Mungkin ini bisa bikin mulut lo itu berhenti mengoceh nggak penting," cetus Devan sembari menatap jengah pada Pingkan.

HOLD METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang