1 : Filamen

1.9K 376 170
                                    

Filamen- Serat yang panjang. Ibarat jalinan yang masih tersambung kembali
.
.
.

Laki-laki berbadan tegap itu berdiri di antara Staff departemen produksi sebuah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil. Senyum segaris membentuk lengkung simetris, tapi sesekali melebar, menampilkan deretan giginya yang putih bersih.
Ekor matanya memindai seisi ruangan tempatnya berpijak saat ini.
Semua masih asing---karena lelaki itu baru saja menginjakkan kaki di kantor baru---yang berada di cabang Surabaya.

Menyandang gelar sarjana teknik industri, dia sudah beberapa tahun belakangan aktif berkecimpung di dunia kerja. Awalnya hanya Staff biasa, lambat laun karirnya menanjak karena etos kerja dan dedikasi yang tinggi. Titel manager produksi pernah disandang selama dua tahun terakhir, sebelum akhirnya sekarang menjabat sebagai General Manager, atau Head Divisi pada perusahaan yang bergerak di bidang tekstil tersebut.

"Perkenalkan, ini Pak Kainan Nayaka, General manager baru yang akan menggantikan Pak Yanuar." Pak Tito - Wakil kepala bagian divisi produksi itu memperkenalkan pimpinan baru pada para Staff.

Kainan Nayaka kembali tersenyum lebar. Matanya memindai satu persatu karyawan di bawah pimpinannya sebagai atensi perkenalan. Bibirnya bergerak menggumamkan kata-kata perkenalan. "Perkenalkan semuanya, saya Kainan Nayaka. Salam kenal dan semoga kita semua bisa bekerja sama dengan baik." Ucapan lugas dan selalu langsung pada poinnya adalah ciri khas Kainan. Entah saking pendiam atau memang tidak suka banyak basa-basi. "Saya ini orangnya agak pendiam. Jadi, silakan yang mau bertanya saya dengan senang hati akan menjawab." Sambungnya lagi.

Terlihat ada yang melambaikan tangan. Karyawati berkemeja toska menatap pada atasan barunya.

"Saya Nina, Pak. Izin bertanya, Pak Kainan usianya berapa?" Tanya karyawan perempuan itu dengan ekspresi wajah antusias.

"Alhamdulillah, tahun ini genap 35 tahun."

"Wah, sudah punya istri dong, Pak?" Karyawan perempuan yang lain menanggapi dengan mimik wajah kecewa yang dibuat-buat---menimbulkam seruan huuu dari yang lainnya. Kainan hanya tersenyum sekilas.

"Hei, Ra sopan blas pertanyaanmu, Wi!" Temannya yang lain menyela.

"Nggak pa-pa," sahut Kainan. "Tapi pertanyaannya nggak perlu saya jawab, ya." Kainan tertawa pelan. Atmosfer hangat dan akrab sangat terasa di lingkup tempat kerja barunya.

"Wes, Pak. Nggak usah ditanggapi, Dewi ini anaknya emang rada-rada, kok. Maklum, jomblo expired jadi kalau ketemu cogan bawannya caper mulu."

"Heleh, Mbak Ratih! Sampean iku sirik
pancene." Staff bernama Dewi itu protes dengan bibir mencebik.

"Tidak apa-apa, saya suka bercanda juga loh, biar nggak terlalu kaku." Kainan menanggapi. Mungkin selama ini orang menilainya terlalu kaku dan sangat serius. Padahal aslinya Kainan juga suka bercanda sesekali. Hanya bercanda harus benar-benar tahu situasi dan kondisi---dan tidak sedang dalam situasi kerja. Waktunya kerja, harus fokus kerja. Tidak bisa ditawar bagi Kainan.

Satu persatu menyalami Kainan serta mengucapkan selamat datang di kantor cabang yang baru. Usai perkenalkan singkat, dilanjut berkeliling langsung ke beberapa departemen yang akan mulai Kainan pimpin. Tidak tertinggal lengkungan senyum di bibir saat menyapa para karyawan dan Staff kantor barunya.

Hari pertama masih belum terlalu aktif menempati ruangan di gedung perkantoran ini. Kainan melenggang meninggalkan basemant parkiran perkantoran tepat jam empat sore. Mengendarai Mercedes Benz abu-abu mengkilat, Kainan menyusuri jalanan Surabaya sore hari. Lelaki itu mendengkus pelan. Salah satu tangannya mengusap pangkal dahi yang mengeluarkan bukit keringat. Satu hal yang baru Kainan sadari---adalah cuaca di kota berjuluk kota Pahlawan ini terasa sangat panas dan gerah. Jakarta sudah terasa panas baginya, tapi Surabaya lebih parah lagi. Bahkan hari sudah beranjak sore tapi tidak mengurangi hawa panas yang menyengat pori-pori kulit.

ONE MORE TIME (TAMAT-TERBIT NOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang