22. In My Time of Need

8 2 0
                                    

"KIM HYUNJIN?!"

Teriakku kaget saat siluet sosok tadi terlihat dengan jelas. Dia mendekat padaku, namun di saat itu juga, salah satu orang itu mengunci tanganku dari belakang, satu orang lagi melayangkan pukulan padaku. Hyunjin menepis pukulan tadi dengan kencang sehingga pukulannya gagal.

Hyunjin memukul kepala belakang orang tadi, menjegal kakinya saat terhuyung lalu jatuh dengan keras. Ia mengganti arah, menghadap kiriku dan melepas paksa kuncian tangan. Pada saat itu, badanku sedikit bengkok ke belakang, tangan kiri Hyunjin seakan menyapu angin melewati depan wajahku. Sapuan tangan tadi tepat mengenai wajah lelaki yang mengunciku sampai membentur rolling door. Dua orang bertubuh tegap tergeletak begitu saja menerima serangan-serangan Hyunjin.

Mengerikan. Jadi karena ini Pak Sangyeon mengatakan kalau dia bukan perempuan biasa.

"Hyunjin, ingatkan aku untuk tidak membuatmu marah."

Hyunjin menoleh ke arah Haechan. Orang tadi tersenyum, lalu menodongkan pisau pada Hyunjin ketika ia jalan kesana. Sontak Hyunjin segera diam di tempat.

"Maju satu langkah lagi, dia akan meregang nyawa."
Ancamnya.

Haechan tergeletak tak berdaya, namun aku masih bisa melihat dadanya sedang mengatur nafas. Orang ini tersenyum menyeringai, terlihat siap menyerang kapan saja.

"Lepaskan Haechan atau aku akan menghabisimu dalam sekejap."

Hyunjin dan orang itu beradu ucap. Kekuatanku yang masih aktif menangkap sinyal-sinyal aktifitas. Aku merasa orang ini akan melemparkan pisaunya pada Hyunjin. Dia menunggu momen yang tepat ketika kekasihku sedang lengah. Kalau lemparannya kencang, dari jarak begini pasti kena tepat bagian leher.

Mereka masih sengit beradu kalimat, aku memegangi tangan kanan Hyunjin agar tidak tersulut emosi. Sampai akhirnya, sinyal yang ku dapatkan tadi makin besar.

"Huh, kalian cuma bocah, apa kalian mau jadi seperti dia?"

Tunjuk orang itu ke arah jalur masuk kami tadi, Hyunjin tentu menoleh kesana. Tapi, aku tidak akan terpancing ucapannya. Orang ini kemudian melempar pisau ke arah Hyunjin. Beruntung kepekaanku masih menyala, dengan timing yang tepat aku lebarkan telapak kiriku ke depan leher Hyunjin dan jleb! Lemparan pisau kecil mendarat tepat di tengah telapak tanganku. Awalnya tak terasa ketika pisau ini menancap, tapi darah yang mengalir deras dari telapakku pertanda sakit yang luar biasa.

"Ugh!"

"Hangyul! Tanganmu!"

"Hahaha! Menarik sekali, menarik. Kamu punya refleks yang cepat."

Orang ini cuma menaikkan tangannya sedikit, lalu muncul pisau dengan ukuran yang sama dengan tadi. Sepertinya dia ahli dalam menggunakan pisau. Benda tajam tadi sekali lagi ditodongkan ke leher Haechan.

"Hey, sudah cukup main-mainnya."

Ujarku sambil maju selangkah. Semakin aku maju, semakin dalam tusukkan pisau ke leher Haechan. Ku lihat ujung pisau itu terlumuri sedikit darah. Sial! Aku dan Hyunjin tak bisa apa-apa. Dia benar-benar ingin Haechan mati. Cih, pasti ada cara lain, bicara saja tidak bisa menyelesaikan masalah ini. Untung dua anggotanya pingsan.

Untuk seukuran kami, tidak bisa hanya dua orang saja yang melumpuhkannya, butuh pihak yang lebih profesional lagi. Eh, tunggu dulu. Perasaan apa ini? Seperti banyak yang mengendap-endap di lingkungan ini. Atas, kanan, dan kiri, sekelibat aku melihat ada dua orang mengintip dari balik bangunan jalan masuk. Tempat ini sudah terkepung dengan ketat. Aku melihat ada sinar merah kecil menempel di bagian dada orang ini. Mereka pasti pihak polisi! Aku yakin sekali, kekuatan kepekaanku tidak pernah salah! Terima kasih Paman Kang, sungguh tepat waktu sekali.

Hangyul, The Dream Catcher [Book 2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang