HMT 14 - Hening

1.9K 111 3
                                    

Alice memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya. Dia sedang menahan perasaan yang ditimbulkan oleh lelaki yang sedang menindihnya. Napas Devan terdengar berat sembari menggerakan pinggangnya, dengan meliarkan bibirnya pada ceruk leher jenjang Alice.

"Udah, Kak," desah Alice sambil menepak punggung lelaki di atasnya. Dia sudah tak tahan lagi karena Devan tak juga mencapai puncaknya, sedangkan dia harus sekolah sekarang.

Devan tak menggubrisnya. Dia malah semakin bengis mengayunkan miliknya dengan cepat.

Alice meremas bahu Devan dengan kuat. Lelaki itu berhasil menembakkan cairannya ke dalam tubuhnya. Napas keduanya terengah dengan keringat yang mulai basah.

Devan meraih ciumannya untuk kesekian kali. Pemuda itu tersenyum penuh kemenangan. Alice memalingkan wajahnya, dia merasa sudah diperlakukan seperti seorang pelacur. Devan melakukan ini dimana saja.

Dasar iblis!

Setelah mengenakan kembali seragamnya, Alice segera keluar dari pintu Jeep laknat itu. Dia mengusap kedua pipinya yang basah sambil berjalan cepat menuju toilet.

Devan memandangi gadis itu sambil tersenyum puas dari dalam mobilnya.

"Bajingan," lirih Alice sambil mencuci tangannya pada wastafel.

Dipandanginya wajahnya dari pantulan cermin di depannya. Bulir bening mulai menetes bergantian. Kenapa dia harus bernasib seperti ini?

Biadap!

Alice mejatuhkan kepalan tangannya pada tepi wastafel di depannya. Bibirnya bergetar-getar mengutuk iblis yang baru saja menikmati tubuhnya.

"Alice? Kamu kenapa?" suara Galang membuatnya tersentak.

Alice segera memalingkan wajahnya sambil mengusap kedua pipinya. Tidak, Galang tak boleh tahu semua ini.

"Mata kamu kenapa? Kamu habis nangis?" lanjut Galang tampak memasang wajah panik.

"Enggak. Mata aku kena debu tadi. Perih." Alice berusaha meyakinkan Galang dengan senyumannya.
Namun tampaknya pemuda di depannya itu tak mudah dikecoh.

"Kamu ribut sama Devan?" tanya Galang sambil menatapnya lekat.
Alice terdiam sambil memalingkan pandangannya ke mana-mana, dia tak bisa menjawab pertanyaan pemuda itu.

"Alice, ada hubungan apa kamu sama Devan? Apakah kalian pacaran?" Galang malah menghujaninya banyak pertanyaan yang semakin membuatnya tersudut kikuk.
Pemuda itu tak juga memalingkan tatapannya dari Alice

"Nggak! Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Kak Devan. Beneran," jawab Alice sambil berusaha santai.
Galang terdiam menatapnya. Sial! Kenapa Alice berbohong padanya, pikirnya agak kecewa.

"Yaudah Galang, aku ke kelas dulu, ya!" Alice segera melesat dari pandangan Galang.

Pemuda itu hanya mengangguk pelan. Galang yakin, pasti ada yang sedang Alice sembunyikan.

~•~

Alice memasuki kelasnya dan melihat Chelsea sedang memarahi dua gadis culun yang mendapat beasiswa di sekolah mereka. Lebih tepatnya Chelsea sedang merundung mereka.

"Lo tahu nggak, hah? SMA Gumilang High School ini udah tercemar gegara muka embel-embel lo berdua. Tau!" Suara lantang Chelsea sambil menoyor kepala dua gadis culun itu secara bergantian.

Kemudian Chelsea mondar-mandir di depan dua gadis yang sedang menunduk malu itu sambil mengoceh sesuka hatinya. Berkata buruk dan menyebut mereka layaknya sampah.

Alice menggelengkan kepalanya melihat kelakuan temannya itu. Chelsea memang orang berada dan punya kuasa di sekolah mereka.

Tapi tak pantas juga seorang gadis merundung gadis lainnya dengan sangat kejam begitu. Alice tak bisa membiarkan semua ini. Dia segera menghampiri Chelsea yang sedang mengolok-olok dua gadis culun itu.

HOLD METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang