Matahari mulai condong ke barat menandakan hari mulai petang. Alice berjalan sendiri sepulang sekolah.
Dia menolak ajakan Chelsea untuk mengantarnya pulang, terlebih Galang.Alice tak mau merepotkan mereka. Devan juga bisa saja marah besar kalau mendapati dirinya berboncengan dengan Galang.
Fuuhh ...
Alice membuang napas kasar. Benar, dia sangat kelelahan berjalan kaki dari tadi. Mau bagaimana lagi?
Di sakunya bahkan tak ada uang sepeser pun. Perutnya juga sangat perih menahan lapar. Ya Tuhan, bagaimana ini? Dia harus segera mendapatkan pekerjaan untuk bertahan hidup.
Dia tak bisa bergantung pada Martin. Dan lagi, kakaknya itu juga sudah tak pernah lagi memberinya makan apa lagi uang saku.
Langkahnya mulai pelan karena betisnya sudah sangat lemas.
Alice sudah tak sanggup lagi untuk berjalan, sedangkan rumah Martin masih belum kelihatan atapnya.Sial!
Kenapa nasibnya sangat buruk. Alice mulai nelangsa sendiri.
Tidak, dia harus kuat. Meski dulu dia seorang anak manja, tapi sekarang dia harus mandiri.Dia tak boleh nyerah!
Alice memalingkan wajahnya sembari menyeka titik kecil pada sudut matanya. Dia segera melanjutkan langkahnya tanpa mengeluh.
Tiba-tiba sepasang netra Alice terbelalak menangkap sebuah tulisan yang tergantung pada pintu kaca sebuah cafe.
'LOWONGAN KERJA'
Tulisan itu sukses membuat matanya kembali berbinar.
Dengan langkah mantap Alice segera mengayunkan sepatunya menuju pintu cafe itu. Dia celingukan mencari seseorang yang mungkin bisa ia tanyai pasal kertas yang tergantung di pintu cafe itu.
"Kenapa, Dek?"
Seseorang mendorong pintu kaca itu dari dalam, dan kini berdiri di depan Alice. Wanita sekitaran umur 40 tahunan dengan penampilannya yang terkesan glamour tampak tersenyum padanya.
"Oh iya, Tante. Maaf, aku lihat tulisan di pintu itu. Apakah masih ada lowongan kerja di cafe ini?" jawab Alice sambil tersenyum sopan.
Wanita itu memperhatikan gadis dengan seragam SMA itu terlebih dulu.
"Masih. Tapi, memangnya kamu mau kerja di sini, Dek?" wanita itu tampak tak yakin melihat Alice. Sepertinya gadis ini bukan orang susah atau sedang kesusahan, pikirnya.
Memang, penampilan Alice tampak seperti anak gedongan. Ya, karena awalnya juga dia anak orang kaya. Hanya saja sekarang hidupnya sudah berubah.
Meski begitu, dia tetap kelihatan seperti anak orang kaya karena kulitnya yang sangat putih, juga wajahnya yang teramat cantik. Bahkan rambutnya pun seperti orang yang rajin perawatan ke salon.
"Iya, Tante. Saya ingin bekerja paruh waktu di sini," jawab Alice dengan sopan.
Wanita itu tersenyum. Dia langsung merasa suka pada Alice.
"Kalo gitu ayo ikut Tante ke dalam. Kita ngobrolnya di dalam aja. Yuk!" Wanita itu segera meraih lengan Alice dan mengajaknya masuk.
Alice mengangguk sambil tersenyum kalem.
Gery menghentikan motornya di tepi jalan yang berseberangan dengan cafe dimana Alice baru saja masuk.
Sesuai perintah Devan, dia harus mengikuti Alice dan mengawasi gadis itu di sekolah dan dimana pun saat dia melihatnya.
Entah untuk apa. Gery hanya berpikir mungkin Devan menyukai Alice. Ya, wajar saja. Alice cantik dan menyenangkan, tak heran kalau Devan juga menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
RomanceAlice, layaknya seorang gadis belia pada umumnya, dia pun memiliki banyak mimpi dan ingin dicintai. Lantas apa salahnya? Kenapa dia harus berakhir sebagai boneka pemuas nafsu seorang iblis berparas tampan seperti Devan? Inilah kisah Alice, seorang g...