Yang mau beli pdf One More Time silakan japri Kachan. Isi sama dengan novel ya. Harga lebih murah dan lebih fleksibel bacanya.
"Inara, maaf ya, mungkin beberapa hari ke depan saya enggak bisa mampir ke kafe, kerjaan lagi banyak banget. Tolong dimaafkan, ya?"
"Kak, kenapa minta maaf terus, enggak pa-pa! Lagian kerjaan lebih penting, kalau ke sini, kan, bisa kapan-kapan kalau libur."
"Iya, tapi saya jadi ngerasa enggak enak sama kamu. Padahal sudah janji, sebulan ini mau ketemu, saya jadi merasa bersalah, Inara, jadi biarin kalau saya harus minta maaf."
"Di-maafkan, Kak! Udah sih, lebaran masih lama, jangan minta maaf terus."
"Lebaran memang masih lama, tapi ada yang hampir mendekat, Inara."
"Apa, Kak?"
"Lamaran..."
Satu kata. Efeknya luar biasa. Inara gigiti ujung kuku mendengar frasa yang baru saja dimuntahkan Kainan. Semakin ke sini Kainan acapkali menebar banyak kode-kode. Hening sesaat memeluk keduanya. Sama-sama merasai degub yang mengencang di ceruk hati. Lalu Kainan kembali cairkan suasana.
"Oh iya, Sabtu besok Insya Allah, Raga sama istrinya datang ke Surabaya. Mau, enggak, Inara, kalau saya ajak ketemu mereka nanti?"
Tidak butuh berpikir Inara langsung mengiyakan ajakan.
"Mau, Kak! Udah lama banget enggak ketemu sama Kak Syabira."
"Raga sama Syabira berkembangbiak dengan sangat baik, Ra."
Tawa Inara mencuat menertawai kalimat lucu Kainan.
"Serius, udah punya baby mereka. Bentar, kalau enggak percaya, saya kirimin foto anak mereka. Foto dua bulan lalu waktu saya dan mama jenguk Syabira yang habis lahiran."
Detik berikutnya notif perpesan terdengar. Inara reflek mengecek pesan yang baru melesap lewat aplikasi WhatsApp. Bibirnya reflek tergigit, gemas menyaksikan pemandangan pada layar ponsel. Sampai Kainan di seberang memanggil beberapa kali. Matanya menguliti potret yang tersaji di layar perpesanan. Bahu kekar Kainan menampung makhluk mungil nan lucu sembari berpost membelakangi kamera, hanya wajah si baby yang nampak close up dilihat dari depan.
"Hallo, Inara."
"Iya, Kak, itu kamu yang gendong? Lucuu banget, gemes!"
"Terima kasih, saya memang gemesin, ya?"
"Baby-nya, Kak ..." Tidak sedang berhadapan-tapi Inara dibuat salah tingkah-entah Kainan benar salah paham atau hanya pura-pura.
Suara tawa di seberang telepon terdengar nyaring, "Iya, saya paham, Inara. Jelas lah, yang lucu dan gemesin baby-nya, bukan saya."
Otak Inara berotasi memutar kembali suara Kainan yang semalam menghubungi lewat sambungan video call. Nada bicaranya yang lembut dan penuh kehati-hatian saat bibirnya memutar kalimat, sontak menepiskan keraguan Inara--yang tadinya masih dirangkul cemas menyoal sepotong bagian yang belum Kainan ceritakan tentang perempuan di masa lalu.
Gimana enggak makin jatuh hati, kalau belum apa-apa saja Kainan rajin mengabari perihal kesibukannya. Merapal maaf sampai beberapa kali karena akan jarang bertemu. Ditambah satu fakta lagi yang Inara saksikan di layar ponselnya--ketika sedang ber-video-call, Kainan menyambi aktivitas lain; seperti memasukkan pakaian kotornya ke dalam mesin cuci, atau saat tangan kekarnya cekatan memasukkan potongan sayur beku ke dalam panci, lalu menyajikan ke piring dan menuangkan thousand island ke atasnya--sebagai menu makan malam Kainan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE MORE TIME (TAMAT-TERBIT NOVEL)
Fiksi UmumBagi Kainan, Inara Malika adalah perempuan cantik yang mampu ciptakan letupan di hati. Dia jatuh hati, tapi intuisinya memberi sekat; bahwa Inara telah memilih Raegan, teman baiknya. "Karena jatuh hati, butuh kehati-hatian," ungkap Kainan Nayaka...