"Dewi Kelinci...."
"...Sang Pelari Mimpi..."
"....kekuatan..."
"...umat manusia...."
"...mahkota..."
"...takdirku."
Berada di antara sadar dan tidak sadar. Semuanya gelap, namun aku mendengar semua suara itu dengan gema samar-samar. Suara yang dominan kiri terdengar kecil namun lembut, sedangkan satunya memiliki suara cukup berat tapi masih feminim. Perlahan, penglihatanku tertutup oleh awan putih. Dari kejauhan aku melihat dua sosok manusia sedang berbincang. Mereka sama-sama mengenakan dress putih yang anggun.
"Seseorang yang menjadi kunci untuk merubah takdirku."
Aku bisa melihat mereka dengan jelas. Sebelah kanan adalah Dewi Kelinci. Sebelah kiri adalah seorang perempuan berambut pendek. Dia terlihat mungil dan ada kemiripan dengan nenek. Saat mereka menoleh padaku, seketika itu juga ada yang menarikku dan menjauhi dua orang tadi.
Aku buka mataku dan nampak jelas langit-langit putih polos. Aku kedip berkali-kali untuk memastikan. Rupanya aku ada di dunia nyata. Ku toleh sekeliling. Tangan kiriku terpasang infus dan aku menggunakan alat bantu oksigen. Dadaku juga seperti terasa berat, bahkan aku bisa merasakan detak jantungku dengan jelas.
Apa yang terjadi? Coba ku ingat-ingat dulu. Aku, nenek, dan Minju sedang bertarung dengan Sang Perusak Mimpi. Kemudian aku meminjam kekuatan si kembar untuk keluar dari Absinthe. Ketika aku sampai di Namukum, aku pinjam kekuatan Sangyeon untuk menyegel jurang Absinthe. Ah, iya benar, setelah tertutup aku tak sadar apa yang terjadi selanjutnya. Jadi, ku rasa aku ada di rumah sakit. Hmm, ini hari apa? Sudah berapa lama aku disini?
Di tengah pikiran, sebelah kananku ada suara pintu terbuka. Silih berganti orang-orang masuk sambil berbincang, kemudian aku toleh kesana.
"YURI?!"
Suara kencang Yena yang pertama ku dengarkan setelah sekian lama tidak sadar. Mataku mengenali orang-orang itu. Kedua orang tuaku, Yena, Minju, dan Hyunjin. Mereka semua langsung mengerubungiku.
"Yuri, kamu tidak apa-apa, nak?"
Tanya ibuku khawatir."Sepertinya iya."
"Akhirnya kamu siuman, Yuri."
"Hehe, iya, yah."
"Ayah panggilkan dokter dulu ya untuk cek kondisimu yang baru pulih ini."
Ayah pergi dari kamar ini. Ibu kemudian mengelus kepalaku.
"Bu, sekarang hari apa?"
"Hari Senin, Yuri. Ada apa?"
"Senin?"
"Iya."
Waktu itu hari apa ya di dunia mimpi? Sepertinya lama sekali.
"Kenapa aku bisa di rumah sakit, bu?"
"Ibu tidak tahu apa yang terjadi padamu. Di kamar, mulutmu mengeluarkan darah dan keringat dingin. Badanmu juga sedikit mengejang, kami segera membawamu ke rumah sakit. Lalu, kamu dinyatakan koma."
"Koma?! Sudah berapa lama aku tertidur, Bu?"
"Ini adalah hari kedua saat kamu masuk rumah sakit."
Kemudian aku melihat Minju. Wajah khawatirnya tak bisa disembunyikan, apalagi Yena. Hyunjin sepertinya terkejut menerima kabarku masuk rumah sakit. Tak lama, tim dokter tiba untuk check-up.
![](https://img.wattpad.com/cover/265758909-288-k828196.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hangyul, The Dream Catcher [Book 2] ✓
Fantastik[TAMAT - continued in Book 3] Seri kedua dari pentalogi "The Dreamers", yaitu "Hangyul, Sang Penangkap Mimpi". Fantasy "The Dreamer" universe by Silver Vermouth Lee Hangyul, remaja laki-laki yang hidup sebatang kara. Kini dia bekerja di toko bunga m...