HMT 12 - Kebencian Martin

2.2K 117 4
                                    

Hujan masih mengguyur kota Jakarta sore itu kala Alice melangkahkan kakinya yang mengenakan sepatu warna putih. Dia keluar dari balik pintu mobil Jeep putih yang masih terparkir di halaman rumah Martin.

Alice berjalan pelan meski air hujan membasahi t-shirt tipisnya. Juga rambutnya yang terurai agak berantakan. Area intimnya terasa agak perih akibat ulah Devan barusan.

Sungguh gila!

Lelaki itu memaksanya di dalam mobil. Dan parahnya, sempat-sempatnya dia memainkan tubuh Alice dengan berbagai gaya sex. Sialan! Lelaki itu benar-benar memperlakukannya layaknya seorang pelacur!

Alice mengusap kedua pipinya dan berjalan lamban setengah tertatih menuju pintu sambil menyoren tas sekolahnya di pundak.

Devan memperhatikan geraknya dari dalam mobil. Pemuda itu tersenyum puas. Alice memang paling bisa membuatnya sangat menggila.

Pemuda itu mulai memaju mundurkan mobilnya hingga benar-benar melaju meninggalkan kediaman Martin.

Tibalah langkah Alice di depan pintu yang terbuat dari kayu mahoni. Namun terdapat pintu teralis juga sebagai pelapisnya.

Dia segera mengusap kedua pipinya untuk kesekian kali. Dengan wajah tampak lelah dan perut yang mulai terasa lapar lagi, Alice segera mengetuk pintu.

"Kak Martin!" teriak Alice cukup lantang seraya mengetuk pintu. Hal itu membuat Martin yang memang sedang menunggunya menjadi sangat geram.

Lelaki itu segera mengakhiri aktivitasnya di dalam kamar. Meninggalkan beberapa sedotan, jarum suntik, dan bubuk putih yang masih berserakan di lantai. Martin segera berjalan cepat menuju pintu.

"Kak Martin," lirih Alice dengan wajah melas manjanya.

Dia sangat takut Martin akan marah. Sejenak dilupakannya dulu perihal Martin yang sudah menjualnya seharga 200 juta pada Devan.

Martin memasang wajah kesal dengan tangannya yang mengepal kuat.

"Ngapain lo pulang? Nggak tinggal aja sama Devan sana! Dasar cewek murahan, sama kaya Nyokap lo!"

Perkataan Martin sungguh membuat Alice ingin menjerit. Kenapa kakaknya itu malah menyudutkannya? Seolah dia memang gadis murahan, seperti tudingnya tadi.

"Kak Martin ngomong apa? Bukannya Kak Martin yang udah jual aku sama Kak Devan? Harusnya aku yang marah sama Kak Martin, bukan Kak Martin yang ..."

"Diam lo! Gue nggak mau denger apa pun lagi. Sekarang lo tidur di luar! Dan jangan harap lo bisa masuk rumah ini. Menjijikan!" Martin segera mendorong bahu Alice sampai gadis itu hampir terjatuh.

"Kak Martin, aku mau masuk, Kak! Di luar lagi hujan!_" rengek Alice mencoba menerobos masuk.
Namun tangan Martin kembali mendorongnya hingga Alice benar-benar terjatuh kali ini.

"Denger, ya! Malam ini lo tidur di luar! Awas kalo coba-coba masuk!" murka Martin sambil menunjuk wajah Alice yang sedang terjengkang di lantai karena ulahnya tadi.

"Kak Martin," Alice menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Namun Martin segera membuang wajahnya dan menarik handel pintu memasuki rumah. Tak ada rasa kasihan di wajah pemuda itu sama sekali, itu yang Alice lihat.

Bruk!

Pintu sudah tertutup rapat.
Alice segera bangkit dan mencoba membujuk Martin dengan ringisannya yang memilukan.

Sayangnya Martin tidak peduli sama sekali! Lelaki itu segera mengunci pintu dan melangkah menuju tangga. Dasar cewek sialan! Rasakan akibatnya! Martin tersenyum sinis sambil mengayunkan langkahnya menuju kamar.

HOLD METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang