33. Insiden

631 170 28
                                    

Rindu Kai-Nara, enggak?
.
.
.







Minggu pagi Inara sudah siap dengan backpack berukuran lumayan besar. Gadis itu memakai celana jins favoritnya, kaus oblong warna putih dan cardigan rajut oversize. Tidak kelupaan pasmina senada warna cardigannya, serta kaus kaki. Memakai snaker bertali pada kedua kaki.

Senyum Inara mengembang saat lambaian tangan disertai langkah seseorang mendekat padanya. Sesuai wacana, Minggu pagi Kainan menjemput Inara-- mereka akan berangkat ke kota wisata Batu-Malang, untuk ikut serta acara gathering kantor Kainan.

Penampilan Kainan tak kalah santai. Mengenakan celana jins cokelat, kaus putih polos dan sepatu keds. Kacamata bening bertengger di pangkal hidung laki-laki itu.

"Sudah siap, Sayang?"

"Sudah, Kak."

"Bawa baju ganti, kan?"

"Iya, kata Kakak kita dua hari di Malang? Aku juga udah bawa baju hangat, di Batu kalau malam dingin banget, Kak."

Kainan mengulum senyum ganjil."Kalau baju hangat enggak perlu, Sayang," sahutnya. Inara menautkan kedua alis. "Kalau kedinginan biar Kakak yang bantu menghangatkan nanti." Sambung lelaki itu, lalu tawanya menguar kencang.

Inara reflek mencubit lengan Kainan. Dasar Om-om! Kalau didengar Bude Endah, nanti bisa berabe, bisa salah persepsi. "Becanda, Ra, mikirnya jangan ke mana-mana, Sayang."
.
.
.
.
.
.
.

Lima belas menit Kainan kembali ke mobil. Usai mengikuti ritual pelepasan rombongan peserta gathering. Inara sengaja tidak ikut turun dan memilih menunggu di mobil.

Menyaksikan langkah Kainan dari kaca jendela mobil, kening Inara saling bertautan saat matanya memindai sosok wanita berjalan di sisi sang calon suami. Cantik sih. Badannya tinggi dan ramping. Inara perhatikan penampilan si wanita. Kaki jenjangnya terpasang wedges - yang Inara tebak setinggi 7 sentimeter. Memakai rok sepan dipadu blus kerah sabrina.

Sebentar-sebentar! Inara jadi memintal heran. Mereka mau pergi outbound, kan? Bukan mau hanging out ke mall?! Apa si Mbak-mbak itu tidak salah kostum? Seketika jiwa nyinyir Inara mencuat. Eh!

"Sayang, maaf ya lama," rapalan maaf Kainan lontarkan saat laki-laki itu memasuki bangku kemudi. Si wanita ikut membuka jok belakang. Langsung duduk tanpa tebar basa-basi.

Inara menggeleng. "Kakak sama siapa?" Melirik ke bangku belakang saat tanyanya mencuat.

"Oh, itu Listya, sekretaris yang pernah Kakak ceritain. Bus-nya penuh semua, makanya Tya ikut nebeng semobil sama kita."

Inara manggut-manggut.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sakit, Kakak." Ringisan Inara bertambah kencang merasai ngilu dasyat di  pergelangan kakinya.

Kainan menatap panik. Kobar kecemasan jelas sekali terpancar di matanya. "Sabar Sayang, kita ke rumah sakit sekarang, ya." Kainan angkat tubuh Inara. Tanpa peduli pada banyak mata yang menatap penuh kepo dan khawatir, bergegas dia membawa Inara ke mobil. Ditemani petugas kesehatan yang berjaga di lokasi, dokter mengindikasi ada cedera di tulang pergelangan kaki Inara.

Kainan tak habis pikir. Bagaimana bisa zipe line dan katrol bisa terlepas dari kabel baja saat acara fliying fox berlangsung. Anehnya kenapa baru terjadi saat giliran Inara. Permainan berjalan satu jam lebih, sebelumnya baik dan lancar. Zipe line macet di tengah-tengah, sampai katrol pengaitnya tiba-tiba putus. Sontak tubuh Inara terpelanting, jatuh membentur tanah berumput.

Tidak mau berprasangka buruk, saat ini yang menawan pikiran Kainan adalah sesegera mungkin membawa Inara ke rumah sakit agar lekas ditangani.

**********Lengkapnya ada di novel ya.

Yuk, ikut waiting list.
Ada gift spesial buat 20 pemesan pertama.

Harga belum rilis ya.
Insya Allah kisaran 90k

Insya Allah bakal puas bacanya.
Novel ini penggabungan dari Kulacino+ One More Time + Ekstra yang ga dipublikasikan di wattpad.



ONE MORE TIME (TAMAT-TERBIT NOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang