Ingatan masa lalu ini berjalan begitu cepat saat aku mengelus lambang Penangkap Mimpi di batang pohon yang menjulang ini. Ingatan ini bersudut pandang Sang Penangkap Mimpi pertama. Dia sedang mengintip Xiumin yang melakukan ritual aneh. Lebih anehnya lagi, dalam flashback ini aku mengerti apa yang dilakukan Xiumin. Ritual ini untuk menjadikan orang-orang disekitarnya menjadi seseorang yang mengalami tidur sambil berjalan, dan itu mengakibatkan mereka jadi pasukan Vulon-vokun alias Bayangan Malam.
Di sisi lain, aku juga mendapat pandangan aneh. Seseorang yang di rantai meraung-raung, wanita muda sedang dikejar dua orang, dan percobaan pembunuhan wanita muda tadi.
"Gah!"
Aku terpental jatuh saat flashback itu usai. Aku tidak akan lama-lama disini, ku ambil sekop kecil dari ransel dan mulai menggali. Tengkorak Sang Penangkap Mimpi pertama berhasil ku temukan lebih dulu. Benar, aku ingat kalau beliau roboh di pohon ini setelah mengubur busur panah emas. Berarti, busur panah ini tidak jauh lagi. Aku terus menggali dan menggali sampai akhirnya aku melihat sesuatu berkilau emas. Segera ku gali sekitarnya dan mengangkat busur panah emas ini.
"Mengagumkan. Jadi benda ini benar-benar nyata! Besar sekali. Terima kasih, Sang Penangkap Mimpi pertama."
Ya, benda ini cukup besar. Kira-kira panjangnya sama dengan kakiku. Warna emasnya tetap mengkilat meskipun sudah berapa tahun ini berlalu. Kalau begitu, apa mungkin gubuk jalan keluar itu juga ada disini? Sebelum itu, aku tutup galian ini, tidak lupa mengembalikan tengkorak Sang Penangkap Mimpi pertama.
Di tengah sunyinya hutan Pando dunia nyata, aku mendengar derap langkah kaki. Aku segera sembunyi di balik salah satu pohon dengan busur panah ini. Ada 4 orang sedang jalan ke area yang ku gali tadi, tapi mereka menutup mata. Tidak mungkin. Jangan bilang kalau mereka adalah Vulon-vokun. Aku harus segera pergi dari sini.
CTEK!
Kenapa di saat yang genting ini aku menginjak ranting. Empat orang tadi menoleh, meskipun matanya tertutup tapi mereka bisa lari sempurna dan seakan-akan melihatku. Aku langsung lari menghindari mereka.
Mereka sangat cepat. Mereka juga melempariku dengan batu-batu di tanah. Aku akan bermanuver ke kiri dan kanan, mengecoh mereka agar aku bisa lolos. Tetap saja, mereka berhasil menyusulku. Salah satu orang memegang lengan bajuku, busur panah yang lumayan berat ini langsung ke benturkan ke kepalanya. Aku berhenti dan balik badan saat orang tadi tersungkur.
Meskipun mata tertutup, posisi tangan mereka siap menghajarku kapan saja. Sial, aku harus gunakan senjata ini, tapi aku tidak tahu pasti bagaimana. Kalau menurut flashback tadi, aku tinggal menarik tali dan melepaskan ke tanah. Huft, semoga aku benar.
Aku arahkan busur panah ke bawah, menarik tali ke atas, berteriak sambil melepaskan talinya. Sinar keemasan seakan jadi bom cahaya yang menyilaukan mereka. Empat orang ini terkapar begitu saja setelah ku lakukan itu. Aku tidak akan buang kesempatan, aku harus pergi dari sini sebelum mereka bangkit lagi.
#####
"Haaaah, bosen banget."
Kataku dengan posisi tengkurap di Leika. Terkadang bosan banget kalau cuma diam di Leika, kalau tidur pun ya besoknya juga tetap membosankan di dunia nyata. Ah, aku cuma rebahan di lantai ruang berukuran 5x5 meter ini. Nenek menikmati kursi goyangnya, sedangkan Minju cuma duduk bermeditasi.
"Ah, aku pengen jalan-jalan ke dunia mimpi,"
Kataku mengawali sambil duduk sila. Mereka masih sibuk sendiri."Jalan-jalan ke pinggiran hutan yuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hangyul, The Dream Catcher [Book 2] ✓
Fantasy[TAMAT - continued in Book 3] Seri kedua dari pentalogi "The Dreamers", yaitu "Hangyul, Sang Penangkap Mimpi". Fantasy "The Dreamer" universe by Silver Vermouth Lee Hangyul, remaja laki-laki yang hidup sebatang kara. Kini dia bekerja di toko bunga m...