SMA Gumilang High School pukul 10:00
Jam istirahat pun tiba. Chelsea mengajak Alice jajan di kantin, dan hari ini Chelsea ingin mengtraktirnya. Awalnya Alice menolak karena dia juga membawa uang jajan dari Martin tadi. Ya, meski nilainya hanya cukup untuk beli bakso dan es teh manis saja.
Namun, Chelsea tidak suka Alice menolak. Dia kukuh ingin menggunakan uangnya. Meski sungkan, pada akhirnya Alice pun menyerah.
"Alice, lo tinggal sama siapa di Jakarta?" tanya Chelsea usai menyesap lemon tea di depannya.
"Gue tinggal sama Kak Martin. Kakak gue yang tinggal di Jakarta!"
"Kak Martin? Martin Richard Prahadie?!"
"Iya! Loh, jadi elo kenal sama Kak Martin?"
"Kenal lah! Kak Martin temannya kakak gue!"
"Ooo ..." Alice manggut-manggut
"Kakak lo siapa namanya? lanjut Alice agak was-was. Dia curiga jika kakaknya Chelsea adalah Rio, lelaki brengsek yang semalam kurang ajar padanya. Wajahnya sangat antusias menunggu jawaban Chelsea.
"Kakak gue namanya Devan. Devan Adipati Gumilang. Ganteng loh! Nanti gue kenalin sama lo, ya!" jawaban Chelsea membuat Alice lega.
Syukurlah, ternyata nama yang disebutkan Chelsea barusan nggak termasuk nama-nama lelaki yang semalam pesta miras sama narkoboi di rumah Martin. Mungkin kakaknya Chelsea itu lelaki baik-baik, pikir Alice.
"Kenapa bengong?"
Suara Chelsea membuat Alice tersentak."Enggak! Hm, kita masuk aja, yuk!" ajak Alice setelah menoleh pada jam tangannya.
Chelsea mengangguk setuju. Ia langsung bangkit dari bangkunya, lantas segera merangkul bahu Alice. Mereka mulai berjalan menuju kelas sambil mengobrol seru.
"Kalo hari Minggu, lo ngapain aja?"
"Baca buku novel sama nonton TV!"
"Huh! Bosenin banget hidup lo! Gimana kalo Minggu ini kita ngemall?"
"Gue mesti bilang Kak Martin dulu!"
"Ribet banget jadi lo, sumpah!"
Alice cuma tersenyum tipis melihat ekspresi kesal Chelsea.
~•~
Waktu menunjukan pukul dua sore saat Alice sedang berdiri di tepi gerbang sekolahnya.
Benar, dia sedang menunggu Martin yang katanya akan menjemputnya. Tapi sepertinya itu bohong karena sudah hampir dua puluh menit lelaki itu belum juga kelihatan batang hidungnya.
"Alice!"
Terdengar suara Chelsea yang memanggilnya.
Alice menoleh langsung. Ia melihat gadis itu di dalam mobil sport warna orange yang menepi di seberang jalan. Chelsea segera melajukan mobilnya dan menepi di depan Alice.
"Lo belum pulang? Gimana kalo gue yang antar lo pulang?" ajak Chelsea dengan acuh tak acuh. Meski dalam hati ia berharap Alice mau menerima tawarannya.
Alice masih terdiam, dia bingung. Sebenarnya dia memang tidak punya uang lagi untuk menaiki angkutan umum, dan Martin juga belum tentu datang menjemputnya.
"Udahlah! Jangan kebanyakan mikir!"
Chelsea masih setia menunggunya.Tidak ada pilihan, kalau jalan kaki tidak mungkin karena cukup jauh juga. Alice pun mengangguk sambil tersenyum pada Chelsea. Ia segera memasuki mobil sport di depannya.
Mereka segera berlalu meninggalkan SMA Gumilang High School. Selama perjalanan, Alice dan Chelsea mengobrol banyak. Ternyata ada banyak kesamaan di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
RomanceAlice, layaknya seorang gadis belia pada umumnya, dia pun memiliki banyak mimpi dan ingin dicintai. Lantas apa salahnya? Kenapa dia harus berakhir sebagai boneka pemuas nafsu seorang iblis berparas tampan seperti Devan? Inilah kisah Alice, seorang g...