10. Missed Opportunity

10 3 0
                                    

Malam Selasa yang cukup dingin ini, Minwook alias J-Min mengajakku untuk nongkrong di kafe baru. Letaknya tak jauh tapi lumayan menguras tenaga kalau jalan kaki. Di jalan besar keempat, grand opening kafe baru bernama Oneiro Café. Minwook mengajakku karena akan dapat diskon jika memesan kopi americano berjumlah ganjil. Ya, ku rasa tidak ada salahnya untuk bertemu dengan teman-teman lama semasa SMA dulu.

Awalnya aku agak ragu parkir motor disana. Banyak sekali motor-motor sport seperti di Moto GP. Mobil-mobil pun tak kalah kerennya juga. Aku rasa ini adalah tempat nongkrong orang-orang kaya. Ketika hendak kembali pulang karena insecure, Minwook melihatku dari balik dinding kaca dan menyuruhku masuk. Di meja sudah ada kawan-kawan lamaku.

"Eheeey! Hangyul! Lama tak jumpa kawan!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eheeey! Hangyul! Lama tak jumpa kawan!"

Mark Lee menyapaku lebih dulu saat aku masuk melalui pintu geser.

"Wah, wah, ini dia pemain basket terkenal di kelas kita dulu, yang bikin kak Saerom ketar-ketir lihat keringatnya bercucuran."

Lanjut Seo Changbin menggodaku seperti biasa, tak berubah sejak SMA.

"Halo, kawan. Lama tak terlihat."

Dan ini si sok cool kalo di publik, Park Jihoon.

"Duduklah, Hangyul. Aku sudah pesankan Americano hangat. Hari ini Changbin yang bayar karena gajian."

Kata Minwook dengan menepuk bangku kosong disebelahnya.

"Hey! Kamu bilang kamu yang bayar, Minwook!"

"Eh, bagaimana kalau yang datangnya terlambat yang bayar?"
Sela Mark.

"Hah? Apaan? Yang mengajak kesini sih yang harusnya bayarin."

"Minwook 'kan yang ajak? Aku pesan roti bakar madu ah!"

"Hey, Mark, jangan dong. Duit menipis nih."

Kami asyik bercanda seperti sedia kala.

Kafe dengan nuansa putih dan lampu tak terlalu terang cukup nyaman di mata. Apalagi ruangannya hampir luas dan ada bangku lain di lantai dua. Tak kalah keren lagi, ada live band dengan aliran jazz yang nikmat didengar. Mungkin Kafe Oneiro akan jadi favoritku. Mereka juga tampak menikmati, kami bicara banyak hal tentang sekolah dulu atau kehidupan kita yang sekarang.

GUBRAKK!

Di sebelah kananku selisih satu meja adalah tangga menuju lantai dua. Terdengar seperti sesuatu yang jatuh. Tak lama setelah suara tadi, aku mendengar piring atau gelas pecah dan orang-orang disana berteriak. Aku berdiri, pikiranku di antara khawatir dan panik. Tiba-tiba saja satu orang besar jatuh dari tangga dan menimpa meja pelanggan disampingku.

"Waduh, ada yang berkelahi!"

Kata seseorang dibelakang. Karena tak mau kena imbasnya, aku segera keluar dari tempat kejadian perkara. Para pelanggan lain turut mundur dan keluar dari situ karena takut. Untuk sementara aku lihat dari parkiran saja, semua dindingnya terbuat dari kaca dan aku bisa melihat dengan jelas perkelahian itu.

Hangyul, The Dream Catcher [Book 2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang