Ujian sekolah maupun ujian nasional telah dilewati oleh para murid kelas 12 SMA Wisesa. Tidak sia-sia mereka belajar lebih giat daripada biasanya yang tak pernah sama sekali menyentuh buku. Nyatanya, 100% murid-murid SMA Wisesa dinyatakan lulus semua.
Murid-murid bersorak ramai melihat nama mereka yang tertulis di dalam kertas pengumuman kelulusan di papan mading. Keadaan haru di sana tidak bisa dihindarkan. Mereka saling berpelukkan satu sama lain.
Zia dan Kaila berpelukkan erat. Masih tak menyangka jika mereka berhasil menyudahi masa putih abu-abu dengan baik.
Senyum Zia terus merekah. Ternyata perjuangan 2 bulan terakhir ini tidak sia-sia, walau pengumuman lolos atau tidaknya Zia di University of Arts London masih beberapa hari lagi. Tapi, setidaknya, beban Zia sudah berkurang satu, yaitu lulus dari SMA Wisesa.
"Gue masih nggak nyangka kita udah lulus SMA!" Pekik Kaila sembari meloncat-loncat girang.
"Gue juga." Sahut Zia tersenyum kecil. "Perasaan baru kemarin gue jadi anak baru di sekolah ini."
Kaila memanyunkan bibirnya ketika mengingat dirinya akan berpisah dengan Zia. "Akh, gue nggak rela pisah sama lo."
"Emang lo jadi mau ngampus di Jogja?"
"Kayaknya, sih, iya. Doain ya." Kaila memang punya keinginan untuk berkuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Jogja. Namun itu baru rencana, ia belum tahu pasti karna harus mengikuti tes penyeleksian terlebih dahulu.
"Pasti dong."
Perhatian mereka teralihkan pada keempat laki-laki yang datang menghampirinya. Tiga di antaranya datang dengan ekspresi tersenyum, namun tidak berlaku pada seorang laki-laki dengan alis tebal itu. Tidak lain dan tak bukan dia adalah Andreas.
Sedari tadi Andreas terus menatapi kalung yang melingkar di leher jenjang Zia. Kalung yang memiliki batu liontin berwarna merah maroon itu.
"Lo pakai?"
Zia mengikuti arah tatapan Andreas yang tertuju pada kalungnya. "Dibelikan untuk dipakai, masa iya dibuang?"
Kaila, Raga, Donald, dan Andrian juga baru sadar jika Zia menggunakan sebuah kalung. Lagi pula, ini baru pertama kalinya Zia memakai kalung itu di sekolah. Jadi, maklum saja jika mereka tidak sadar.
"Kalung lo itu, Zi? Baru beli? Kok gue baru lihat," tanya Kaila bertubi-tubi yang terlanjur penasaran.
"Dibeliin udah lama ini."
"Siapa yang beliin?" Andrian ikut bertanya.
"Tuh," Zia melirik ke arah Andreas. Sontak semua mata tertuju pada lelaki itu.
Dalam hitungan detik saja Zia dan Andreas sudah dijadikan bahan godaan mereka. Suara pura-pura batuk dan suara siulan palsu itu mengiringi kata-kata godaan yang tertuju pada Zia dan Andreas.
"Pada batuk-batuk?" Andreas menatap teman-temannya yang berada di sekitar. "Sini gue putusin pita suara lo pada."
Sontak suara batuk dan siul buatan itu terhenti ketika mendengar perkataan Andreas yang mengandung ancaman.
"Masih aja galak, padahal udah ada pawangnya." Sindir Andrian yang masih tersenyum-senyum sendiri.
"Ngomong sekali lagi, gue putusin lidah lo." Andreas memperingati.
Pembicaraan mereka teralihkan dengan topik baru yang membicarakan prom night. Malam perpisahan sesudah mengakhiri segala urusan yang bersangkut pautan dengan SMA, atau bisa juga disebut malam puncak keberhasilan. Di SMA Wisesa sendiri prom night selalu diadakan setiap tahun untuk kelas 12. Sama halnya dengan tahun ini, prom night akan diadakan minggu depan di aula utama sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA ES KUTUB
Teen Fiction✔ Spin-off Mr. CEO & Ms. Doctor. ✔ Dapat dibaca terpisah. "Tub, kutub!" "Hm." Jawab Andreas tanpa melihat Zia. "Kalau boleh tahu...kita berdua ini apa sih?" Andreas memutar tubuhnya, cowok itu menatap Zia. Sedangkan Zia menatap Andreas penuh harap...